Bab 5

72 16 3
                                    

Mentari tak habis menyengat kulit, padahal baru saja bulan tertidur nyenyak. Lihatlah barisan tersebut, nampak enggan berjajar. Topi yang mereka pakai sudah tiada guna. Panas dapat menembusnya.

Langkah hari pun terasa sama, hanya datar seolah belum diterjang gempa. Rintik berdiri di barisan upacara kedua dari belakang. Ia terlambat, namun bukannya bersedih, ia malah nampak bahagia. Lihat bagaimana senyum yang tidak ada henti ia sunggingkan, walau kadang sedikit memikirkan pemuda yang entah ada dimana sekarang.

Yang Rintik dengar sekarang adalah suara laki-laki yang kini menjadi kekasihnya, Arjuna. Laki-laki itu sedang mendapat tugas menjadi pemimpin untuk upacara pagi ini. Harusnya Rintik ada di barisan depan, seperti tugas Arjuna sebelum ini, sayangnya terlambat membuat ia harus di belakang.

Tidak ada yang bisa Rintik aja berbicara. Siswi di sekelilingnya dari kelas yang berbeda dengannya, dan tidak akrab juga. Kaela dan Naresa tentunya ada di barisan kelas mereka masing-masing. Rintik pun merasa sedikit lebih akrab dengan Kaela setelah jujurnya beberapa hari lalu.

30 menit upacara tersebut berlangsung, barisan pun dibubarkan. Rintik hendak melangkah ke kelasnya ketika teriakan memekakkan telinga, suara Kaela.

"RINTIK!"

Rintik cepat-cepat membalikkan badannya, urung ke kelas. Ia melihat Kaela sedang berlari ke arahnya. Sedikit keheranan melihat Kaela yang menemuinya seorang diri, tanpa Naresa.

Begitu Kaela sampai didepannya, Rintik bertanya, "kenapa, Teh?"

Kaela mengangkat satu tangannya, isyarat untuk memberikan ia waktu bernafas dahulu. "I-itu... Ajiraga, Raga balik!" Kaela berkata dengan nafas tersengal.

Rintik membulatkan mata, tidak percaya dengan apa yang dia dengar barusan, "HAH?! SERIUS INI??" pekiknya kencang.

Melihat Kaela yang mengangguk antusias, Rintik percaya bahwa Kaela tidak sedang berbohong sekarang. Jantungnya berdegup lebih cepat. Lebih cepat dibanding ketika Arjuna memujinya cantik di depan teman-temannya sepekan lalu.

Rasa-rasanya lidahnya kaku. Habis kata untuknya berbicara. Matanya berbinar memancar bahagia. Kaela paham mungkin bagaimana perasaan Rintik kali ini, ia kembali mengangguk, lalu menepuk bahu Rintik beberapa kali.

"Pulang sekolah, di warung biasanya."

* * *

Sepanjang kelas, hampir 90% yang Rintik lakukan hanya melamun. Ia menatap papan tulis, ia menatap guru yang mengajar, namun pikirannya ada di dimensi lain. Berkelana mencari skenario indah yang bisa saja terjadi sore nanti.

Teman sebangku Rintik hanya bisa menggelengkan kepala ketika Rintik tiba-tiba tersenyum hingga tertawa lirih. Untung saja ia tahu betul siapakah Ajiraga, dan apa pengaruhnya bagi Rintik. Jika tidak, mungkin Rintik sudah dianggap olehnya.

Teman sebangku Rintik bernama Alana. Tentulah Alana tidak tahu apa yang Rintik pikirkan hingga gadis itu menunjukkan senyum dengan sebegitunya, yang jelas ia tahu itu adalah perihal Raga.

Alana ingin bertanya, namun sepertinya temannya ini nampak keasikan dan tidak ingin diganggu, makanya ia hanya diam dan melanjutkan mencatat materi yang sudah diterangkan.

Beberapa saat kemudian, helaan nafas terdengar nyaring di telinga Alana. Rupanya Rintik sudah sadar. Terlihat dari raut Rintik yang berubah 180°, Alana menjadi heran.

"Kenapa, deh? Kayanya tadi kamu senyum-senyum, kok sekarang jadi asem?" tanya Alana.

Rintik menatap Alana dengan tatapan khawatir, "takut," ujarnya lirih. "Raga balik. Tapi nanti kalau dia lupa sama aku gimana, ya?"

SenandikaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang