44. Mencari Ketenangan

458 29 0
                                    

Dari pagi sampai siang ini gue cuma diem di kelas dengan tangan masih memegang novel tebal, nggak gue baca sama sekali. Pandangan gue cuma fokus ke satu titik, bawah meja. Menyembunyikan wajah dengan ditutupi novel. Menghindari orang-orang kelas yang mulai berisik ngomongin lomba kemarin.
Bahkan Fara sekalipun, dia tadi langsung nyerobot meja Laskar yang kini sedang dikerumun oleh cewek-cewek penggibah kelas ini. Bahkan cowok semacam Arsel pun ikutan kali ini.

Gue menghela napas gusar, mengangkat wajah menatap mereka yang serius dengar cerita Laskar.

Emang ya, Laskar tuh anak jurnalis yang bisa diandelin semua orang.

Soal menggibah, Laskar paling semangat.

"Kemarin tuh, ada cowok yang liatin Karina," kata Laskar menggebu, "terus gue tatap balik itu cowok," lanjut cowok itu mendengus.

Dera di depan cowok itu yang paling antusias mendengarkan. "Terus lo apain cowoknya?" tanya Dera membuat yang lain mengangguk menyetujui pertanyaan cewek itu.

Laskar berdecak. "Gue natap dia kan, terus gue bilang, elo ngapain liatin cewek gue, naksir lo sama gue? Cemburu sama dia?"

Berikutnya, yang lain malah menyoraki cowok itu, sampai si Bayu di sampingnya menepuk Laskar pelan buat cowok itu meringis kesakitan.

"Bego!"

"Udah gue dengerin juga," sahut Bela dari meja dekat dinding.

"Lah, elo ngapain nguping?" tanya Laskar menoleh pada si cewek mageran Bela.

"Kepo lu? Sini gabung jangan diem mulu di kursi, ntar akaran," kata Iqbal kini, menoleh ke Bela sepenuhnya buat yang lain berdehem pelan.

"Eh, ada lagi," kata cowok itu mengalihkan perhatian membuat yang lainnya menoleh lagi padanya.

"Adara kemarin dicuekin Rigel," kata cowok itu melirik gue yang kini menaikkan satu alis.

"Apasih," ucap gue melengos keras mengalihkan pandangan ke arah luar, ketika temen-temen udah beralih natap gue.

Ayla yang kini manggut-manggut, mulai ngedeketin gue. "Pantesan diem aja," kata cewek itu dengan senyum tertahan.

"Ada apa sih, kembaranku?" tanya Dera, mengikuti Ayla yang duduk di bangku Arsel, "cerita dong, kita semua kan temen elo," kata cewek itu pelan.

Gue hanya tersenyum menanggapi. "Enggak elah," kata gue mencari topik lain, "Laskar di denger lo mah, udah tau dia tim gosip di ekskul," kata gue menatap Laskar kesal.

Cowok itu hanya terkekeh pelan.

"Beneran udah selesai cerita lo berdua?" kata Laskar menatap gue dalam, buat gue mengerjap gitu aja.

Fara berdehem. "Ngapain lo nanya kayak gitu?" tanya cewek itu, "wah, elo tuh katanya lagi usahain Karina, Kar, masih aja ngejar Adara."

Gue melotot, menatap Fara yang kini malah cengengesan dengan Laskar juga menatap cewek itu sinis.

"Mulut lo," kata Arsel menepuk Fara pelan.

Gue hanya mendengus, melirik jam yang masih menunjukkan jam istirahat, padahal hari ini sekolah bebas. Kenapa nggak dibubarin aja sekalian sih? Kenapa harus nunggu jam satu dulu?

"Besok ke sekolah?"

Gue menegak, menatap cowok tinggi di depan kelas.

"Ngapain?" tanya Arsel dengan malas.

Laskar malah duduk santai di bangkunya memainkan ponsel.

"Hias kelas, yang lain udah mulai," kata cowok itu menatap seisi kelas bergantian.

Adara, Ayo Move On (END)Où les histoires vivent. Découvrez maintenant