Joohyuk mengusap kepala Chanyeol. mengusap kening juga pipinya. “Hanya aku yang dapat mencintaimu setulus ini, Hyung”
“Ya, Joohyuk-ah. Aku tahu”
“Hm?”
“Mata ini, selalu menatapku dengan penuh cinta dan kagum. Tentu saja aku tahu” ucap Chanyeol dengan senyuman lebar. Mengusap kelopak mata Joohyuk yang terpejam.
Joohyuk menggenggam tangan Chanyeol dan mengecup telapak tangannya. “Don’t ever leave me, Chanyeol hyung”
“I..." Chanyeol tau seharusnya ia tidak membuat janji yang padahal ia tidak yakin apakah dia bisa menepatinya atau tidak.
"Promise you”, jawabnya dengan suara yang pelan dan lirih.
◉❥
“Papa?”
Tao memberikan sign diam pada Sehun. “Papa mu baru bisa tidur. Dia sudah begadang selama tiga hari. Jadi ayo main dengan paman”
“Tapi, Hunnie rindu?”
“Kau selalu melihatnya kan?”
“Tapi Hunnie tidak mendengar suara papa selama tiga hari ini. Hunnie rindu” ucap Sehun dengan suara pelan.
Tao menatap Kris yang tertidur di dalam sofa ruang kerjanya. Ia menghela nafas panjang. Bagaimana bisa Kris Wu bersikap seolah olah ia hanya sendirian dirumah itu padahal ada Sehun kecil bersamanya dirumah megah itu.
Tao yang iba kini mengangkat Sehun dalam gendongannya lalu mengajaknya keluar rumah. “Xihun bosan ya?”
“Iya.. papa tidak pernah keluar. Dan tidak makan sama sekali. Papa kenapa, paman?”
“Papamu itu, pengecut”
Tao mendudukkan Sehun di rerumputan taman yang berada di pekarangan belakang rumah Kris. Lalu ia juga ikut duduk disisi Sehun.
“Dia tidak seperti itu saat kakekmu masih hidup”
“Huh?”
“Dia seperti itu karna ia sudah merasa, dia sudah tiada, Hun. Yang membuatnya bertahan hanya kau, putranya”
Sehun menatap pamannya itu lekat. Tao menguap kepala Sehun, “Kau anak yang pintar. Pasti itu gen dari mama mu. Karna seperti yang kau lihat, papamu itu bodoh” ucap Tao.
“Apa papa dipaksa untuk kembali ke Guangzhou? Papa cerita papa belajar di Seoul, tempatnya bertemu dengan Chanyeol”
“Ya, benar” ucap Tao. “Ayahnya yang memaksa papamu pulang” ucapnya. “Namun saat itu, papamu selalu menolak permintaan ayahnya. Ia tidak pernah kembali, untuk sekalipun” ucapnya.
“Namun karna kondisi kakekmu yang memburuk, dan nenekmu juga memaksa ayahmu, mau tidak mau ayahmu kembali kesini dan meneruskan perusahaan Wu disini”
“Dan meninggalkan Chanyeol?”
“Sebenarnya, paman tidak begitu mengerti. Karna, Kris ge bilang dia tidak akan datang, karna dia tidak bisa. Namun tiba-tiba saja aku mendapat telfon darinya, dan dia bilang dia sudah di bandara Guangzhou”
◕3
Tao berlari menuju gate 16. Langkahnya terhenti menatap Kris yang beerdiri dengan mata kosong menatap pada pesawat yang berjejer dengan rapih diluar.
“Gege?”
“Oh, hai Tao”
“Kau baik?”
“Well, aku butuh pemakaman sekarang” ucapnya sambil menarik koper besarnya. Tao mengikutinya.
“Pemakaman? Untuk siiapa?”
“Untukku”
“Huh? Memangnya kau kenapa?”
Namun pertanyaan terakhir Tao menjadi pertanyaan kosong tanpa jawaban. Ia mengikuti Kris menuuju mobil yang terparkir lalu memasukinya dan mengantar Kris pulang ke mansion Wu.
Seama perjalanan, Kris tida bicara. Ia menatap keluar jendela mobil dan sesekali tampak memijat keningnya.
Hingga sampai pada mansion yang didominasi warna putih itu. Kris memasuki rumah besar itu. Ia tersenyum tipis menatap sang mama yang menyambutnya dengan senyuman hangat.
“Selamat datang putraku” ucapnya lalu memeluk Kris dengan erat. Kris membalas pelukkan sang ibu. Matanya menatap sang ayah yang terbaring di sofa panjang dengan selang infus pada tangannya.
Kris mendekati sang baba. “Ba, Yifan pulang” ucapnya. Sang ayah menatap Kris lalu menunjuk sebuah kertas yang berisikan tulisan yang enggan dibacanya.
“Menikahlah dengannya”
Kris menatap secarik kertas foto seorang gadis yang cantik, ia menatap foto itu lalu menatap sang baba. Tanpa ekspressi.
“Orang tuanya membantuku saat perusahaanku mengalami kebangkrutan. Menikahlah dengannya, dia gadis yang baik dan dewasa”
“Ya”
Baba Wu menatap Kris terkejut. Begitu juga sang mama dan sepupunya, Tao. Pasalnya Kris selalu menolak gagasan perjodohan. Namun sekarang ia bahkan setuju tanpa mengatakan apapun?!
“Kau harus bertemu dengannya besok”
“Ya, ba”
Kris berbalik, namun sang ayah memegang ujung jaketnya. Kris menoleh dan menatap ayahnya.
“Kenapa kau tiba-tiba setuju?”
“Anakmu ini, sudah kehilangan segalanya, Ba”
Kris tersenyum tipis. “Itu sebabnya aku disini. Aku tidak memiliki apapun untuk ku pertahankan. Aku akan menuruti semua perintahmu, jadi santailah dan fokus dengan pengobatanmu, Ba”
Tao tau hanya dengan menatapnya. Ia melihat Kris yang kehilangan warna. Kris yang matanya kehilangan semangat.
Kris yang tampak begitu lemah dan tidak memiliki semangat untuk melanjutkan hidupnya. Kris yang tidak ingin membuat pilihan apapun.
◕3
“Paman?”
“Hm?”
Tao menatap Sehun yang kini memberinya sebuah kertas berbentuk persegi. Kartu nama seseorang.
“Kim Joon Myeon?”
“Ya, dia bilang dia akan membantu Hunnie mencari Chanyeol”
Tao menatap Sehun lalu mengusap kepalanya. “Baik, kita coba telfon dia, okay?” ucapnya sambil mengeluarkan ponsel pintarnya.
Panggilan tersambung. Mereka menunggu cukup lama hingga Suho menerima telfonnya.
“Halo appa?! Ini Sehun Wu!!”
“Oh? Sehunnie? Ada apa nak?”
“Apa appa sudah menemukan Chanyeol?”
Diam cukup lama hingga Suho bersuara, “Ya, appa menemukannya. Dia seorang pasien dirumah sakit Seoul”
Raut wajah Sehun berubah, begitu juga Tao. “Ini Tao yang bicara, pamannya Sehun. Boleh ku tahu Chanyeol sakit apa?”
“Dia kecelakaan, Tao-ssi”
“Huh?”
Sehun dan Tao menoleh menatap Kris yang entah sejak kapan berada disana. Menatap keduanya dengan tatapan kaget dan khawatir.
“Info terakhir yang ku dapat, dia mengalami keadaan vegetatif, dia koma, Sehunnie”
YOU ARE READING
Krisyeol; The Immutable Truth
FanfictionI was in Love. Now, I'm in Pain. You were my Happiness. Now, You are my Sadness.
12 ◕ An Information (🇮🇩 vers)
Start from the beginning
