BAGIAN 24.1

Mulai dari awal
                                    

"Sampai bertemu nanti ya. Jangan lupa habiskan sarapanmu"

El meletakkan ponselnya dikasur setelah Diaz menutup teleponnya. Apanya yang mau dihabiskan. Mendengar Diaz akan menjemputnya jam 8 pagi saja, rasanya El tidak bernafsu untuk mengisi perutnya.

El kembali mengedarkan pandangannya kesekitar kamarnya. Memperhatikan baju-baju yang tergeletak begitu saja. Lalu mengambil oversized sweater dan jeans. Terserahlah Diaz menilainya bagaimana. El tidak ingin ambil pusing. Setelah merapikan beberapa pakaian yang berantakan dilantai dan menyimpannya kembali kelemari, El bergegas mandi.

🌺🌺🌺

Diaz baru keluar dari kamarnya dan langsung disambut godaan yang berasal dari Ahra.

"Waaah kau rapi sekali, mau pergi berkencan?"

"Tentu" Jawab Diaz singkat.

"Ini masih jam 8 pagi, yakin kencan pagi-pagi begini?"

"Aku ingin menghabiskan seharian penuh dengan wanitaku, katakan pada Sharga jangan coba-coba menggangguku, aku akan mematikan ponsel seharian ini"

"Apa wanitamu itu El?" Tanya Ahra penasaran.

Diaz mendekat kearah Ahra. Lalu mengacak pelan rambut istri sahabatnya itu.

"Rahasia" Diaz membalikkan badannya. Melangkah keluar rumah. "Aku pergi ya kakak ipar"

"Kakak ipar? Aku kan lebih muda darinya" Gerutu Ahra tidak terima dengan panggilan Diaz.

Diaz melajukan motornya keluar halaman rumah. Diaz sengaja membawa motornya dari pada mobil. Ini kencan pertamanya dengan El. Walau tidak benar-benar kencan, setidaknya ada kesan tersendiri bagi Diaz. Kata orang kencan dengan motor lebih romantis daripada dengan mobil. Diaz setuju dengan hal itu.

Tepat jam 8 kurang 10 menit, Diaz sudah sampai didepan Apartement El. Diaz menghubungi El agar menemuinya. Bukan Diaz malas menjemput El langsung kekamar yang ditempati Wanita itu. Hanya saja, Diaz selalu berprinsip bahwa tidak baik bagi pria dan wanita berduaan disatu ruangan yang sama.

Beberapa saat, El muncul dari balik pintu lobby. Katakan bahwa Diaz berlebihan. Tapi pada kenyataannya, Diaz benar-benar mengagumi makhluk Tuhan yang satu ini. El memang hanya memakai sweater kebesaran dan celana jeans, tapi entah kenapa jika El yang memakainya dimata Diaz begitu sempurna.

El juga terpesona melihat Diaz yang duduk dengan gagahnya diatas motor yang El tidak faham apa namanya. Dengan hoodie hitam dan celana jeans juga sneakers, Diaz tampil memukau. Diaz memang selalu terlihat modis setiap harinya.

"Sudah puas terpesonanya?" Tanya Diaz yang lebih dulu sadar akan kekagumannya pada El.

El hanya menyengir dan menggaruk kepalanya yang Diaz tau tidak gatal. Diaz menyerahkan helm yang tadi dibawanya pada El. Tanpa diperintah, El naik keatas motor. Mengisyaratkan pada Diaz kalau dia sudah siap untuk pergi.

"Tidak masalah kan jika kita kencan naik motor?" Tanya Diaz sebelum melajukan motornya.

"Tentu saja, sudah lama aku tidak naik motor"

"Benarkah"

El mengangguk sebagai jawaban.

"Kita berangkat sekarang"

Love For EleanorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang