UM--11

1.2K 43 7
                                    

Haiii!
Terimakasih untuk yang sudah baca sampai part ini. Aku masih nungguin komentar kalian ya ☺

Happy Reading!!!
****

Happy Reading!!! ****

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Ikhlas. Satu kata yang sering kali terdengar. Satu kata yang seringkali diucapkan. Satu kata yang sulit dilakukan.

Banyak hal yang menuntut keikhlasan, namun iklhas tetap sulit dilaksanakan. Seperti beribadah, tak jarang banyak yang mengeluh karena belum menanamkan rasa keikhlasan. Mengucapkan kata ikhlas memang tak semudah melaksanakan.

Dalam hadis yang diriwayatkan oleh Abu Dawud dan Nasa’i, Rasulullah Saw. bersabda, “Sesungguhnya Allah tidak menerima amal perbuatan kecuali dilakukan dengan ikhlas dan mengharap ridha-Nya”.

Ciri-ciri seseorang yang ikhlas adalah ia yang tidak pernah kecewa akan sesama manusia, yang ia harapkan hanya Allah SWT, sang Maha pembolak-balik hati manusia. Orang-orang yang banyak kecewa kepada manusia adalah orang-orang yang sering bahkan terlalu banyak menggantungkan harapannya kepada sesama manusia. Padahal, hanya Allah lah tempat sebaik-baik untuk menggantungkan harapan.

Novia Ardiana, Ustadzah yang hampir dijodohkan dengan Bilal itu kini sedang berdiam diri di kamarnya. Ia senang menghabiskan waktunya dengan membaca buku sastra. Hal itulah yang membuat dirinya sering mengirimkan secarik kertas kepada ustadz muda Aşkim Nur.

Namun, itu semua hanya tinggal kenangan. Novia berusaha untuk menanamkan rasa ikhlas di hatinya. Walaupun bukan ia yang akan menjadi istri dari pemimpin pesantren itu, setidaknya temannya lah yang beruntung.

Ia sempat merasa iri dan berandai-andai, akan tetapi semua itu sirna. Novia tersadar, ia hanyalah manusia biasa yang berada di panggung sandiwara.

"Via!" teriak Rara yang berjalan menuju kamarnya.

Novia segera membuka pintu, walaupun Rara belum benar-benar sampai didepan pintu kamarnya.

"Kakak pulang dulu ya, Sea nangis nyuruh pulang." pamit Rara. Rara tidak bisa berkutik jika anak semata wayangnya itu sudah menelpon menyuruhnya pulang.

"Hati-hati ya Kak, salam sama Sea." ucap Via.

Rara kemudian berlalu meninggalkan Via yang mengantarnya sampai didepan pintu rumah. Mereka berdua memang sangat dekat, bak kakak adik yang saling berbagi dan bercerita.

Setelah Rara benar-benar menghilang dari pandangan Via, ia bergegas masuk kembali. Berniat untuk masuk kembali ke kamar, Via mendengar Putri yang sedang menangis di kamarnya. Via pun langsung melangkah menuju kamar Putri.

Ustadz Muda √Where stories live. Discover now