PRINCE ARJUNA : Terharu

82 23 134
                                    

Dan ternyata.?
Lagi-lagi aku salah, mereka tidak benar-benar menyukaiku, sering kali membicarakan dibelakangku dan menjahiliku kejadian dibangku sekolah itu terulang kembali karna pakaianku yang syar'i membuat mereka risih.

Suatu hari aku benar benar dikucilkan mengatakan kata-kata yang tak ingin aku dengar. Rasanya berat, selama berminggu-minggu aku merasa tidak memiliki teman. Hingga perlahan hubungan kami kembali akrab namun tidak erat apalagi dekat.

Hingga dikelas sebelas, aku tidak memiliki teman tetap, bahkan seorang pun tidak hanya sebatas teman yang tak bisa disebut sahabat. Mungkin aku terlalu berekspektasi mendapatkan teman tetap dan sahabat tapi nyatanya tidak. Dan aku sadar, sedari kecil hal ini sudah menjadi lumrah bagiku tidak hanya dikeluarga, dibangku sekolah namun juga dimasyarakat dengan anak-anak sebayaku.

Sering kali aku tidak diajak bermain meski aku menawarkan diri, bahkan beramai-ramai sepakat untuk tidak menjadikanku teman. Waktu itu usiaku masih tujuh tahun pernah aku bertanya pada diriku sendiri aku salah apa? hingga mereka tak ingin aku dekati? aku tidak memiliki sakit yang menular, tidak pula aku menyakiti mereka, lalu mengapa?

Mungkin menjadi anak pintar dan rajin tidak mereka sukai, dan aku pun sudah lelah aku marah,aku kesal, namun tak bisa melampiaskannya. Baiklah lupakan

Kini, aku benar-benar sadar dan aku paham, aku tidak punya teman sejati, aku tidak memiliki sahabat. Namun didetik yang sama aku juga mengerti suatu hal, sebenernya ini juga karna aku selalu berharap pada realita siasat dunia menaruh harapan pada manusia yang bahkan tidak bisa memberiku oksigen.

Aku ingin menjadi diriku sendiri, aku ingin tau adakah seseorang yang bisa menerima hadirku apa adanya dan aku juga mengerti bahwa aku tak perlu memerlukan banyak teman aku hanya butuh sedikit namun yang benar-benar menerimaku seorang teman yang tidak membicarakan ku dibelakang dan menegurku secara baik saat aku melakukan kesalahan.

Tapi tunggu ada suatu hal lain yang terlambat aku sadari. Bahwa selama belasan tahun bahkan sebelum aku lahir dia telah ada untukku. Dialah tuhan, Allah SWT.
Selama ini aku tidak sendiri aku punya sahabat yang siap mendengar keluh kesahku, sahabat yang siaga membantu dan tidak pernah mengecewakan.

Ya ilahi, engkau ada untukku dimasa-masa tersulitku, difase dimana aku tidak dibutuhkan tidak dinggap hadirnya engkau dekat, sedekat nadi. Kini aku menemukan sahabat sejatiku, arti sebuah pertemanan yang tak akan pernah padam manusia mungkin saja bisa meninggalkan, mengkhianati, membuat rapuh dan terpuruk akan kesedihan.

Namun tidak dengannya Allah tak pernah melukaiku ia menjagaku bahkan tetap memberi nikmat walau aku sering mengabaikannya tetap memberiku nafas tak ada sahabat sejati dan melebihinya hanya Allah lah sang maha suci yang memberiku rasa nyaman.

Jika ada yang bertanya, mengapa bukan ibu dan ayah yang menjadi teman dekatku? Maka aku akan menjawab, Ibu sudah meninggalkan ku berusia sebelas tahun dan kalo ayah
aku tidak terbuka dengannya, aku merasa canggung setiap kali bercerita dan aku melihat ayah sudah cape seharian bekerja.

Apakah hanya aku yang merasakan seperti ini canggung ke ayah sendiri atau yang lainnya juga begitu? Entahlah tapi yang jelas aku sayang ayah dan ibu juga disana, mereka tetap bagian terpenting dalam hidupku karna aku mencintai mereka.

Allah, terimakasih telah hadir dan menjadi sahabat untuk diri ini terimakasih telah menjadi satu-satunya teman yang tidak pernah meninggalkanku yang memberiku anugrah berupa iman dan islam terimakasih banyak allah engkaulah arti sahabat sejati bagiku.
*Selesai*

"Sayang, udah satu jam."

Tepat ketika aku mengetik kata selesai, arjuna mendekat dan mengingatkan bahwa waktu yang telah diberikan telah habis Aku mengulum senyum sembari mengusap air mata yang entah sejak kapan terjun bebas dipipi.

Melihat istrinya menangis, mas arjuna seperti dugaanku menghapus air mata itu dengan lembut lalu menarikku kedalam pelukannya. Sebelumnya, ia melirik laptop yang masih menyala lalu membaca sepintas tulisan yang telah selesai ku kuketik.

"Kamu jelek kalau nangis. Berhenti nangis kalau gamau mas hukum sebentar lagi."

Aku memukul pelan dada bidangnya lalu merengek sebal.
"Beneran lagi sedih tau. Masa mas malah bilang gitu sih."

"Soalnya kebiasaan kamu kalau sedih, terus mas manja pasti nangisnya makin kenceng.
Mas disini bukan buat kamu sedih, sayang. Mas mau kamu menghapus kesedihan itu ketika ada mas disamping kamu."

"Mas tau cerita masa lalu aku, kan?"

"Tau, sayang."

"Kenapa kenangan itu masih selalu teringat? kenapa aku selalu mengingat hal itu?" ucapku.

"Karena kamu pikirannya mass terus sih."

"MASS!" ucapku kesal.

Aku menghentakan kaki kesal dan membuang muka. Bisa-bisanya masih saja terus bercanda disaat seperti ini huh! Tawa Mas Arjuna pecah Ia sampai menghapus setitik air mata disudut matanya. Ada ya orang seperti mas arjuna yang tertawa sampai keluar air mata Mas Arjuna berhenti tertawa ketika aku menatapnya tajam.

"Maaf bu Boss! "

"Mass mah gitu ih."

Aku mengela napas panjang lalu menutup laptop setelah selesai mematikannya. Sedihku hilang sih. Tapi, yang ada malah kesal dengan mas arjuna.

"Sayang kamu tau ga?" ucapnya

"Ga tau."

"Serius, Dekku."

Nah ini ni, kalau sudah berubah panggilan jadi 'adek' yang diberi kata kepunyaan diujungnya. Aku selalu tak bisa menolak untuk tersenyum Seperti ada puluhan kupu-kupu yang berterbangan di dalam diafragmaku.

"Dekku," panggilnya lagi kali ini lebih lembut dari sebelumnya

Aku kalah. Memilih menuruti maunya
Mas arjuna tersenyum lebar.

"Dekku yang spesial kayak martabak legit rasa kacang tapi ga suka dikacangin."

"Mulai deh mulai." ucapku gemas deh ingin ku geprek kepalanya

"Sini, dengerin Mas."
Mas arjuna memegang kedua bahuku lalu menatap mataku dengan serius namun tidak menghilngkan keteduhan disana.

"Sakit yang ada bukan untuk diratapi bukan untuk disesali melainkan untuk diobati dan menjadikan pembelajaran dikemudian hari.
Mas tau, kamu udah sangat ikhlas mengenai cerita itu dan mas juga tau kalau hati kamu selembut kapas yang ketika membaca atau ingat cerita sedih jadi ikut nangis. Mau bagaimana pun itu mas bangga sama kamu karena udah berhasil melalui titik itu dengan baik hingga sampai sekarang ini"

Aku mengangguk pelan. Benar aku sudah sepenuhnya ikhlas hanya saja teringat akan hal itu membuat hatiku pedih

"Mas seneng banget bisa kenal dan akhirnya berjodoh sama kamu. Perempuan yang dengan bijaknya mengambil hikmah dari suatu permasalahan yang ada kamu benar sayang bahwa tidak ada teman sejati selain allah"

Mas arjuna membelai lembut pipi kananku sembari menatap mataku ia mendekatkan wajahnya.

"Dan sekarang, nikmat yang selalu harus mas syukuri adalah nikmat bisa menjadi pendamping hidup kamu. Nahkoda kamu yang dengan seizinnya akan membawamu menuju surganya."

Aku tersenyum haru. MasyaAllah sebaik itu engkau denganku allah? Dibalut oleh rasa sabar dan ikhlas allah tengah menyediakan hadiah hebat untukku kau berikan ia, suami sahku sebagai sahabat untukku Nikmatmu mana kagi yang ingin kudustakan?

"Aku juga bersyukur denganmu mas luv you."

"Always love you to addeku."

Tunggui cerita selanjutnya ya..

Ai ajuns la finalul capitolelor publicate.

⏰ Ultima actualizare: Nov 03, 2021 ⏰

Adaugă această povestire la Biblioteca ta pentru a primi notificări despre capitolele noi!

"MY PRINCE MY PRIEST"Unde poveștirile trăiesc. Descoperă acum