"Balik ke mana nih?"

"Ke alam lo," ujar Citra ketus membuat Sauki tertawa.

"Lusa mungkin. Mau bujuk Eyang dulu biar gue dibeliin pesawat jet pribadi."

"Kirain mau bujuk Eyang biar dikasih 15% saham Janitra Group?" balas Citra sarkas membuat Sauki tertawa.

"Itu mah cuma lo yang boleh minta deh. Bahkan lebih dari 15%, Eyang bakal kabulin."

"Makanya jadi cucu perempuan!" ejek Citra tertawa. Mengejek Sauki. Citra satu-satunya cucu perempuan dan kasih sayang Bayanaka Janitra sepenuhnya untuknya. Sehingga kerap kali sepupunya yang lain, bahkan Erik sendiri sering melayangkan protes karena Eyang mereka tidak bersikap adil. Tentunya protes mereka hanya pada orang tua karena tidak berani pada Eyang.

"Ya udah. Gue mau transgender aja deh."

"Gila!" Keduanya tertawa. Kedatangan Arga menyentak perhatian mereka.

"Jangan deket-deket ama bini gue!" Arga langsung duduk di tengah-tengah antara Citra dan Sauki. Membuat Sauki mendengus kesal dan pindah duduk di sofa lain.

"Posesif!" desis Sauki membuat Arga tertawa pelan.

"Makanya bro, cari cewek biar ada yang diposesifin. Iri kan lo?" ejek Arga pada Sauki yang mencebik kesal. Citra ikut tertawa pelan. Sesekali ia melirik tangan Arga yang melingkar di pinggangnya sehingga mereka duduk berdempetan.

"Cit, dia posesif banget, kan?" Mendapat pertanyaan mendadak seperti itu membuat kepala Citra mendadak kosong, ia hanya mengangguk pelan saja. "Emang sih nih anak posesifnya gak ketulungan. Gue inget banget pas kelas sebelas dulu, waktu itu Shali mau ikut lomba debat dan sekelompok sama cowok. Dia ngamuk sampe ..."

Perkataan Sauki berhenti saat tersadar, ia meringis pelan dan meminta maaf pada Citra. Lalu merasa heran karena Citra hanya tersenyum tipis. Sejak kapan Citra sekalem ini? Lalu ia menatap Arga yang tatapannya tajam membuatnya menyengir kaku.

Citra pamit untuk ke kamar mandi. "Citra, lo gak marah, kan?"

"Enggak kok. Tenang aja. Gue gak bakal nyuruh Eyang biar lo gak dapet jet pribadi," sahut Citra tertawa pelan lalu melangkah dengan pelan seraya memegang perutnya.

"Ga, lo marah ya?" Kini Sauki beralih pada Arga.

"Iya. Gue marah. Gue bakal nyuruh Citra bujuk Eyang biar dia gak ngasih lo jet pribadi."

"Arga, gue kira kita temen," ujar Sauki lesuh membuat Arga akhirnya tertawa. Merasa terhibur dengan ekspresi memelas Sauki.

Sementara itu Citra yang telah dari kamar mandi ke area dapur. Menemukan ART dan menyuruhnya untuk membuat teh hangat.

"Tunggu sebentar ya Non." Citra mengangguk, ia menarik kursi makan dan duduk di sana. Menatap kue gulung, menarik wadahnya. Hendak mengangkat potongannya, tapi suara seseorang mengurungkan niatnya.

"Kue itu buatan Mbak lho." Citra menoleh dan menatap Dairah yang tersenyum ramah padanya. Citra balas tersenyum. Senyumnya terlihat kikuk.

"Ini krim vanilla atau keju, Mbak?" tanya Citra mencoba berbasa basi pada Dairah.

"Vanilla."

"Gak kemanisan kan, Mbak? Soalnya aku gak suka kue yang terlalu manis." Citra hendak menyentuh potongan kue tersebut, tapi saat mendengar perkataan Dairah membuatnya berhenti.

"Gak. Mas Faras juga gak suka yang manis, makanya Mbak bikin kuenya gak terlalu manis."

Citra hanya mengangguk pelan, suara tapak kaki membuatnya menoleh dan ia menyesal.

CERPENWhere stories live. Discover now