34. Question 2.0

10.7K 2.6K 540
                                    

"Nav! Over sini!"

Keringat bercucuran, membasahi kaos tanpa lengan. Teriakan para penonton bergema di ruangan tertutup. Navy merasakan napasnya yang seakan naik memenuhi kerongkongan, sebelum diembuskan dengan keras dan cepat. Ia melihat sekitar, tetapi objek lain seperti gambar yang diblur. Ia secara praktis mengabaikan teriakan Langit yang memanggil-manggilnya. Fokusnya sekarang hanya tertuju pada satu orang. Pada cowok yang berlari lambat sepuluh meter darinya. Cowok yang beberapa waktu lalu, berlari menghampiri Candy.

"Candy!" panggilnya, satu jam yang lalu di kantin.

Ketika Navy menoleh, Aksal telah berlari ke arah cewek itu. Navy tidak tahu apa yang mereka bicarakan, atau apa yang ingin mereka bicarakan. Yang dia tahu, dadanya bergemuruh dan dia tidak mempertimbangkan ulang ketika menarik Aksal lewat kerah belakangnya, agak terlalu kasar dari yang biasanya akan dia lakukan.

"Kita ada tanding!" ucapnya.

Aksal menatapnya tanpa klu apa-apa, jelas dia kebingungan. "Tanding apa?"

Kenyataannya, mereka tidak pernah menyepakati sebuah pertandingan futsal sebelumnya. Memang, setelah ini mereka akan turun ke lapangan indoor untuk olahraga mandiri, sebab sang guru PJOK mendadak sakit perut. Dia terpikirkan hal itu begitu saja, untuk dua alasan: agar segera menjauhkan Aksal dari Candy, dan agar ... agar dia dapat melampiaskan perasaan ingin merobek-robek Aksal. Dia butuh olahraga yang menghabiskan seluruh tenaga.

"Navy!" Langit kembali memanggil. Di sekitarnya, rekan setimnya sudah siap, dalam posisi tepat untuk menerima lalu menyodok bola ke gawang. Para pemain lawan juga telah siap menghadangnya di titik-titik itu. Dia tidak punya waktu lagi. Dia harus memindahkan bolanya sekarang.

"Nav! Sini!"

Tetapi, pandangan Navy tidak tertuju pada Langit. Ia masih fokus pada Aksal. Gawang tidak di sana. Rekan setimnya juga tidak berada di sana. Tetapi bolanya meluncur ke sana. Tepat ke arah cowok itu.

Bugh!

Aksal yang tidak siap, terjatuh. Bola meluncur keras mengenai betisnya. Hingga anak yang direkrut menjadi wasit harus meniup peluit dan permainan diistirahatkan sementara.

Navy berjalan menuju Aksal yang masih terduduk.

"Sori gak sengaja," katanya dengan wajah datar. Dia bahkan tidak mengulurkan tangan.

Ninolah yang kemudian menarik cowok itu bangkit dan memapahnya ke pinggir lapangan. Cowok itu juga yang kemudian mendapat sikutan dari Aksal. "Seharusnya lo yang di posisi ini."

"Kenapa gue?"

"Ide lo."

Nino tertawa. "Gimana lagi. Nggak mempan kalau gue. Cuma lo yang bisa, Pahlawan."

"Mata lo."

***

"Guys, gue mau nanya lagi!"

Selin yang sedang sibuk menggosok-gosokkan ujung pensilnya secara miring pada buku gambar menyahut tanpa menghentikan kegiatannya. "Selain pertanyaan soal kapan gue bayar hutang, dipersilakan."

Candy melihatnya tengah menggambar karakter manga, di saat seperti itu, Selin sulit diganggu. Ia lalu melihat Deera, sedang sibuk bermain ponsel. Alexa, tengah tidur. Dan Poppy malah sedang membuat konten blog tutorial makan mie dalam cup, seolah ada orang di dunia ini yang tidak bisa membuatnya.

Seluruh temannya sedang tidak bisa ditanyai, tetapi Candy merasa perlu. Kejadian di kantin terus berseliweran di kepalanya. Aksal yang mendekat. Aksal yang tersenyum. Dan tatapan Navy yang terlihat marah. Terutama tatapan Navy yang terlihat marah. Ditambahkan apa yang cowok itu ucapkan kemarin, membuatnya tiba-tiba saja merasa ... bersalah.

Cinderella Effect [Completed]Where stories live. Discover now