CSG 14- Wahana Saksi Cinta

11.8K 1.2K 122
                                    

بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

Spesial diketik 2245 kata dari yang biasanya cuma 1000-an karena liat kalian semangat spam komen.

Sekarang komen tiap paragraf bisa gak?😆


-Happy reading-

*****

Fiza memungut box mochi beserta isinya dilantai dengan tangan bergetar. Melihat itu, Gus Afkar tentu saja merasa kasihan, terlebih setelah apa yang dia lakukan kepada Fiza. Ia sadar perbuatannya sangat salah. Ia telah bermain fisik padanya yang sebelumnya tidak pernah Gus Afkar lakukan kepada perempuan mana pun.

Pantang bagi Gus Afkar menyakiti perempuan secara non verbal. Selain itu kedua orangtuanya juga melarang keras anak-anaknya bermain tangan. Tapi saat ini ia khilaf dan termakan emosi.

Ada alasannya kenapa Gus Afkar sampai nekat menampar Fiza.

"Fi, gak usah diambil lagi itu kotor, banyak kuman dilantai," katanya menghentikan pergerakan tangan Fiza.

"Nggak, kok belum lima menit. Sayang, kan kamu udah beliin," ucap Fiza masih berusaha terlihat baik-baik saja. Padahal dalam suaranya sudah ada getar.

"Saya minta maaf." Fiza hanya dapat mengangguk untuk menyambutnya. Kalau ia bicara lagi, ia tak yakin air matanya masih bisa ditahan.

Gus Afkar membantu Fiza duduk di sofa. Setelah dirasa cukup tenang, ia mulai berbicara kepada istrinya yang terlihat masih ketakutan itu. Maklum, seumur hidup dia tidak pernah mendapatkan kekerasan fisik. Gus Afkar tahu itu darinya.

"Kamu gak perlu menjual diri cuma buat ngemis cinta saya, Fi. Kamu berharga lebih dari apapun. Jangan kayak gitu lagi ya." Gus Afkar berkata tulus seraya menatap mata Fiza.

"Tapi, aku istri kamu. Udah kewajiban aku, kan? Bukan berarti aku jual diri."

Gus Afkar tersenyum mengusir ketegangan diwajah Fiza. "Dalam konteks yang kamu ucapkan tadi bukan seperti itu. Saya kecewa kamu ngomong begitu. Saya bukan lelaki seperti itu, Fi? Kalau saya mau, udah dari awal kali."

Fiza menunduk merasa amat malu.  "Maaf, seharusnya aku gak bilang gitu."

"Lupakan."

Gus Afkar mengangkat wajah Fiza dan meneliti pipinya yang sudah ia buat ruam. Terdengar ringisan kecil dari bibirnya ketika jemarinya tidak sengaja menekannya.

"Saya ambil kompresan dulu buat kompres ruam di pipi kamu."

Fiza segera menahan lengan Gus Afkar ketika pemuda itu hendak beranjak, menciptakan kerutan dikening sang empu.

"Jangan, gak sakit kok."

"Gak sakit gimana orang merah gitu." Gus Afkar melepaskan kembali tangan Fiza, tapi Fiza menahannya lagi.

"Nanti Umi akan mempertanyakan kamu."

Bukan apa, Fiza hanya khawatir Nyai Nadya tahu keadaannya ini dan penyebabnya adalah Gus Afkar. Kalau sudah begitu, ia yakin beliau dan Kiai Ilham akan memarahi Gus Afkar habis-habisan sebab telah melanggar larangan mereka.

CINTA SEORANG GUS (New Version)✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang