Tolong

1.2K 236 10
                                    

Aku dan Kak Satya melihat sendiri jenazah Kak Gio. Wajahnya putih pucat, dan ada beberapa goresan-goresan di sekitar tubuhnya.

"Bagus, gimana kejadian yang sebenarnya? Kenapa Gio bisa jadi seperti ini?" tanya Kak Satya kepada rekannya.

"Jadi gini, Bang. Bang Gio di temukan di dalam hutan. Menurut kepolisian setempat, Bang Gio mengalami kecelakaan, dan mayatnya masuk jurang. Soalnya bukti fisik lainnya adalah mobil Bang Gio yang di temukan tidak jauh dari mayat Kak Gio, " jelas Bagus.

"Lalu Bagus, apa Viona sudah di temukan?" tanyaku.

Bagus menggelengkan kepalanya.

"Belum, Mbak. Kami dan tim SAR sedang mencari keberadaan Mbak Viona," jawab Bagus. "Itu aja yang bisa saya sampaikan. Kalau gitu, saya pamit. Karena harus mencari Mbak Viona."

"Iya Gus, kamu hati-hati," ucap Kak Satya. Bagus dan dua temannya pergi. Tinggal aku dan Kak Satya yang ada di ruang mayat ini.

"Sekarang gimana?" tanya menatap Kak Satya.

"Aku anterin kamu pulang dulu. Kalau gak aku anterin kamu ke rumah Mama, setelah itu aku bakalan kesini lagi buat bantu cari Vio," ucap Kak Satya.

"Aku pengen ikut," ucapku.

"Sayang kamu lagi hamil," ucap Kak Satya mengusap perutku. "Ingat, calon anak kita, harus kita jaga baik-baik."

"Kamu hati-hati, ya. Soalnya aku ngerasa ada yang janggal," ucapku menatap Kak Satya.

"Iya. Kamu tenang aja, semua bakalan baik-baik aja. Jangan terlalu di pikirin aku gak mau kamu stress," ucap Kak Satya.

Kak Satya menarik ku untuk keluar dari ruangan ini. Aku menahannya, ketika mendengar suara seseorang.

"Tolong... "

Seketika bulu kudukku merinding. Kak Satya juga menghentikan langkahnya. "Kamu dengar?" tanyaku.

Kak Satya mengangguk. Kami sama-sama mendongak ke sumber suara. Dan melihat ada arwah Kak Gio di pojok kan.

Saat aku ingin menghampiri, Kak Satya menahan tangan ku. "Kenapa? Itu Kak Gio. Kita bisa cari tahu keberadaan Vio lewat dia."

Kak Satya menggelengkan kepalanya. "Bukan. Dia bukan Gio," ucap Kak Satya.

"Sayang itu jelas-jelas... "

"Kamu liat, itu bukan Gio. Aura arwah itu gelap banget. Dan aku yakin dia bukan Gio. Dia jin yang menyerupai Gio," ucap Kak Satya begitu yakin. "Kita pergi."

Kak Satya menarik ku keluar dari ruangan ini. Sekali lagi aku mendengarnya.

"Tolong... "

****

Kami sudah sampai di depan rumah Mama. Sebelumnya memang aku sudah memberi tahu Mama kalau aku akan ke sini. Kak Satya menatapku.

"Ingat, jangan mikir macam-macam. Jaga anak kita, jangan keluar kalau maghrib kalau ada apa-apa langsung telpon aku," ucap Kak Satya.

"Iya, aku tahu kok. Kamu mau masuk, dulu?" ucapku.

Kak Satya menggelengkan kepalanya. Ia melirik jam di tangannya. "Aku langsung aja. Nanti sampe sana kemalaman."

Aku memeluk Kak Satya. "Hati-hati, ya. Ingat bentar lagi kamu bakalan punya anak. Jadi ayah, kamu harus ingat itu."

"Iya sayang, aku selalu ingat kok," ucap Kak Satya. Kak Satya mengecup keningku sedikit lama. Setelah itu, ia mencium perutku yang sudah membuncit. "Saya Papa pergi dulu ya. Jaga Mama, kalian anak-anak Papa yang kuat."

DEATH 4 (Misteri Desa Kencana) Où les histoires vivent. Découvrez maintenant