CSG 09- Ikatan yang terlepas

11.5K 1.1K 110
                                    

بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

-Happy reading-

*****

Sebuah buku terlempar hingga kulit dan isinya terbagi menjadi dua. Bersamaan dengan itu pintu kamar terbuka lebar menampakkan sosok Fiza yang refleks memegangi dadanya karena terkejut.

Fiza menatap buku yang kondisinya telah mengenaskan menimpa kakinya. Dadanya seketika berdetak kencang, khawatir. Ditambah saat menatap wajah suaminya sudah merah padam.

Gus Afkar menyentak tangan Fiza dengan kasar hingga Fiza berada tepat di depannya. Kepalanya sempat terkatuk dada Gus Afkar saking hebatnya Gus Afkar menariknya.

"Kenapa kamu gak jujur dari awal?" Tangan putih berhias urat kehijauan itu kini mencengkram kedua lengan Fiza dengan kuat, menimbulkan rasa nyilu pada diri Fiza.

"JAWAB!" bentak Gus Afkar geram karena Fiza hanya diam.

Fiza berjengit dengan mata mengerjap. Tubuhnya mulai bergetar. "A--apa?"

Gus Afkar tertawa miring. "Gak usah munafik!"

"Itu... Mas menemukan buku itu di mana?"

Mengenai buku bersampul hati itu, Fiza bahkan sudah melupakannya setelah sempat hilang entah ke mana.

Beberapa tahun yang lalu ia pernah menulis isi hatinya di sana. Di saat ia jatuh cinta untuk pertama kalinya pada seorang Gus yang dikenal dengan kealimannya.

Kala itu, Fiza sadar bahwa ia telah salah menaruh hati pada pemuda itu. Ia tentu sadar diri bahwa tidak mungkin bagi dirinya yang hanya perempuan biasa bersanding dengan anak kiai ternama seperti Gus Adnan. Karena itulah ia menyembunyikan perasaannya.

"Tidak penting saya menemukannya di mana, tapi satu hal yang sangat saya sesali, kenapa kamu munafik sekali?"

Tangan itu beralih mengusap pipi Fiza dengan senyuman remeh. "Jadi ustadzah ini sudah mencintai seseorang dari sebelumnya?"

Fiza menepis tangan Gus Afkar membuat sang empu emosi. Terlihat dari matanya yang melebar.

"Dengarkan penjelasan saya dulu, Mas." Gus Afkar membuang muka muak. Pemuda itu kentara kecewa.

Fiza menggenggam tangan Gus Afkar yang terkepal. "Saya memang pernah mencintai Gus Adnan, tapi itu dulu. Sekarang saya sudah tidak mempunyai perasaan apa-apa lagi sama dia." Terpaksa Fiza membuka sebuah hal yang ia tutupi selama ini.

Gus Afkar tertawa geli, tidak mudah percaya begitu saja. "Oh ya? Kalau begitu, jadi kenapa buku itu masih ada di sini? Buat kenang-kenangan?"

"Buku itu hilang, Mas. Saya sudah mencarinya kemana-mana, tapi tidak ditemukan. Makanya saya tanya mas menemukan buku itu di mana?"

Gus Afkar mengabaikan pertanyaan Fiza dan bertanya balik. Pikirannya benar-benar kacau sekarang. Hatinya hancur lebur."Kalau kamu mencintai Bang Adnan, kenapa dulu kamu menolak dia?"

Fiza menunduk. Ingatannya kembali pada beberapa tahun lalu, saat di mana Gus Adnan datang ke ndalem untuk melamarnya.

Saat itu memang perasaan itu masih ada. Fiza pun sangat bahagia karena perasaannya tak bertepuk sebelah tangan, tetapi ia teringat obrolan Nyai Nadya dan Kiai Ilham beberapa hari sebelum Gus Adnan bertamu sehingga ia mantap menolak lamaran kekasih hatinya itu.

"Umi, anak kita Fiza sudah dewasa. Umurnya 20 tahun. Sebelum-sebelumnya banyak pemuda yang ingin berta'aruf dengan dia, tapi kita selalu menunda-nunda niat baik itu karena Umi tidak rela Fiza sampai menikah dan dibawa suaminya nanti."

CINTA SEORANG GUS (New Version)✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang