36: Date of Birth & Death

Zacznij od początku
                                    

"Kau mau ke mana?"

Mingyu yang sedari tadi cukup dibuat resah dengan kondisi Jeffrey yang seakan nampak begitu penat pun memilih bertanya saat pria itu kembali ke ruangan pribadinya dan segera menyambar jas.

"Pulang." Terdengar ala kadar. Jeffrey sedang tak bersahabat. Biasanya pun begitu, tetapi ini berkali-kali lipat.

"Masih banyak hal yang perlu segera diselesaikan, tidak biasanya kau memilih pulang sebegini awal." Mingyu mencibir.

"Istriku menunggu di rumah."

Tenganga, Mingyu sama sekali tak menduga Jeffrey akan melontarkan kalimat itu. Mendengarnya membuat sudut hati Mingyu tercubit. Sementara Jeffrey di sana hanya berlalu bersama tampang tanpa dosa.

"Tuan Jeffrey."

Uraian tungkak Jeffrey terhenti begitu Mingyu memanggil. Dua pasang mata menggariskan tatap dingin satu sama lain. "Perlukah aku mengingatkan bahwa Rosé bukanlah istrimu? Di hadapanku, berhenti bersikap seolah-olah kau adalah suaminya. Itu membuatku muak."

Runtaian kalimat yang diucapkan Mingyu menyadarkan Jeffrey akan sebuah kesalahan sederhana tetapi berakibat fatal pada Mingyu beserta hati pria itu. Namun, entah mengapa, tak ada sedikitpun rasa bersalah yang mencecap Jeffrey. Justru, ia kian berdiri pongah di hadapan Mingyu dengan tampang beku tak terkira.

"Dengar Asisten Kim. Dua belas jam penerbangan Italia-Korea, terburu-buru datang kemari tanpa menyantap sarapan, memimpin rapat juga mendengarkan ocehan presentasi yang memusingkan, dan kini—aku masih harus meladeni perasaanmu? Kau pikir aku robot atau apa?"

Sejatinya, Jeffrey adalah manusia yang sukar menampung luapan emosi. Ketika fisik juga pikiran tak sedang dalam keadaan baik, dan ketika tekanan datang dari mana-mana, siapa pun jika berada di posisi yang serupa dengan Jeffrey pasti akan menjadi setengah gila.

"Seperti manusia lain, aku juga bisa merasa lelah, aku juga butuh istirahat. Pekerjaan? Aku pasti akan membereskannya tanpa kau perintah, dan Rosé—aku juga tahu dia bukanlah istriku tanpa kamu harus mengingatkan."

Mingyu teredam bungkam usai telinga digaungkan oleh runtaian kata yang diucap Jeffrey sedemikian tegas. Rupa bertabur murka yang tampil di depan mata Mingyu menyebabkan pria itu tak berkutik.

Saat ini—"

"—aku hanya ingin pulang. Tolong, biarkan aku beristirahat sejenak!"

Di penghujung tuturan, nada suara Jeffrey melemah. Raut Jeffrey pun tak setegang saat sosoknya naik pitam. Napas dihela perlahan, dada yang menggebu kemudian mencoba ditenangkan. Jeffrey beranjak tanpa menoleh lagi pada Pemuda Kim yang entah mengapa terdorong untuk mengekori kepergiannya.

"Saya akan mengantarkan Anda pulang." Mungkin di mata para pegawai perusahaan, dua laki-laki terlihat seperti pimpinan dan asisten yang harmonis.

"Tidak perlu repot-repot."

"Saya harus mengantarkan Anda pulang."

"Kubilang tidak perlu."

"Tolong, jangan menolak!"

Pintu mobil bagian belakang yang telah siaga di lobi gedung perusahaan dibuka oleh Mingyu. Sekali lagi, Jeffrey menghembuskan napas sebelum menenggelamkan diri ke dalam kendaraan yang kemudian dikendarai oleh Mingyu.

Sebuah bungkusan permen karet diambil dari saku. Mingyu melemparkannya ke belakang dan tepat mengenai wajah Jeffrey. "Anggap sebagai permintaan maafku," tukasnya sembari menatap spion kecil di bagian atas.

Tak nampak ekspresi apa pun dari wajah Jeffrey. Dan, Mingyu menaikan sudut bibir ketika melihat Jeffrey mulai membuka bungkusan dan melahap permen karet pemberiannya. Untuk beberapa alasan tertentu, Mingyu cukup mengagumi sosok Jeffrey.

SILHOUTTE: After A Minute [END]Opowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz