Bab 8 Hilang

12 3 0
                                    

Tiba di salah satu tempat wisata di kota Malang yaitu Jatim Park tiga yang terletak di jalan Ir. Soekarno nomor seratus empat puluh empat, Beji, kecamatan Junrejo, Kota Batu, Jawa timur.
Made sedang mengarahkan mobil kijang Inova milik Kemala itu diparkiran yang terletak tidak jauh dari gerbang masuk wisata tempat tersebut. Pukul sepuluh waktu Indonesia bagian barat atau lebih dikenal dengan WIB. Mereka turun dari mobil berwarna hitam itu, saat ada pintu loket masuk untuk membeli karcis. Ada segerombolan anak-anak TK yang sedang studi tour ke tempat wisata yang terkenal di jawa timur itu, mereka sedang melihat-lihat bangunan yang sangat besar dengan takjub. Alias melongo, ada beberapa anak yang berlarian sementara ibu guru mereka sedang susah payah memberikan gelang karcis kepada anak didik mereka satu persatu. Tanpa diiringi kedua orangtua mereka, sungguh sangat merepotkan mengurus bejibun anak orang.
Ada dua orang anak yang sedang menghampiri kami dipintu loket, mereka sepertinya ingin menanyakan sesuatu. Anak-anak itu sangat pemberani, padahal mereka tidak mengenal dua orang yang ada disamping mereka itu, tetapi rasa ingin tahu mereka sangat besar.
Salah satu anak lelaki bergelang kertas biru itu memiliki rambut kecoklatan seperti disemir, tetapi rambutnya begitu halus dan tebal tentu itu rambutnya asli. Ia sedari tadi menatap aku dan satu teman laki-lakinya disamping yang membawa es krim coklat didua tangan kecilnya.
"Hi nama kamu siapa" jawabku seraya mengelus kepala dua anak yang sedari tadi menatapku
"Halo ka.. namaku keano" sambil membersihkan hidungnya yang ingusan
"Kalau aku Riski ka.." anak yang membawa dua es krim ditangannya itu
"Ohh halo Keano dan Riski nama kaka Dewi. Kalian lagi ngeliatin Kaka kenapa adik, seperti nya adik-adik ini ingin tau sesuatu?"
"Apa kalian pengen permen?" Imbuhku
" Enggak ka, aku ngelihatin Kaka yang disamping itu" jawab Keano
"Oh kenapa Kaka yang disamping keliatan galak ya.. maaf ya dik buat kamu takut" jawabku seraya tersenyum dan melirik Made yang masih sibuk memesan tiket masuk untuk kami.
"Enggak kok ka cuma wah aja ganteng kayak idolaku" jawab Keano masih mengusap hidungnya.
"Oh idola Keano siapa" jawabku dengan ramah seraya memberikan tisu yang ada ditasku
"Idolaku ka Varel Bramastya" jawab Riski yang menyahut pembicaraanku dengan anak yang berambut kecoklatan itu.
"Aku pengen permen yang ada ditas Kaka" jawab Riski tanpa malu
"Oh iya adik Riski ini" sambil memberikan permen kiss rasa Cherry itu
"Adik pintar kalian sama guru kalian ya.. nanti dicariin lho.." sambil menyuruh kedua anak itu untuk mengikuti rombongan mereka yang berjalan masuk.

Sementara itu setelah Made mendapat tiket masuk untuk melihat-lihat wahana tempat wisata tersebut. Kami berjalan menuju roll coaster yang membuat banyak orang bergidik ngeri sekaligus mual karena mengocok isi lambung mereka.
"Made kamu mau naik itu?" Jawabku dengan menunjuk wahana bermain tersebut.
"Heem" dijawab anggukan pelan oleh Made
"Aku kayaknya gak ikut deh, kamu sendirian aja ya" jawabku
"Loh masak aku sendiri sih.. ya gak seru dong, ayo ikut" jawab Made dengan menggandeng tanganku kuat
"Aku takut nanti kalo aku mual muntah gimana, kamu mau gendong aku.. aku gak bawa obat antiemetik lho" jawabku untuk seraya menghindar agar tidak ikut
"Ahh gampang kan aku bisa gendong kamu, badan aku kan kekar gini masak kamu raguin aku" sambil menunjukkan otot lengannya
"Lah kalau aku muntah dibaju kamu gimana, terus nanti kalau aku tiba-tiba pusing, kekurangan cairan terus pingsan gimana kan repot jadi gak seru gak liburan dong" dengan spontan
"Gapapa aku bawa baju ganti, kalau kamu pingsan ada petugas kan. Gak akan terjadi apa-apa ayoo.. seru lho liat orang-orang diatas sana"

Sementara Made menunjuk ke orang-orang yang terlihat takut, mual, serta ingin pingsan itu. Menurutnya itu seru, dan menurut pandanganku itu mengerikan. Bayangkan makanan yang ada diperut mereka kocar-kacir kemana-mana dilambung, cairan lambung hcl yang asam  itu terkocak dengan tubuh yang terpontang panting keatas bawah samping kanan kiri. Hiih...

Made kali ini menang dengan membuatku harus berteriak-teriak ketakutan, sementara ia sangat menikmati permainan itu. Jantungku seperti ingin copot saja, karena pergerakan roll coaster yang begitu cepat. Saat selesai turun dari wahana mengerikan tersebut, badanku tak bisa berdiri tegak. Kepalaku pusing tujuh keliling, sama seperti permainan yang aku coba dengan Kemala waktu kecil memutar-mutarkan badanku dengan kecepatan penuh dan berdiri tegak. Bahkan lebih parah dari itu, aku juga merasakan makanan yang aku cerna kembali naik ke tenggorokan. Tetapi bisa ku tahan, ekspresi wajahku merah padam bagai memakan cabe super pedas yang membakar seluruh lidahku. Sementara aku yang teler dan tidak bisa berdiri tegak, Made malah gembira dan riang. Ia sama sekali tidak seperti diriku yang lemah ini, mungkin karena ia sangat menjaga pola hidup sehat dan kebugaran tubuhnya. Jadi naik roll coaster tidak membuatnya kewalahan, malah membuatnya ketagihan. Sebenarnya dari ekspresi wajah laki-laki ini, dia sangat ingin mencoba kembali wahana tersebut karena melihat roll coaster tersebut dengan mata yang penuh cahaya dan kornea mata yang membesar. Memang ya laki-laki kebanyakan suka adrenalin yang naik turun.

Jodohku Cinta PertamakuWaar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu