Bab 18 Permainan

6 2 0
                                    

Disini aku merasa seperti orang bodoh karena tidak tahu apa-apa. Permainan macam apa ini. Tanpa kusadari langkah kaki panjang menghampiriku.

Lengan panjangnya menyentuh pundakku, dan melingkarkannya. Badan besar dengan setelan jas hitam menempel dibelakangku. Aku bingung dan malu karena semua orang melihat diriku, siapa dia dalam benakku.

Aku mencoba untuk memberanikan diri menoleh kearah belakang, tapi tangannya menyentilku untuk tetap menatap depan. Suara lirih terdengar ditelingaku, tanpa kusadari bibirnya mendekat kearah telingaku, kalau aku menoleh dia pasti sudah menciumku dasar..

"Syutttt...  Jangan kacaukan suasana" jawab pemuda tersebut
"Bagaimana tidak aku mengkacaukannya, kamu memelukku dengan erat. Aku pun juga tidak tahu kamu siapa. Jangan coba-coba untuk mempermainkanku ya.. "
"Sudah bicaranya.. Lama tak jumpa ternyata sekarang kamu tak mengenaliku yah.. "
"Sekarang kamu harus bilang kamu itu siapaa.. Jangan membuatku bertanya-tanya, dan berpikir hal yang macam-macam..."
"Berbaliklah"
Tanpa aba-aba terlebih dahulu, aku membalikkan badanku dan mendongak keatas. Ternyata laki-laki itu langsung memelukku, tanpa aku tahu wajahnya. Dasarr... Licik

Aku memukul punggung besarnya, dan memberontak untuk pergi.
"Ouu.. Kekuatanmu lumayan juga ya.."
"Kau menggodaku dasar tidak sopann"
"Laki-laki macam apa kau mencoba membodohiku, licikk"
"Heyy.. Tenang aku hanya ingin memelukmu sebentar saja, sudah lama kita tak bertemu.. "
"Saat kamu berbalik kamu pasti akan sudah tahu aku siapa dan kamu pasti memberontak memarahiku, lalu aku tak mungkin bisa menghindar dari amukanmu" jawab pemuda tersebut.
"Maksud kamu.. "
Pemuda itu langsung menyuruh semua karyawan untuk pergi dan mengerjakan semua tugasnya. Aku yang bingung serta marah pun lantas meneriakinya, beruntungnya laki-laki itu tidak kuteriaki saat banyak karyawan perusahaan itu berkumpul.

Saat ia membalikkan badan, aku terkejut setengah mati. Ternyata yang memelukku dan menyiapkan kejutan ini adalah orang yang aku tunggu-tunggu.
"MADE... "
"Kamu... "
Ia hanya tersenyum dan menggaruk-garuk kepalanya. Kenapa tampilannya begitu berbeda kemarin. Sekarang ia nampak seperti made yang aku kenal, tapi dia bersama seorang wanita kemarin.

Aku langsung marah dan berjalan pergi meninggalkan kantor, sementara made mengejarku. Sempat aku melihat bodyguard yang bersamanya, melihatku sinis dan tajam. Nyawaku begitu ciut ketika melihat tatapan mereka. Made menangkap tanganku, dan mencoba mencegahku untuk tidak pergi meninggalkan dirinya sendiri.

"Tunggu dewi... "
"Aku ingin jelasin sesuatu padamu..  Jangan marah"
"Maksud kamu aku gak boleh marah hah.. Setelah perlakuan kamu selama ini ke aku, aku bahkan nggak bisa mendengar suara kamu. Aku nggak bisa bicara sama kamu. Saat aku telpon kamu kenapa kamu tutup, kenapa kamu alihkan. Kalau kamu gak mau ketemu sama aku, kenapa kamu gak bilang putus aja. Kenapa kamu gantungin aku, aku sering berpikir kamu udah gak peduli lagi sama aku, tapi aku menyangkal semua itu. Dan aku pikir kamu sibuk selama empat bulan ini, kamu tahu kan kita itu pacaran. Trus kenapa aku gak boleh tahu kabar kamu. Dan kemarin, kenapa kemarin kamu sama wanita lain. Sekarang aku sadar, kamu hanya mempermainkanku saja kan..  Kamu gak tahu apa rasanya nunggu sekian lama.. Terus kamu datang dan kamu bilang ini kejutan. Aku pikir kamu itu beda dengan kebanyakan pria lain, aku pikir kamu orang yang benar-benar baik, ternyata itu salah.. Aku udah salah milih kamu"

"Kasih aku waktu untuk jelasin ini semuanya, aku tahu hal ini salah. Aku minta maaf,  gapapa kamu marah sama aku, aku juga gak akan minta kamu untuk maafin aku. Tapi kasih aku waktu untuk jawab semua pertanyaan kamu selama ini, tolong..."

"Hemm, tapi jangan bicara disini" jawabku sambil mengusap pipiku yang basah karena air mata.

"Baiklah"

***

Ditempat yang sama aku percaya akan ada angin perubahan dalam diriku, aku sudah berusaha selama ini. Bertahun-tahun aku takut akan banyak hal, dan sekarang dia datang menghampiriku.. Kami sering berbagi cerita masa kecil dan dialah yang selalu menyokongku kemana aku pergi, yahh.. pertemuan kami memang sebentar.

