54. Terungkap

378 70 29
                                    






































"Tunggu!"

Acha mendengus kesal, menatap sinis lelaki di hadapannya yang baru saja menghadang jalannya saat menuju ke kelas.

"Muka lo kenapa?" tanyanya setelah menyadari ada luka lebam di wajah Acha.

"Bukan urusan lo!" Sinis jawab Acha, mendorong kuat lelaki bernama Daniel si pengganggu di pagi harinya agar menyingkir.

"Jangan kejar gue, atau gue bakal hajar lo, brengsek!" Ancam Acha menghentikan langkah Daniel yang hendak menyusulnya.

Daniel menghela nafas beberapa kali sembari mengusap wajahnya frustasi.

"GUE JANJI BAKAL LAKUIN APAPUN DEMI LO ASAL LO MAU MAAFIN GUE DAN TEMENAN SAMA GUE!" Teriak lantang Daniel memfokuskan beberapa siswa siswi di lorong kelas 10 yang sudah datang pagi ini.

Namun, Acha menghiraukannya dengan terus berjalan menuju ke kelasnya.

Memasuki kelas, Acha tahu ini akan menjadi pusat perhatian banyak orang di mana teman-teman yang sudah berada di kelasnya memperhatikannya, karena keadaan Acha yang terlihat kacau, apalagi dengan luka lebam di wajah.

Hanya ini jalan satu-satunya agar Acha tidak terlalu berlarut dalam keterperukan yang selalu ingin mengakhiri hidupnya, sendirian mengurung diri dalam kamar.

Ingin pergi jauh, tapi Acha masih dalam pengawasan beberapa Bodygurd Bimo. Acha bingung, harus pergi ke mana agar tidak ditemui oleh Bimo dan teman-temannya.

Acha sudah muak dengan semuanya.

Menghembuskan nafas panjang, gadis itu menyender pada punggung kursi sembari bersedekap dada. Omong-omong soal pergi, Acha jadi teringat...

"GUE JANJI BAKAL LAKUIN APAPUN DEMI LO ASAL LO MAU MAAFIN GUE DAN TEMENAN SAMA GUE!"

Dalam hitungan detik, sebuah ide terlintas. Beberapa detik selanjutnya, gadis dengan cardigan putih itu bangkit berdiri dari duduknya, segera menghampiri— Daniel.








•••

"Lo tahu gak?"

Melinda menggeleng. "Nggak."

"Haha!" Tawa Riska mengudara.

Melinda menatap aneh. "Heuu... anak geblek!" Tatapannya berubah khawatir dalam sedetik. "Lo kenapa, sih? Curiga gue lo keserupan!" Sembari menepuk-nepuk pipi Riska berusaha menyadarkan temannya yang tiba-tiba tertawa tanpa sebab.

Kan kaget dong!

"Gue sadar woy!" Tangkis Riska pada tangan Melinda yang tak berhenti menepuk pipinya.

Tatapan flat terpatri. "Lo baru putus lagi sama pacar lo?"

Riska menggeleng. "Nggak. Kan gue jomblo bege. Cuman baru kemarin dighosting anak sebelah."

"Pantes jadi gak waras kek gini. Haha!" Kini tawa Melinda yang mengudara di antara hening dalam kelas mereka yang sedang jamkos.

Life Acha Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang