One Room Of Happines (3)

586 42 6
                                    

Childe mendorong kursi roda Lumine ke ruangannya, dengan nafas ngos ngosan. Ini lah dia, hari yang sudah mereka tunggu, akhirnya tiba.

"Okey Lumi.... Kemari."

Ia mengulurkan tangannya sehingga Lumine bisa berpegangan, dan setelah itu ia memindahkan gadis itu ke kasur. "Bagaimana perasaanmu?"

"Sedikit.... Lelah, Ak.... Akh...."

"Lu... Lumi?"

Lumine mengernyitkan alisnya, merasakan rasa sakit di bawah sana. "Aku... Tidak apa, hanya kontraksi." Childe menatap Lumine yang sepertinya tengah berjuang menahan rasa sakit dari kontraksi pembukaan. Seorang dokter masuk ke ruangan mereka dan menghampiri kedua pasangan itu.

"Jadi.... Nona Hope dan.... Tuan Grey, permisi biar saya lihat ya..."

Dokter itu menengok ke arah selangkangan Lumine, ia lalu mengangguk mengerti dengan keadaan yang Lumine alami saat itu. "Oke, Nona Hope baru di pembukaan 2. Setelah sampai di pembukaan 10.... Kita akan pindah ke ruang bersalin."

"Apakah akan lama?" Tanya Childe.

"Setiap wanita hamil memerlukan waktu yang berbeda-beda untuk mencapai pembukaan sepuluh. Jadi.... Kita doakan yang terbaik untuk Nona Hope, dan Tuan Grey, saya harap Anda bisa selalu menemani Nona Hope." Jelas Sang Dokter, Childe balas dengan anggukan.

"Baiklah, saya akan mengurus pasien lainnya. Jika merasa ada yang salah, kalian bisa langsung memanggil Suster."

"Baik.... Dokter, terimakasih."

Wanita paruh baya berjas putih itu lalu keluar dari ruangan itu, meninggalkan kedua pasangan tersebut. Childe tidak henti-hentinya menggenggam tangan Lumine, ia tidak ingin hal-hal buruk terjadi kepada Ibu bayi ataupun Bayinya. Setiap kali Lumine mengalami kontraksi, ia akan selalu menenangkan gadis tersebut dan mengecup keningnya.

Berjam-jam mereka lalui bersama di ruangan itu, setiap dua jam sekali sang dokter kembali untuk memeriksa keadaan Lumine. Hanya saja, tubuh Lumine seakan tidak bisa di ajak kerja sama pada saat itu, sudah dua belas jam berlalu dan dia masih berada di pembukaan 5. Membuatnya mulai terbiasa untuk menahan rasa sakit setiap ada kontraksi.

Dari kejauhan luar ruangan mereka dapat mendengar suara tangisan bayi yang baru lahir.

"Childe, aku rasa.... Aku tidak bisa...."

"Lumi.... Lumi... Bertahanlah, aku yakin kau bisa okey?"

Lumine menggelengkan kepalanya, rasa sakit di pintu rahimnya itu tidak berhenti sama sekali. "Ini sakit Childe..... Aku... Aku tidak bisa."

"Hey, Lumi.... Kau dengar suara bayi itu? Kita akan mendengar suara itu jika kau bisa bertahan..... Kau ingin menyambut buah hati kita kan?"

"Kita sudah menunggu-nunggu momen ini.... Iya bukan?" Tanya Childe, ia mendekap pundak Lumine sembari mengecup pipinya. Lumine lalu mengangguk.

"Tapi ini sakit Childe.... Akh..... Ahn.... Ha... Ha..."

Keringat bercucuran dari dahi Lumine, Childe dengan lembutnya menyeka wajah Lumine ketika ia sedang berjuang dengan pembukaannya. "Kau wanita kuat. Kau sudah melalui berbagai hal."

"Dan jika kau butuh seseorang..... Aku ada disini, okey?"

Lumine menatap Childe, semua perlakuan lembutnya, kata-kata yang keluar dari mulutnya itu, seakan menjadi satu-satunya sumber dirinya untuk kuat menjalani hal ini.

Kedua tangan Lumine menggenggam pipi Childe dan mulutnya mengecup bibir Childe yang sedari tadi tidak henti-hentinya memberikan kata-kata yang menyemangatinya. Childe menutup kedua matanya. Begitu pula dengan tangannya ia menyeka rambut Lumine yang tertempel ke wajahnya karena keringat. Mereka lalu melepaskan ciuman yang penuh makna itu.

Lumiere du Soleil||Heroine Series|| GENSHIN IMPACT CHILUMI FANFICTION||Where stories live. Discover now