CERPEN : CITRA

Mulai dari awal
                                    

"Aku lagi berjemur. Sekalian nungguin Mbak Asri lagi buatin pancake."

Arga berdiri, "Ya udah. Gue masuk dulu mau mandi sebentar."

Arga tidak perlu mengatakan itu, bukan?

Sejak kapan Arga bersikap seperti ini?

Tatapan Citra tak lepas dari Arga yang perlahan masuk ke dalam rumah. Baru menyadari jika akhir-akhir ini ia merasa kembali dekat dengan Arga. Layaknya sebelum mereka menikah. Bedanya saat ini Citra menyukai pria itu membuat keadaan tidak sama seperti dulu. Dimana dirinya akan senantiasa kesal jika berada di dekat Arga. Sekarang, ia merasa bahagia. Mengobrol ringan dengan Arga. Tanpa adanya lagi tatapan dingin juga sikap Arga yang agak kasar.

Citra menyentuh dadanya, menekannya pelan.

Bisakah Citra berharap?

●•••●

Citra merindukan kedua orang tuanya, maka ia ke kediaman megah Biantara Janitra. Sosok Papi langsung menyambutnya dengan hangat. Dengan manja Citra memeluk Papinya. Meresapi pelukan tersebut seraya menghela nafas pelan. Beberapa bulan ini cukup berat baginya membuatnya ingin menyendiri, bahkan dari kedua orang tuanya pun ia menghindar. Karena perasaan bersalah. Mengecewakan orang tuanya.

Sementara itu Biantara pun memeluk erat putrinya. Mengusap punggungnya dengan lembut. Sekuat tenaga ia menahan diri agar emosinya tidak meletup. Mengingat perkataan Arga jika kondisi Citra akhir-akhir perlahan membaik usai dirundung kesedihan. Maka Biantara bersabar. Menunggu Citra sendiri yang membeberkan fakta tersebut.

Tatapan Biantara bertemu dengan Arga yang berdiri tidak jauh dari jaraknya dengan Citra. Sosok itu diam berdiri mengamati dirinya dan Citra. Entah apa yang ada di benak pria itu memilih bertahan dengan pernikahan bersama Citra. Bertanggung jawab yang jelas-jelas bukan ulahnya. Jika karena harta, sepertinya bukan.

Karena Arga dan dirinya sempat bicara empat mata beberapa hari yang lalu tentang perusahaan yang diserahkan Bayanaka pada Arga.

"Aku gak pantas mendapatkan itu, Pi."

"Harusnya kamu ngomong sama Eyang, kan?"

Arga mengangguk pelan. "Tapi berisiko. Kalau aku langsung ngasih tau Eyang, tentunya Eyang mau tau alasan aku dan pastinya semuanya kacau. Aku gak mau Citra kembali terpuruk."

Biantara terdiam sejenak mengamati menantunya tersebut yang begitu memikirkan Citra. Terlepas apa yang Citra lakukan padanya.

Awalnya Biantara hanya mengenal sosok Arga sebagai putra teman adiknya---Badhri. Juga merupakan teman Sauki dan Patra karena dari SD hingga SMA mereka satu sekolah. Kemudian menjadi menantunya. Namun, setelah fakta yang membuatnya syok berat terbuka, ia tertarik untuk mencari tau sosok Arga. Lebih dalam.

Hingga ia mengerti dengan sikap Arga yang begitu mengkhawatirkan Citra.

Biantara menghela nafas pelan. "Iya. Papi akan bantu kamu." Biantara terdiam sejenak. "Tapi Arga ..."

Arga menaruh cangkir di meja lalu menatap Biantara. "Kenapa Pi?"

Biantara menggeleng pelan seraya tersenyum tipis. Menahan perkataan. Menyimpannya dalam hati saja.

Tersentak pelan, Biantara terbuyar saat Citra melepas pelukannya. "Mami mana?"

"Tuh ada di dapur. Lagi buatin kamu kue." Segera Citra pamit ke dapur. Kini melihat Mami serta beberapa ART yang membantu Mami membuat kue.

"Eh anak Mami udah datang. Mau dibuatin minuman apa?" sapa Mami ceria menghampiri Citra. Usai memberi titah pada salah satu ART untuk meneruskan pekerjaannya membuat kue bolu cokelat tersebut.

CERPENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang