-27-

236 99 10
                                    

❤23

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

23.147
Ldh_Haechan Lusa tanding tapi hari ini masih sempet²nya masuk BK. Pinter ya Jen :) @Jeno_Ensiti

Lihat semua 722 komentar ....

Yuta_Nkmto : Njirr, kasus apalagi?

Zhong_Chenle : Lo juga dipanggil 'kan, Bang?

Ldh_Haechan : Ember sia bambang @Zhong_Chenle

Jeno_Ensiti : Siapa tuh? Cakep banget kek aktor koreyah 😍

Jisung_pjs : Percuma cakep, toh anak SMA Harapan nggak ada yang cantik (: @Jeno_Ensiti

Ldh_Haechan : Iyalah nggak ada yang cantik, 'kan sekolah khusus putra asw @Jisung_pjs

Guanlin_w1 : Pasti nyabu.

Jeno_Ensiti : Maling ayam Pak Xiumin bareng elo sama Haechan, ngntod! @Guanlin_w1

Lucas_Wong : Tim lawan terciduk maling ayam, untung kopi gue yang berharga nggak dicuri :')

Yuta_Nkmto : Turun lapangan lusa? @Lucas_Wong

Lucas_Wong : Nggak, bro. Tahun ini disuruh fokus belajar, udah kelas 12. Mau ikut jadi supporter aja gak boleh. Mengsedih :( @Yuta_Nkmto

Lee_Taeyong : Bagus dong kalo gitu, serius belajar demi masa depan. Lo 'kan belum nentuin mau ambil jurusan apa. @Lucas_Wong

Lucas_Wong : Gue gak kuliah, mau langsung jadi CEO perusahaan olah kopi hehe @Lee_Taeyong

Lu_Han : Bangun. Nggak usah kebanyakan mimpi. CEO itu jabatan yang perlu pendidikan mapan. Kalau mau jadi CEO harus siap tempur dengan segala urusan bisnis, bukan cuma jago pasang iklan jualan diberbagai sosmed. @Lucas_Wong

Lucas_Wong : Ampun suhu 🙏 @Lu_Han

Mark_Lee : Bukannya kasus lo gara² berantem sama anak cowok dari SNB yang kemaren gangguin Ryujin? @Jeno_Ensiti

Yunaa_ae : Kupas segala hal yang mencurigakan ini Bep, @Marien_Curley.

"Kim Nara, bisa berhenti main handphone? Ayah mau bicara." Suara berat sosok yang udah lama gak gue lihat secara langsung terdengar. Ayah masih tampak tampan rupawan, gagah, berwibawa, dengan setelan jas lengkap yang sekarang nggak terlalu rapi.

"Kalo mau ngomong ya ngomong aja, saya dengerin kok," kata gue cuek. Bang Jongin sama Bang Doy yang duduk disamping kanan-kiri gue ngehela napas gusar. Sementara Ayah duduk dihadapan kami.

"Kamu ini benar-benar kurang didikan, ya? Makanya nggak tau sopan santun."

"Mau gimana lagi, 'kan Ayah sibuk ngedidik anak tiri. Wajar dong, kalo anak kandung malah tumbuh dengan nggak terdidik begini."

"Len!" Bang Doy bekap mulut gue pake telapak tangannya. Hape yang semula gue pegang lekas gue taruh di meja.

"Ayah pikir kamu harus tinggal sama Ayah, Nara." Perkataan tiba-tiba Ayah sontak aja bikin gue, Bang Doy dan Bang Jongin terkaget-kaget.

"NGGAK!" teriak Bang Jongin murka.

"Kalian nggak becus ngurus Nara—"

"Setelah susah payah aku sama Doyoung ngerawat Milen dari kecil terus Ayah mau ngambil dia seenaknya?!" potong Bang Jongin.

"Ayah sama sekali nggak berhak!" sahut Bang Doy nggak kalah emosi.

"Harusnya kalian senang Ayah ambil hak asuh Nara, kalian 'kan tahun depan mulai repot. Doyoung masuk kuliah, dan kamu— Jongin, kamu harus persiapkan skripsi."

"Len, lo ke kamar," titah Bang Doy.

Gue dengan nggak tau dirinya malah ngelangkah cepet keluar rumah. Males dengerin perdebatan tai kucing yang nantinya cuma bikin gue sakit hati. Apdet status broken home ah entar, biar dikhawatirin ayang.

Bang Jongin nanya, "Heh! Mau ke mana?"

"Cari angin!" jawab gue tanpa noleh sedikitpun.

Begitu jalan sampe di luar pager, gue tercengang ngeliat Kak Renjun yang berdiri munggungin gue. Kok, dia ada di sini? Sejak kapan?

"Kak Renjun!" Cowok itu langsung berbalik, ngehadap ke arah gue dengan ekspresi yang sulit ditebak. "Ngapain?"

"Gue khawatir."

Dada gue nyeri. Harusnya gue inget, tanpa perlu gue caperin si ketos ngeselin ini bakal secara tulus merhatiin gue.

Iya dong, 'kan gue pacarnya.

"Mau pergi? Motor gue ditempat Jeno," kata Kak Renjun seolah tau kalo gue mau kabur dari situasi nggak nyaman di rumah. Ngomong-ngomong, kediaman keluarga Jeno beda blok perumahan tapi satu komplek dengan gue, jadi ya agak deket.

"Kak Renjun sejak kapan nungguin di depan pager rumah gue kek gembel gitu?" Kami melangkah beriringan.

"Gak ada gembel yang ganteng kayak gue."

"Iyain deh. Pokoknya sejak kapan?"

"Abis maghrib, gue buru-buru ke sini," katanya, "Inget reaksi lo disekolah yang keliatan gak suka dengan kedatangan ayah lo malem ini. Gue takut ... lo sedih sendirian."

Tubuh gue mendadak gemetar, nggak bisa gue cegah saat air mata perlahan netes. Niat awal emang gue mau nangis tanpa diketahui siapa-siapa, gue gak mau dianggep cengeng karena persoalan yang sepele.

Padahal kami belum lama jalan, tapi harus berhenti gara-gara gue nangis gak jelas.

Kak Renjun narik gue ke dalem pelukannya. "Mil, sesekali nangis nggak bikin lo keliatan lemah. Jadi, jangan terlalu sering nyimpen semua masalah sendiri. Toh, elo punya gue, ada gue yang bakal selalu dan selalu berdiri dibelakang lo."

Isakan gue makin kenceng. Dulu, Kak Renjun tau gue dalang dibalik renggangnya hubungan Kak Jaemin sama Kak Ryujin, tau kalo gue Cinderella jadi-jadian yang ngacauin party time, ada disaat gue sembarangan naik bis dan juga ada pas gue kecewa setelah berantem dengan Bang Doy. Sekarang, dia ngerti kalo gue lagi nggak baik-baik aja.

"Milen."

"Apa?"

"Ingus lo nempel di baju gue."

"Kak Renjun maaaaaaah!"

Dear Hrj, sedikit saya sesali kenyataan bahwa saya pernah melewatkanmu begitu saja.





•••

Makasih banyak sudah membaca karya abal² ini 💚

[END] Miss Pervert || Hrj [Tikung S2]Where stories live. Discover now