42. Kenyataan

510 42 1
                                    

Beberapa kali gue menghela napas. Menatap lapangan sekolah, masih di tempat lomba tadi.

Sebenarnya udah dibolehin pulang sih karena lombanya juga udah selesai, tapi kita juga lagi nunggu hasil akhirnya. Selesai jumatan tadi, kita cuma keliling doang di sekolah ini.

Gue nggak berharap banyak tentang kemenangan ini, karena gue tau udah beberapa kali gue menjawab keliru.

Tadi gue banyak nggak fokus merhatiin Juan sama Rigel.

Jadi inget kejadian di rumah sakit.

Gue inget jelas perkataan Juan tadi, apalagi Rigel yang nyalahin mereka berdua karena udah pacaran.

Kira-kira ada apa ya? Gue berbalik, berniat ingin pergi menemui Fara yang katanya lagi sama Arsel, mau ke kantin.




"Adara!"

Gue menoleh dengan cepat saat mendengar suara Bu Maya dan Pak Hasan, di belakang mereka udah ada Rigel, Juan, Fara sama Arsel.

Gue menatap Bu Maya penuh harap.

"Kita, juara ke dua," ucap Pak Hasan pelan, buat gue melengos menunduk.

Agak kecewa sih.

"Nggak papa, Dara. Kalian udah berusaha, kita semua bangga sama kalian bertiga," ucap Bu Maya mendekat, merangkul gue yang masih menunduk menahan supaya nggak nangis.

"Kalian udah jadi juara kok," sahut Pak Hasan tersenyum hangat.

Gue hanya mengangguk, mencoba tersenyum. "Juara satu sekolah mana, bu?" tanya gue penasaran.

"Sekolah SMAN 1," kata Bu Maya.

Gue mengangguk lagi. Kini beralih menatap Rigel dan Juan sebentar.

"Makasih udah berusaha," kata gue pelan.

Juan hanya diam, bergumam pelan lalu menatap ke arah lapangan, sementara Rigel tersenyum, lalu mengangguk.

"Kamu juga," katanya natap gue, "jangan sedih, ya. Kita udah usaha kok."

Gue hanya mengangguk.

"Sekarang kalian keliling lagi aja, siapa tau dapet gandengan di sekolah ini."

Menoleh pada Pak Hasan yang masih tersenyum lebar. "Tapi harus yang bagus-bagus, ya, jangan yang badboy," lanjutnya.

Gue terkekeh pelan dengan Fara di samping gue.

"Ngapain jauh-jauh pak, kalo yang deket udah good boy," kata cewek itu melirik Arsel yang masih diam.

Gue mendelik. "Eh tadi yang nanyain cowok, peserta pidato bahasa Inggris, siapa ya?" sindir gue melirik Fara.

Cewek itu hanya mendengus menepuk lengan gue pelan dengan gue yang tersenyum menang melihat Arsel yang kali ini menatap Fara tanpa ekspresi.

Arsel tuh, emang cowok gengsian buat nunjukin langsung ya?

"Udah-udah," kata Bu Maya melerai, "sekarang makan aja."

Gue juga Fara hanya mengangguk menyetujui, nggak sengaja gue noleh pada Juan yang dari tadi diem. Cowok itu menghela napas berat, beranjak begitu saja entah ke mana. Lalu beralih pada Rigel yang sekarang udah di samping gue.

"Ikut nggak?" tanya Fara pada Rigel kini.

Cowok itu juga dari tadi diem aja. Lalu mengangguk mulai ngikutin kita ke kantin, Pak Hasan dan Bu Maya berjalan ke arah berlawanan dengan kita, kayaknya mereka mau ngurus anak-anak lain.

Adara, Ayo Move On (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang