Bab 12

46 7 1
                                    

Setelah hari yang entah dapat dibilang bahagia atau sedih itu, Raga tidak lagi muncul di hadapan Rintik. Pesan dari Rintik pun jarang dibalas oleh Raga.

Ardi juga lebih memilih tidak memberitahu dimana keberadaan Raga. Laki-laki itu misterius bagi Rintik. Terlebih lagi tentang perasaannya.

Hari ini sudah 5 hari setelah Rintik putus dengan Arjuna. Berarti 5 hari juga ia belum bertemu Raga. Mungkin laki-laki itu sedang sibuk. Sibuk mengindari Rintik.

Rintik menatap pantulan dirinya di cermin, merasa ada banyak kekurangan dalam dirinya. Maka pantas jika Raga tidak akan memandang lebih padanya. Ia hanya sebatas adik bagi Raga, mungkin tidak akan lebih dari itu.

Belum jauh pikirannya berkelana, pintu kamarnya diketuk beberapa kali. Rintik segera beranjak untuk membukakan pintu. Tampak seorang Mentari dari balik pintu tersebut.

"Kenapa, Kak?"

Mentari menunjuk ke ruang tamu, "ada yang nyariin," katanya singkat.

Jantung Rintik berdegup kencang. Dalam lubuk hatinya yang paling dalam, ia berharap itu adalah Raga. Cepat-cepat ia meraih tasnya dan menyusul Mentari ke depan.

Mungkin saja Raga menemuinya dan mengajak untuk berangkat ke warung kopi bersama.

Namun sayang, rupanya bukan Raga. Sebisa mungkin Rintik tetap menunjukkan senyumnya.

"Teh Kaela, tumben jemput?" tanya Rintik pada tamunya tersebut.

Kaela yang berdiri di dalam rumahnya itu menunjukkan cengiran lebarnya, "mumpung Ardi nggak ada," jawabnya.

"Tumben nggak sama Naresa?"

Pertanyaan dari Mentari itu pun juga membuat Rintik bingung. Ia juga tidak tahu kenapa Kaela tidak menjemputnya.

"Tadi dia bilang kalau mungkin nggak bisa dateng, tapi dia lihat dulu keadannya," jawab Kaela lagi.

Mentari hanya menjawab dengan anggukan. Kemudian setelah berpamitan, Kaela dan Rintik segera pergi menuju warung kopi langganan mereka.

* * *

Sore itu warung kopi terlihat ramai seperti sore-sore biasanya. Tempat yang biasa diduduki oleh Rintik dan teman-temannya tentu sudah dikhususkan, apalagi beberapa sudah datang.

Ada Linggar, Shaluna, dan Kinan yang sedang duduk berhadapan. Mereka melihat Kaela dan Rintik yang datang berdua, lalu menghentikan percakapan.

"Tumbenan sama Kaela," kata Shaluna begitu kedua perempuan itu duduk bersebelahan.

Rintik menggeleng pelan, "ya nggak papa. Teh Naresa kan bisa nggak bisa buat dateng hari ini. Jadi dijemput Teh Kaela, deh." 

Semuanya mengangguk, paham tentang alasan Rintik. Mereka larut dalam percakapan, sejenak Rintik melupakan tentang Raga. Sampai 20 menit ke depan, Haidar dan Rendra datang.

"Teh Resa mana, Kak Ren?" Tanya Rintik pada Rendra.

Rendra merotasikan pandangan pada teman-temannya. Ia menghela nafas pelan, "gue udah putus sama Resa."

"HAH? KENAPA BISA?"

Teriakan Haidar itu mengejutkan beberapa pelanggan di situ. Setelah itu ia menunduk malu, memelankan suara. Ia memperhatikan Rendra lamat-lama.

Kemudian laki-laki yang kini menjadi pusat perhatian itu mulai menjelaskan baris kisah satu per satu, runtut tanpa kurang sedikitpun. Alasannya sederhana, hati Naresa sudah bukan untuknya.

SenandikaWhere stories live. Discover now