1. Awal

9.3K 436 7
                                    

Selamat membaca ✨

Michelle merasa bersemangat di hari pertamanya masuk sekolah. Ralat, hari pertama sekolah di Indonesia, keluarga Michelle yang notabene-nya pengusaha mengharuskannya sering berpindah-pindah, begitupun dengan sekolahnya. Tapi, Michelle memang asli orang Indonesia, lahirnya pun di Indonesia.

Tidak punya teman, itu yang di rasakan Michelle sekarang. Maklum Michelle bukan orang yang mudah bergaul, untuk hari pertama dia hanya menyapa beberapa orang belum ada yang mengajaknya berteman.

"Buat di sekolah ini, aku... "

"Kok aku sih, gue aja deh. Dulu kan gue juga sering pake gue-lo, lebih nyaman! "

"Oke balik ke topik, di sekolah ini gue bakalan ikut eskul musik sama basket! "

Michelle terus berbicara sendiri, dia merencanakan apa saja yang akan dia lakukan di sekolah baru nya termasuk ektrakurikuler apa yang akan dia ikuti. Memang, Michelle ini selain pintar dia juga aktif dalam beberapa bidang.

Tidak terasa waktu pulang pun telah tiba Andra bersama ketiga temannya, yang sejak tadi membolos di kantin pun ikut beranjak untuk pulang. Mereka berempat berjalan ke arah parkiran.

"Bos entar malem jadikan balapan? " tanya Rafka.

"Hmm.. "

Tidak memperdulikan Rafka, Andra tetap memainkan ponsel nya sambil berjalan, dia asik menyusun rencana bersama geng nya untuk tawuran dua hari lagi. Hingga tanpa sadar dia bertabrakan dengan seseorang.

Bruk...

Prang..

Handphone Andra jatuh membuat Andra menggeram siap melontarkan pukulan kepada orang yang menabraknya barusan.

"LO BISA JALAN GAK SIH LO! "

Tangan Andra melayang, wajah nya menatap orang tersebut dan deg. Andra langsung menurunkan tangannya.

Mata yang indah, sangat jernih dan tatapannya dalam. Kenapa dada gue ber gemuruh liat wajah nya yang cantik, sangat cantik. Batin Andra

"Lo, mau apa? Mau pukul gue? Ayo pukul aja, ayo! " Michelle menantang Andra dengan menunjukan pipinya.

"Dasar gak gentle mau main bogem-bogem sama cewek lo! "

Michelle yang terus berbicara tanpa henti, justru membuat seorang brandalan seperti Andra tersenyum tipis, sangat tipis hingga tidak ada yang menyadarinya.

"Dede cantik minggir aja ya, nanti kamu di pukul lagi sama bos Andra! " kali ini yang berbicara adalah Novan yang sejak tadi mengikuti Andra bersama dengan Rafka dan Gilang.

"Tanpa di suruh pun gue udah mau minggir, gak sudi deket-deket cowok payah kayak kalian! "

Michelle pun melangkah kan kaki nya sambil menyenggol lengan Andra dengan keras. Namun, sebelum benar-benar jauh, Andra memegang tangan Michelle, membuat Michelle memelototinya, sedangkan teman-temannya yang lain terkejut, melihat bos mereka yang mau bersentuhan dengan perempuan.

"Nama lo siapa?"

"Mata lo indah, tatapan lo dalam! "

"Lo cantik, sangat cantik!"

"Gue tau! "

"Kalo sampe gue tertarik sama lo, sampe nanti malem gue gak bisa tidur gara-gara lo. Berarti besok lo harus tanggung jawab! "

"Tanggung jawab? Gue gak hamilin lo, ngapain gue harus tanggung jawab sama lo! " Michelle menjawab nya dengan ketus, Andra terkekeh melihatnya.

"Mana bisa lo hamilin gue, yang ada gue yang bakalan hamilin lo! " jawab Andra dengan santai

"Jangan macem-macem lo! "

"Kalo gitu denger kan apa yang gue ucapin tadi?"

"Apa urusan nya sama gue, kalo lo suka sama gue, bukan urusan gue! "

"Urusannya sama hati gue! "

Blush...

"Kalo sampe nanti malem gue gak bisa tidur gara-gara ngebayangin wajah lo, besok jam 8.45 gue bakalan nyulik lo dari kelas, terus jam 9 pas, lo bakalan jadi pacar gue!"

"Cabut!"

Teman-teman Andra yang sedari tadi cengo menyaksikan adegan yang langka, langsung mengikuti Andra tapi sebelum itu mereka sempat membungkukkan badan mereka di depan Michelle.

"Salam hormat ibu negara," ucap Rafka, Novan dan Gilang.

"GUE SUMPAHIN, SEMOGA LO MIMPIIN MBAK KUNTI DAN SEMOGA LO BESOK UDAH HILANG DARI HADAPAN GUE!" Michelle berteriak dan menghembuskan nafas kasarnya, dia pikir hari pertamanya akan baik, ternyata berbanding terbalik.

Michelle berharap cowok se menyebalkan Andra besok sudah menghilang dari bumi, supaya dia tidak mengganggunya lagi.

To Be Continued
-
-
-
-
-
-

Pacar BerandalanWhere stories live. Discover now