-28-

251 90 24
                                    

Tidak pernah ada kedamaian di pagi hari saat sekolah, semua diawali dengan ocehan sana-sini anak perempuan serta teriakan dan aksi kejar-kejaran kaum lelaki. Jaemin berdiri menyandar di dinding kelas sepuluh A, disebelahnya sosok gadis cantik tertunduk lesu.

"Ayah lo minta Milen tinggal bareng kalian?" tanya Jaemin, melirik khawatir Kim Yeonhee yang repot-repot datang ke SMA Merdeka karena ingin bercerita.

"Ayah emang lebih sayang sama Milen, wajar sih soalnya dia anak kandung. Tapi ... gue takut Milen macem-macem," lirih Yeonhee dengan bahu bergetar. Demi Tuhan, Yeonhee tidak pernah lupa bagaimana Milenka memperlakukannya seperti babu ketika mereka masih kecil.

Jaemin menepuk pundak Yeonhee. "Lo nggak perlu takut, 'kan ada gue. Kalo elo kenapa-napa langsung aja kabarin, pasti gue bakal dateng."

Perasaan lega melesat masuk ke relung hati Yeonhee, dengan segera dia memeluk Jaemin senang. Setidaknya Yeonhee memiliki satu orang yang akan menjaga Yeonhee di situasi tersulit.

Jaemin terlonjak kaget, tidak menyangka Yeonhee tiba-tiba memeluknya dengan posisi Jaemin masih menyandar dinding. Cowok itu berniat mendorong Yeonhee, tapi mengingat kalau Yeonhee sedang sangat gelisah membuat Jaemin mengurungkan niatnya.

"Makasih," bisik Yeonhee. Belakangan ini jantungnya selalu berdetak tak terkendali ketika Jaemin bersikap begitu peduli. Pantas saja Milenka pernah menaruh rasa pada Jaemin, karena sang kapten basket benar-benar orang yang perhatian.

"Sama-sama," jawab Jaemin pelan. Satu tangannya menutup wajah, menghindari tatapan siswa-siswi yang berlalu lalang, sementara tangan yang lain tetap berada di dalam saku celana.

"Besok ... boleh 'kan gue nonton pertandingan basket lo?" tanya Yeonhee tanpa melepas pelukannya dari Jaemin.

"Boleh, kalo guru lo ngijinin." Risih tapi tidak enak hati, Jaemin menghembuskan napas kasar berulang.

"Buset, masih pagi udah mojok!" ledek Jisung yang lewat bersama Haebi.

"Itu cewek ganjen yang kemaren deketin pacarnya Milen 'kan? Idih," sindir Haebi. "Lo jangan jauh-jauh dari gue Sung, entar lo kena pelet juga," lanjut Haebi menggandeng lengan Jisung.

"Heh! Sembarangan banget sih kalo ngomongin orang!" seru Jaemin. Namun, Jisung dan Haebi sama sekali tak mendengarkan, keduanya melenggang santai menuju kelas C.

"Udah Jaem, nggak apa-apa kok." Yeonhee melepas pelukannya. Raut terluka tampak jelas di wajah cantik gadis tersebut.

"Lo balik ke sekolah lo gih, nanti telat," kata Jaemin lekas diangguki Yeonhee. "Kalo ada apa-apa kabarin gue," pesannya.

'Jaemin takut gue kenapa-napa,' batin Yeonhee sembari tersenyum manis.

"MER! JIDAT LO MASIH BENJOL NGGAK?!" teriak Jaemin saat melihat Marien melangkah dikoridor. Yeonhee yang kini sedang berjalan pergi— menoleh sebentar, menatap senyum usil di wajah tampan Jaemin.

"Apakah lo berpikir kalau dahi benjol dan memar bisa hilang dalam waktu sehari? Segala hal membutuhkan proses!" balas Marien dengan campuran bahasa baku serta gaul yang sudah biasa ia gunakan sehari-hari.

"Santai dong, Ukhtea!" Jaemin mengejar langkah Marien, membarengi si gadis berkacamata yang terlihat malas berurusan dengannya. "Kemaren ayah sama ibu balik jam berapa?"

"Setengah enam sore. Kata ibu; makasih udah mengantarkan tuan putri dengan selamat."

"Ibu lo penyayang, bismillah dapetin anaknya," gurau Jaemin yang langsung mendapat pukulan buku tebal di bahu.

"Jangan becanda soal gituan! Serem tau nggak?!"

"Astaghfirullah, serem gimana? Emang gue penjahat?!" Jaemin cemberut seraya mengusap-usap bahunya yang tadi dipukuli dengan buku tebal oleh Marien.

"Lo lebih serem dari penjahat!"

"Apaan?"

"Setan!"

"Setan bukannya kembaran elo, Mer?"

Dibalik kacamata bulat bening itu Marien mendelik kesal, susah memang kalau bicara dengan Jaemin yang terkadang resehnya keterlaluan.

"Lo mau sampai kapan ngikutin gue? Kelas lo 'kan diatas!"

"Sampai kau jadi milikku ... uoooo~" Jaemin kebablasan menyanyikan sepenggal lirik lagu milik penyanyi ternama, Judika.

"Diliatin orang-orang, Jaem! Lo nggak malu?" Secuek apapun sikap Marien, kalau jadi pusat perhatian begini rasanya tidak nyaman juga. Dia menyikut perut Jaemin yang berjalan disebelahnya agar diam. Cowok itu terkekeh, senang berhasil mengusik ketenangan Marien.

"Gue ke atas ya?" pamit Jaemin. "Lo main kekerasan mulu sih," lanjutnya seraya menjambak pelan rambut keriting panjang cewek tersebut.

Baru saja Marien ingin balas menjambak rambut Jaemin, tapi Jaemin sudah berlari kencang ke arah yang berlawanan sembari mengacungkan jari tengah— meledek Marien. "MER, ENTAR CEK LOVETAGRAM YA!"

NaJaem

NaJaem

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

❤27.544
NaJaem Blokiran kontak gue buka wooi! Sama besok jangan lupa kasih semangat :) @Marien_Curley.








•••

Selamat malam kamis 💚

[END] Miss Pervert || Hrj [Tikung S2]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang