07: Pray & Promise

2.4K 480 71
                                    

CHAPTER 7
Pray & Promise

[Playlist: RIO - Map on Your Face]

***

Jeffrey pikir, Rosé telah kembali menjadi manusia normal setelah beberapa kali berinteraksi dengannya. Namun, ternyata perempuan itu masih setengah gila sebagaimana Jeffrey menemuinya di mula.

Pagi ini, usai mendengar teriakan nyaring yang mengaung, Jeffrey yang tengah membaca buku di Cadenza—ruang perpustakaan sekaligus ruang pribadi Jaehyun—dibuat terlonjak dan lari kocar-kacir. Sekali lagi, ia dapati Rosé yang terduduk ketakutan di sudut kamar mandi dengan mata menyorot bak berisi air yang meluap-luap penuh.

Alhasil, Jeffrey harus kembali menemui momen menggelikan serupa memandikan wanita dewasa dan berusaha benar gejolak rasa di dada. Ultimatum yang Jeffrey dengar dari Alice terus menari di benak pria itu, bahwasanya ia tak boleh tergoda sekalipun Rosé telanjang di hadapannya.

Usai memakaikan jubah mandi di tubuh polos Rosé, Jeffrey menuntun perempuan itu keluar dari kamar mandi. Ia hendak berlalu pergi untuk mempersilakan Rosé berganti pakaian pula memupuk niat untuk sekedar menghirup udara segar. Namun, Jeffrey mesti mengubur keinginannya tatkala Rosé menahan pergelangan tangan pria itu.

Kali ini Jeffrey yang ditarik oleh Rosé menuju ruang ganti khusus di mana berdiri rak berisi jajaran pakaian dan aksesoris bermerek. Jeffrey mengerutkan kening ketika Rosé nampak seolah tengah memilah pakaian untuknya.

"Maukah kau memakai ini?" Rosé bertanya cukup hati-hati. Wanita itu sedikit merasa bersalah setelah beberapa kali menyadari bahwa ia mungkin menyulitkan pria di hadapannya sekarang.

"Mengapa aku harus memakainya?" Dan, tanggapan Jeffrey membuat Rosé tertunduk. Ia pikir Jeffrey mungkin marah sehingga timbul rasa takut saat bertanya, "Apa kau lupa sekarang hari apa?"

Jeffrey mengerutkan dahi semakin dalam. Baik Mingyu maupun Alice tak memberitahunya perihal waktu spesial seperti tanggal pernikahan Rosé dan Jaehyun atau tanggal ulang tahun perempuan itu. Jeffrey hanya tahu tanggal ulang tahun Jaehyun, itu adalah saat yang sama dengan ketika di mana dirinya dilahirkan sebab mereka adalah saudara kembar. Jeffrey lahir selang lima belas menit setelah Jaehyun, di hari yang biasa orang-orang sebut sebagai hari kasih sayang.

"Memangnya apa yang istimewa dari hari ini?"

Jeffrey bertanya, gemuruh resah menerkam seketika tatkala Rosé tak kunjung menjawab. Wanita itu menuangkan pandang pada sebuah kalender yang teronggok di atas salah satu bagian rak. "Ini hari minggu." Lantas netra sejernih kristal miliknya bergulir kembali pada Jeffrey, "Kita biasanya sibuk bersiap untuk pergi ke gereja."

"Gereja?"

Bagi Jeffrey mengunjungi gereja di hari minggu bukanlah hal biasa. Malah selama hidup awut-awutan di Italia, tak seharipun ia sempat bersimpuh di hadapan Tuhan. Orang tua angkat Jeffrey pun tak pernah mengajaknya beribadah, terakhir kali adalah saat dirinya berada di panti, hari terakhir sebelum ia diadopsi pula hari terakhirnya bermain gunduh bersama sang kakak, Jung Jaehyun. Jeffrey ternyata masih seingat itu.

"Terbaring koma beberapa bulan ternyata membuatmu lupa akan banyak hal." Tuturan lirih Rosé membuat Jeffrey tersadar dan kembali fokus mencari dalih. Ia memutar otak cepat saat Rosé memberikan sorot kecewa, "Kalau begitu sepertinya akan lebih baik bagimu untuk tetap berada di rumah dan beristirahat. Aku akan pergi sendiri."

Namun, usai mendengar Rosé berucap demikian, refleks Jeffrey bekerja jauh lebih cepat memerintah tangannya agar menyambar kemeja yang hendak Rosé gantung kembali. "Aku pergi. Maksudku, ayo pergi bersama, ke gereja."

SILHOUTTE: After A Minute [END]Tahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon