Tabir Masa Lalu

311 38 0
                                    

...


Alvin membuka pintu ruang kerjanya dengan langkah gontai, wajah lelah dan kaki yang nyaris limbung itu menjadi bukti bahwa ia benar-benar tidak baik-baik saja. Beberapa saat yang lalu Gina mengabarkan bahwa Faya telah berhenti bekerja dan pindah ke luar kota. Sungguh, ia bahkan belum selesai bernapas normal tapi dadanya kembali dihimpit batu yang membuatnya semakin sulit bernapas.

Slide-slide pertemuan tempo hari saling bertumbukan di kepala Alvin, membuatnya tak lagi mampu berkonsentrasi. Ia terus berpikir dan meyakini bahwa dirinyalah penyebab Faya mengundurkan diri dan pergi.

Fokusnya lenyap, beberapa kali ia membaca data hasil laboratorium yang ada di tangannya. Mengulang-ulang kata demi kata yang tertulis di sana. Biasanya dalam sekali membaca ia langsung dapat mendiagnosa atau memberi obat yang cocok untuk keluhan pasien, tapi kali ini lain. Ia seperti kembali menjadi ko-ass yang kebingungan. Otaknya mendadak kosong.

Keluar ruangan, Alvin memutuskan duduk di kursi tunggu pasien UGD. Mengusap wajahnya dan beberapa kali menarik napas dalam-dalam. Untuk pertama kalinya ia merasa amat kacau. Ia tertunduk penuh kebingungan dengan dirinya sendiri.

Ya Allah, mohon maafkan aku jika begitu banyak salah yang kuperbuat.

Otaknya terus memutar peristiwa demi peristiwa yang telah terjadi. Setiap peristiwa dan kata yang berhubungan dengan Faya membuat tubuhnya memanas.

Di ujung sana, di balik loket UGD itu, kini bukan Faya yang berdiri si sana, tapi orang lain. Kenyataan bahwa Faya telah berhenti bekerja bahkan pergi entah kemana. Alvin tidak menyangka jika kemarin pagi adalah pertemuan terakhir dengan Faya. Kenapa Faya tidak jujur bahwa dia akan pergi, tidak sekedar berhenti bekerja? Kenapa harus pergi? Kini Alvin bahkan tidak tahu kemana mencari obat atas luka hatinya yang kronik.

Alvin tertunduk, ia menahan sesak yang entah kenapa sulit sekali ia kendalikan. Mengerikan sekali dirinya. Kenapa ilmu dan jabatan dirinya sebagai konsulen tidak membantu sama sekali? Apa karena ini pertama kalinya ia mencintai seseorang, sehingga sulit baginya untuk mengendalikan diri.

“Dokter sudah mengetahuinya?” tanya Vita yang datang entah sejak kapan. Ia mengambil posisi duduk di sebelah Alvin agak sedikit menjauh.

Alvin menoleh ke arah Vita dan mengangguk.

Vita terkejut dan prihatin melihat wajah Alvin hari itu. Ia tidak lagi nampak sebagai konsulen garang dan kejam, ia lebih seperti lelaki lemah yang sedang putus asa. Vita benar-benar melihat Alvin yang lain, sisi lain dari sosoknya yang dingin dan tegas.

“Aku tidak menyangka Faya akan berpikir sejauh ini. Bahkan ia membohongiku tentang kepergiannya. Sebelumnya ia tak pernah bersikap seperti ini.”

“Mungkin ini salahku ....”

Vita menarik napas, ia menerawang jauh, mengingat kembali betapa hubungan persahabatan dengan Faya tidak sekedar sahabat, tapi seperti keluarga.

“Delapan tahun lebih aku bersahabat dengannya. Banyak hal kulakukan bersamanya, bahkan kita sempat masuk rumah sakit bersama karena kecelakaan. Membagi segala beban dan kebahagiaan. Bersamanya aku merasa hidup, karena dia satu-satunya teman yang menerimaku apa adanya. Satu-satunya teman yang mengerti dan memahami kekuranganku dalam belajar. Dia memberi banyak motivasi dan harapan. Karena motivasi darinyalah aku bisa seperti ini, dan aku. Aku hanya bisa membantunya dalam segi materi. Selama ini aku hanya bisa membantu ekonomi keluarganya, tapi tak mampu memberinya kebahagiaan layaknya dia padaku."

Lagi-lagi kisah hidup Faya membuat Alvin ingin merobek dirinya sendiri yang telah menjadi pengacau.

“Faya sosok yang tegar, bahkan amat tegar untuk ukuran seorang perempuan. Di depanku ia tak pernah mengeluh meskipun hidupnya amat berat. Saat ayahnya menceraikan ibunya, ia amat terpukul. Aku melihat hari itu ia begitu lemah, dan aku ingin menghiburnya. Namun bukan ketenangan yang kuberikan, justru aku membuatnya kolaps di rumah sakit. Itulah kesalahan terbesarku dalam hidup.” airmata Vita merembes keluar.

Cinta Selalu Punya Cara Untuk Pulang (Selesai) Where stories live. Discover now