Prolog

8 0 0
                                        

Hai, Oyip bawa cerita baru
Crita ini agak beda dari sebelumnya, apa tuh yang beda?
Ehm, cerita ini mungkin lebih banyak pakai POV ya, jadi gak dilihat dari sudut pandang orang ketiga, tapi dari karakter itu sendiri.

Semoga kalian suka❤️
------

-Marsha POV-

Rintik hujan kian lama mulai mereda, tergantikan dengan hawa sejuk yang menenangkan. Dari atas balkon apartemen, aku memegang cangkir putih berisi kopi kesukaan ku.

Di bawah sana, beberapa remaja berpakaian putih abu-abu sedang berlari mengejar angkutan umum yang melaju. Mungkin mereka tertinggal, pikirku.

Sesekali aku menyesap kopi dengan mata yang tak lepas memandang beberapa remaja SMA yang saling menyalahkan itu. Mereka terlihat lucu.

Pikirku melayang jauh ke sepuluh tahun silam, dimana aku juga pernah memakai pakaian yang sama dengan yang mereka kenakan saat ini.

Pakaian yang sangat aku sukai, bukan karena bentuk atau warnanya, melainkan kenangannya. Kenangan masa putih abu-abu yang sangat mengesankan dan berharap masa itu bisa kembali. Walau aku tau itu tidak akan mungkin bisa terjadi.

Tanpa kusadari mataku meneteskan setitik air yang tak bisa ku bendung lagi. Isakan kecil tak sengaja keluar dari mulutku, namun ku biarkan. Aku ingin menangis, karena aku merindu.

------

Hari pertama sebagai murid baru di SMA favorit yang ada di kota ku membuatku merasa bangga, bangga karena bisa duduk di salah satu bangku di kelas IPS yang ku idam-idamkan sejak dulu.

Oh ya, aku Marsha Venia. Gadis berambut pendek yang pendiam jika bertemu orang baru, namun bisa menjadi sedikit gila jika sudah akrab dengan orang.

Aish, aku datang terlalu pagi di hari pertama sekolah. Bundaku sedari pagi sangat heboh dan terlalu bersemangat untuk mengantarku ke sekolah menggunakan motor barunya. Ia bilang takut aku terlambat datang ke sekolah yang memang jaraknya lumayan jauh dari rumah.

Tapi ini terlalu pagi, bahkan saat aku datang satpam baru saja membuka pintu gerbang. Astaga bunda.

Tapi tak apa, ada untungnya juga bunda mengantarku pagi. Aku bisa memilih mau duduk di mana saja.

Di kelas yang sudah bertulis nama X IPS 4 ini, aku memilih duduk di baris ketiga dari depan, dekat jendela yang menghadap langsung ke lapangan basket yang juga bersebelahan dengan lapangan voli.

Karena bosan, aku mengecek perlengkapan yang ku bawa. Sudah di infokan di grup angkatan kalau hari ini setelah upacara akan dilaksanakan MOS atau masa orientasi siswa.

Tak banyak barang yang wajib dibawah para siswa baru seperti ku. Ada topi bola yang sudah dibelah dua, sebuah tali rafia, dan nametag dari karton.

Sepertinya MOS disini tidak terlalu buruk seperti yang ada di cerita tv atau novel yang pernah ku baca sebelumnya.

Selang beberapa menit ada seorang siswa perempuan yang baru saja masuk.

Dia duduk di belakangku, dan terjadilah suasana canggung. Ia tak menyapaku, aku pun tak berani menyapa duluan.

Aku merasa aneh saja melihat seragam putih abu-abu yang ia kenakan, ehm terlalu ketat. Dia yang terlalu ketat atau bajuku yang kebesaran ya?

Kata bunda sewaktu membeli seragam, beli yang besar sekalian biar bisa dipake tiga tahun. Akupun mengiyakan, tapi sepertinya baju ini akan sama besarnya seperti ketika awal aku membeli, karena ku yakin badanku tak akan bertambah besar ataupun tinggi. Badanku sudah mentok segini!

Lupakan soal itu, hari mulai siang. Beberapa murid sudah memasuki kelas untuk menaruh tas mereka dan mulai berkenalan satu sama lain.

Aku tak memiliki kenalan disini, teman SMP ku semua berbeda kelas.

"Hai, gue Jessica."

Aku tersenyum senang pada gadis berambut panjang yang pertama kali menyapa ku di kelas ini. "Hai Jessica, gue Marsha panggil aja Sa."

"Keren nama lo, Marsha and the bear."

Sudah kuduga ini akan terjadi, orang-orang baru pasti akan mengatakan hal yang sama.

"Itu Masha, ini Marsha. Beda atuh Jess." Balasku dengan candaan.

Jessica ikut tertawa, dia duduk di bangku sebelahku yang belum ada penghuninya. Kami bercerita sedikit tentang asal sekolah dan hal lainnya.

Bel sekolah berbunyi, menandakan upacara akan segera dimulai. Murid-murid pun mulai memenuhi lapangan upacara.

Sebelum upacara dimulai, aku berpesan kepada Jessica yang ada di sampingku, "Jess, nanti kalau aku udah ga kuat anterin ke UKS ya."

Huh, fisik ku sangat lemah asal kalian tau. Jika terlalu lama di bawah sinar matahari aku akan merasa pusing dan bisa saja pingsan.

Upacara berlangsung dengan khidmat, hingga saat pembacaan janji siswa, pandangan ku mulai menghitam dan setelahnya aku tak sadarkan diri.

------

Brrrszzzzz

Astaga! Bunyi hujan deras yang datang tiba-tiba itu mengagetkanku. Hampir saja cangkir kopi ku terjatuh.

Hujan yang kembali datang dengan lebih derasnya membuatku tersadar dari lamunanku.

"Ah ya, ada yang harus ku kerjakan."

Ku tutup pintu balkon dan duduk di meja kerja yang sudah ada berkas-berkas yang harus segera ku kerjakan. Mereka tak akan selesai dengan sendirinya tanpa bantuanku.

Nanti akan ku ajak kalian ke masa laluku dan mengajak kalian tenggelam bersama dengan cerita-cerita yang sangat menyenangkan, atau bahkan menyedihkan mungkin?

------

Gimana prolognya?
Masih prolog loh ya, jangan buru-buru

See u next part❤️

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Oct 19, 2021 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

MemoryWhere stories live. Discover now