Waktu itu, saat dia mengingatkanku tentang ceritanya, seketika aku ingat sesuatu hal, Yang tak mungkin terjadi. Akankah selama ini dia adalah pendamping hidupku. Sedikit ingin tahu tapi dulu aku merasakan hal yang sama, saat aku menatap dirinya untuk pertama kali di tempat itu. Saat buku diary oranyeku terjatuh, detik yang sama aku mulai memikirkannya. Dalam hidupku, dan entah tiba-tiba rasa itu semakin kuat. Pikiranku membuat semua itu nyata karena keajaiban, Tuhan alangkah indahnya. Jika aku berada disisinya selalu. Dan menemaninya, hari demi hari sampai kami menua. Dan rambut mulai beruban, menyembahmu selama nafas panjang hidupku. Ditemani dirinya, yang membuatku serasa terlahir kembali seperti bayi mungil tanpa dosa. Seperti lembaran kertas putih tanpa noda, aku ingin semoga dialah yang menjadi pangeranku.

Tapi pun jika tidak, aku merasa beruntung dia berada & datang dalam hidupku. Aku tak menyesal... Semoga Tuhan memperkenankan doaku dan tulisanku ini untuk memanggilnya yang berada jauh disana, dan  datang untukku selama akhir sisa hidupnya.

Terimakasih Tuhan

(Dear Diary)

***

Kami berjalan ditempat dimana kami sering berbicara, taman itu.

"Kamu tahu kenapa aku bawa kamu kesini dewi?"

"Kenapa?"

"Jujur aku masih menyayangimu. Aku tahu kamu marah dengan perlakuanku yang sama sekali terkesan tidak peduli dengan dirimu, tetapi aku adalah seorang manusia dewi. Aku bukan Tuhan yang selalu ada disaat kamu butuhkan, selama enam bulan kita pacaran, dan aku menggantungkanmu saat kita masih dua bulan berpacaran. Aku takut kamu akan sedih mendengar ceritaku, aku harus menyembunyikan semua kabar yang sebenarnya aku ingin memberitahukanmu. Aku harus menolong seseorang, yang sangat membutuhkan dewi.."

"Siapa itu kenapa kamu sampai harus memutus hubungan kita sementara hanya demi orang itu? Apa hubungan kita nggak sepenting dulu"

"Aku takut kamu akan marah jika mendengar ini dari orang lain. Dulu aku memiliki sahabat. Namanya adalah anjani dia merupakan teman sekolahku dulu saat kami SMA, aku tidak ingin ada hubungan lebih diantara kami. Karena, itu akan merusak hubungan persahabatan diantara kami. Dia merupakan siswi yang pintar dikelas, walaupun dia pintar tapi dia masih saja mengikutiku saat aku mengambil les matematika dikelas. Saat aku menjadi ketua kelas kami sering bertukar pikiran, karena dia pun juga menjadi wakil. Aku dan anjani sering menghabiskan waktu bersama, dan menjalani hobi yang sama yaitu basket. Kamu tahukan, aku suka basket.. Karena itu aku tidak tahu apakah dia benar menyukaiku sampai sekarang atau tidak, dan ternyata kekhawatiranku benar terjadi. Dia mengikutiku semenjak tahu aku berada di US, untuk project kerja. Dia sering sekali mengujungi tempat kantorku, dan selalu mengajakku makan bersama. Aku sering menolak dan menjelaskan kepadanya, bahwa hubungan kita sudah tidak seperti dulu lagi. Aku nggak tahu kalau dia senekat itu, dia mengatakan alasan yang sulit untukku jawab dewi.. Dia ingin menjadi istriku, bahkan dia rela berpisah dengan orangtuanya yang membesarkan dirinya. Sekarang dia sudah sendiri, tanpa siapa-siapa, aku bisa apa... Aku nggak tahu akan sehebat ini, aku ingin menghubungimu dan menjelaskan semuanya sendiri, tapi dia sering bertindak gegabah dan akan mengancam untuk bunuh diri jika aku menghubungimu. Aku seperti masuk ke kandang buaya, jujur aku nggak pernah nyangka anjani bisa senekat itu jauh-jauh mendatangiku ke US hanya untuk bertemu denganku, dan mengungkapkan perasaannya selama ini padaku. Tapi aku harus bagaimana dewi, aku tahu kamu akan mengerti posisi ini, karena kamu merupakan wanita yang tangguh. Dia rela pindah keyakinan hanya untukku, tapi aku tak bisa. Jadi aku kembali kesini untuk menemuimu, tapi posisinya ternyata kamu melihatku dengan investor, dan aku terpojok.. Aku mendengar kabar dari kemala kamu sakit dan kemala langsung memarahiku, aku sungguh minta maaf bukan maksudku untuk membuatmu sakit hati dan akhirnya kecelakaan ini. Kalau kamu pergi aku mungkin akan mengutuk diriku sendiri. Maaaaf dewiiii.... aku minta maaff tidak bisa menjadi pendamping yang terbaik untukmu"

tanpa disadari laki-laki yang ada dihadapanku itu menangis, sungguh aku tak percaya didalam hati ...

Walaupun dia memiliki semua kelebihan, namun ternyata untuk bisa bersanding dengan seseorang yang aku impikan ini. Banyak sekali cobaan, bahkan hanya untuk sekedar menyapa dan menelepon saja...

Bersambung part 19

Jodohku Cinta PertamakuWhere stories live. Discover now