21 - Meledak

256 85 9
                                    

"Tahu tidak, apa hal yang paling mengerikan di dunia? Amarah si sabar, balas dendam si pemaaf, dan ledakan emosi dari orang yang tidak berekspresi."

{Magician}

<ᗕ۝ᗒ>

Sarah tidak main-main dengan ucapannya. Setelah meninggalkan ruang ketua, dirinya langsung mengumumkan perihal niatannya untuk mengadakan duel terbuka walau tidak mengumumkan siapa lawannya.

Satu sekolah gempar. bagaimana tidak? Selama bersekolah, Sarah tidak pernah mengajukan duel apapun di luar pembelajaran. Semua sibuk membicarakannya. Apalagi, gadis itu tidak bisa dihubungi sama sekali setelah menyebarkan kabar itu, semakin membuat seluruh murid bertanya-tanya.  

Hari ini, dirinya benar-benar menantang si pembully untuk berduel di depan semua siswa. Gadis itu kini berdiri dengan tangan dikantongi di celana olahraga, menunggu lawannya yang belum juga tiba. Di belakangnya, Tom dan Ordo juga sudah berseragam olahraga lengkap, menunggu aba-aba dari Sarah.

Lapangan utama super luas ini, kini penuh sesak oleh siswa. Semua berebut ingin menonton dari dekat, mengingat ini adalah pertarungan pertama Sarah. Yha, tentu saja siswa jurusan Magician tidak ikut berebut, toh setiap minggunya mereka pasti akan melihat perkelahian anak itu. Jadi, berdesakan sekarang jelas tidak memberi keuntungan apapun bagi mereka.

"Sarah, kapan lawannya datang?" tanya Tom gemas.

"Benar. Aku penasaran siapa sosok yang mencoreng nama SMA Himekara itu," sambung Ordo penasaran.

Menit demi menit berlalu. Rasa penasaran seluruh warga sekolah pun semakin meningkat bak harga harga emas. Akhirnya, penantian panjang itu berakhir saat Angga datang dengan menggiring empat orang yang diketahui semua warga sekolah adalah peringkat lima besar jurusan Thinker.

Raut terkejut tercetak nyaris di wajah seluruh siswa. Mereka tidak menyangka jika keempat panutan itulah biang masalahnya. Begitu mereka berlima naik, Angga berjalan mendekati Sarah.

"Aku tidak menyangka, kalian yang membuat masalah. Tapi baguslah kalau ada empat orang, jadi pertarungan ini akan sedikit seimbang," kata Ordo yang pertama sadar.

Sarah maju perlahan, mendekati Angga yang juga bergerak mendekatinya. Begitu berhadapan, aura sekitar langsung berubah mencekam.

"Kerja bagus, Angga. Nah, sekarang,"

Bugh! 

Angga terlempar beberapa langkah akibat pukulan telak yang diterimanya di area perut. Pemuda itu terbatuk sebentar, menatap Sarah bengis.

"A-apa maksudnya, Sarah?" tanya Angga susah payah.

Sialan. Dia perempuan atau bukan, sih? Pukulannya bahkan lebih kuat dari Tom, batinnya kesakitan.

Keempat temannya langsung bergerak. Mereka menolong Angga dengan menopang tubuhnya serta melindunginya. Ordo, Tom, dan seluruh siswa yang menyaksikan terkejut bukan main. Ke mana perginya pembawaan tenang seorang Sarah?

Anak ini .... Dia berniat langsung menyerang tanpa memberi penjelasan? Dasar penyihir gila, batin Tom.

"Hei! Apa maksudmu, hah?! Mengapa kau memukul Angga?" bentak Ordo refleks.

Tangan Ordo terkepal kuat. Dalam hatinya, pemuda itu ingin sekali menghajar Sarah jika tidak ingat bahwa Sarah adalah seorang gadis. Berhubung Sarah seorang gadis, hanya bentakan yang bisa dia berikan.

Bentakan Ordo menghasilkan raut bingung tanpa dosa di wajah Sarah. Tangan gadis itu yang baru saja melayangkan pukulan, kini beralih mengetuk dagu.

"Iya juga, ya. Mengapa aku melakukan ini?" tanyanya entah pada siapa.

Bisik-bisik mulai terdengar. Semua sibuk menggunjing Sarah, mencela tindakannya barusan. Di tengah suara dengungan yang mulai tidak terkendali, Sarah menjentikkan jari, seakan baru mengingat sesuatu yang penting.

"Ah, iya! Mungkin karena ini."

Tangan kirinya keluar dari saku sambil membawa ponsel. Begitu layarnya menyala, terpampang akses laman utama sekolah. Entah apa yang tertulis di sana, kita tidak bisa membacanya karena keterbatasan jarak.

Ting! 

Bunyi notifikasi dari laman utama sekolah berbunyi di ponsel seluruh siswa, mengalihkan atensi para penggunjing itu. Buru-buru mereka membukanya, menemukan unggahan video yang diunggah oleh Sarah barusan.

Beramai-ramai mereka memutarnya, menampilkan rekaman ponsel Tom terhadap kasus perundungan yang dimaksud Sarah dalam duel terbukanya. Lagi, semua terkejut bukan main melihat itu. Ketua yang paling bersih namanya di antara keempat ketua, melakukan tindakan serendah itu? Mengerikan.

"Nah, berhubung semua sudah jelas."

Aura sekitar kembali mengerikan. Dasar si Sarah. Seenaknya mengganti suasana seperti mengganti pakaian saja! Dia pikir enak apa saat perasaan dipermainkan begitu?!

"Ayo mulai permainannya, pembully." 

Angga takut. Atensinya sebagai ketua jurusan sedang dipertaruhkan di sini. Jika dia kalah, bisa-bisa dirinya berakhir di keluarkan.

DO? Tidak, aku tidak akan membiarkan diriku dipermalukan. Aku harus membalas. 

"Hei. Kau tiba-tiba menyerang, menyebar video tidak jelas sumbernya, bahkan membuatku seakan menjadi sosok yang buruk di depan satu sekolah. Apa maumu? Kau ingin apa lagi? Apa kurang, posisimu yang sekarang? Dasar anak kepala sekolah," ledek Angga terang-terangan.

Ah ya. Satu informasi. Kabar bahwa Sarah merupakan anak kepala sekolah itu hanya diketahui oleh para ketua jurusan, jadi tidak heran jika sekarang hujatan publik berbalik pada Sarah. Semua mulai mempertanyakan posisi yang Sarah miliki. Berbagai asumsi berbau kecurangan pun mulai terdengar.

Ini gawat. Sarah bisa berakhir saat ini juga jika ini terus belanjut. Kali ini, bukan hanya Sarah yang muak. Ordo dan Tom juga muak dengan Angga. Pemuda tidak tahu malu. Dasar medusa. Sudah tertangkap basah begitu masih saja bisa membalikkan keadaan.

Bugh! 

Yolanda tiba-tiba maju, menyerobot kerumunan. Tanpa bisa dicegah, gadis itu naik dan memberikan pukulan telak pada Angga. Semua terkejut, sangat. Melihat keberadaan seorang Yolanda Gutenberg saja sudah mencengangkan. Terlebih, sosok yang baru saja dikabarkan break dari dunia hiburan itu justru muncul di sini dengan berbalutkan seragam sekolah. Yang paling mengejutkan adalah, gadis itu melayangkan pukulan.

"Apa yang kau lakukan? Mengapa menyerang tiba-tiba, hah?!" marah Sarah.

"Kau tahu bukan, ini melanggar aturan?" semprot Angga tidak terima.

"Persetan sama aturan. Gue dah kesel sama lo. Tukang bully yang mulutnya lebih lemes dari medusa macam lo emang kudu dihajar dulu biar paham."

"Siapa yang kau sebut tukang bully, hah?!"

"Tentu saja, kau. Kau pikir aku tidak tahu, apa yang kau lakukan pada saudaraku? Awalnya aku diam karena kupikir itu hanyalah kesalahpahaman, ternyata kau merundungnya hanya karena dia berasal dari panti asuhan. Cih, dasar tidak bermoral."

Ah, sempurna. Setelah dipermalukan Sarah, digertak Yolanda, kini diinjak-injak Dercy? Habis sudah kau, Angga.

Angga makin murka. Yolanda memang benar-benar ahli kalau urusan menyulut emosi. Hanya dengan satu pukulan dan serangkaian kata, dia berhasil membangunkan singa tidur dalam diri Dercy yang sabar.

Ah, kayaknya lo udah nyentuh limit sabar lo ya? Disulut dikit doang langsung meledak, dong, batinnya menyeringai.

Ini mulai menarik. Tanpa pikir panjang, Angga yang dilingkupi amarah dan rasa tidak terima melayangkan tinjunya.

"Kalau kau merasa benar, ayo berduel one by one," tantang Dercy sambil mencengkeram kepalan tinju yang mengarah ke wajahnya itu.

Oke, ini mengerikan.

1030 kata
19 Okt 2021

==============<⟨•⟩>==============

School: Magician [Tamat]Where stories live. Discover now