Diaz mengelus pelan puncak kepala El. Lalu mencium penuh sayang wanita yang sudah memenangkan hatinya ini. Mereka memang belum resmi menjadi sepasang kekasih tapi itu bukan masalah bagi Diaz. Melihat El yang tidak lagi menghindar darinya saja sudah membuktikan bahwa wanita itu sudah membuka hati untuknya. Hanya tinggal menunggu waktu saja.

"Eeeeuuggghhh"

El menggeliat, mencari posisi ternyaman. Lalu perlahan mata indahnya terbuka. Mengerjap sebentar lalu menatap kesamping tepat saat Diaz juga tengah menatap kearahnya.

"Sudah sampai ya?" Tanya El sambil menegakkan badannya.

"Aku tidak tau harus mengantarmu kemana, jadi ya kuantar saja kau ke Apartemen" Jawab Diaz mengabaikan pertayaan El.

El tersenyum. "Tidak masalah, terima kasih ya sudah mengantarku pulang"

Diaz mengangguk. "Iya sama-sama"

"Aku masuk ya?" El meminta ijin. Entah mengapa dia melakukan hal itu.

"Tunggu" Diaz menahan tangan El yang hendak membuka pintu mobil dan akan keluar.

Diaz mencium pipi El dengan cepat. Membuat El terkejut dengan perlakuan Diaz itu.

"Itu balasan ciumanmu tempo hari" Ucap Diaz tanpa menatap kearah El.

El tersipu malu. Wajahnya memerah mengingat kelakuan bar-barnya.

"Ternyata kau pendendam ya" Kata El sambil bersidekap.

Diaz mengernyit. "Hah maksudnya?"

"Iya kau membalas apa yang aku lakukan padamu, apa itu jika bukan pendendam?"

Diaz tertawa geli. Lalu mendekatkan wajahnya pada El.

"Itu bukan pendendam, my queen. Itu namanya adil"

"Ck bagaimana jika aku memukulmu, kau juga akan memukulku? Begitu?"

"Kecuali memukul, aku akan membalas setiap yang kau lakukan padaku"

"Kenapa kau tidak mau memukulku juga jika aku memukulmu?"

"Karna pantang bagiku memukul wanita. Aku terlahir dari seorang wanita dan kelak anak-anakkupun terlahir dari seorang wanita. Apa aku harus memukul seseorang yang membawaku hidup kedunia dan mempertaruhkan nyawa hanya agar aku bisa melihat dunia? Aku tidak setega itu, my queen"

El tersenyum. Rasanya hari ini sudah tidak terhitung berapa kali dia tersenyum. Berapa kali dia mengagumi sosok Diaz. Pria ini benar-benar memiliki hati yang sungguh luar biasa. Lalu ingatannya kembali pada satu kata yang dua kali disebut Diaz. My queen, begitu Diaz memanggilnya.

"Sudah larut malam, ti..."

"Tidak baik seorang pria dan wanita pergi hingga larut malam. Apalagi berduaan" El memotong perkataan Diaz dan melanjutkan apa yang ingin dikatakan pria itu.

Diaz tertawa dan mengusap kepala El sayang. Ternyata El hafal kalimat yang tempo hari dia katakan pada wanita itu.

"Ya sudah, aku turun ya. Hati-hati dijalan. Salam untuk Ahra"

Love For EleanorWhere stories live. Discover now