AUF-4

55 9 0
                                    

Setelah kejadian semalam semuanya kembali normal, tawa dan rasa hangat kembali terasa di rumah ini.

".... Kemarin itu sampai mental!!"

"Hahaha..."

"Beneran kaget lho!"

"Ya mau gimana..."

"Hahaha...."

Meja makan terasa ramai, apalagi saat Jay bercerita tentang beberapa lelucon, walaupun terkadang tidak lucu, tapi semua tetap tertawa karena hal itu.

Sebenarnya perasaan Jay sekarang sedang tidak baik baik saja, sebuah kenyataan dia temukan, membuatnya kehilangan rasa percaya kepada seseorang, dia kebingungan. Tapi melihat orang di sekitarnya tersenyum akibat ulahnya, dia menjadi terhibur dengan sendirinya.

"Udah.. dimakan cepat! Pada gak berangkat?" Tanya bunda.

Beberapa di antaranya mereka melirik jam tangannya.

"Wah iya!" Teriak Jungwon kaget.

Ternyata kehangatan itu tidak berlangsung lama...

Sekarang semua orang ngacir kesana kemari untuk bersiap berangkat ke tempat mereka seharusnya.

*****

Sore ini sepulang dari geladi konser, para member bersantai di halaman belakang, untuk meluruskan semua tulang mereka yang agak pegal setelah seharian berlatih.

Mereka semua berbaring di atas tikar yang di gelar oleh ayah.

Ayah, bunda, Jihan, dan Nanda pun juga di sana tapi di tikar yang berbeda. Nanda dan Jihan asik mengerjakan tugas mereka. Enak banget sore sore di bawah pohon, diatas rumput, di temenin angin sepoi-sepoi.

"Ayah, bisa bantuin kakak gak?" Tanya Nanda sambil menunjuk buku tugasnya.

Ayah pun mendekatinya. "Apa yang kakak gak paham?"

"Ini loh yah.. dari tadi udah aku gunain rumus pertama, tapi gak dapet. Sedangkan kalau rumus kedua itu kan kegunaannya beda." Keluhnya.

Matematika. Hanya mendengar kalimat itu sebagian besar murid akan menghela nafas panjang. Yang sering membuat matematika terlihat sulit adalah keharusan berfikir mencari jalan untuk menemukan jawaban selain dari materi yang disampaikan.

Tapi apa daya? Nanda sekarang sedang berusaha untuk mendapatkan beasiswa untuk bisa masuk di perguruan tinggi jurusan kedokteran terbaik. Itu artinya dia harus mempelajari hal yang benar benar dia hindari. Bahkan bukan hanya mempelajari, dia di haruskan untuk bisa menguasai pelajaran itu.

Kenapa memilih kedokteran, sedangkan Nanda membenci pelajarannya? Jawabannya karena bunda. Bunda satu satunya alasan Nanda bertahan di dalam kesengsaraan nya menghadapi berbagai pelajaran fisika, biologi, dan kimia.

Hanya bunda.

"Wah.. ayah juga bingung nih?" Ayah menggaruk kepalanya. "Minta bantuan Jake gih! Pasti dia bisa..." Usul ayah. "Biasanya juga sama Jake kan, kak?"

"Hehe..." Nanda tersenyum. "Yaudah deh, aku minta bantuan bang Jake aja."

Ayah pun bergeser sedikit setelah mengangguk.

"Bang Jake!" Panggil Nanda.

Jake menoleh. "Call me? Why?" Tanyanya. (Memanggil ku? Kenapa?)

Ana Uhibbuki FillahWhere stories live. Discover now