005. ODDITY

92.5K 12K 2.5K
                                    

-oOo-

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

-oOo-

Luna melirik arlojinya. Sudah menunjukkan pukul sembilan pagi, yang artinya Luna telah melewatkan pelajaran pertama. Dua jam Luna habiskan untuk merenung, hingga tanpa menyadari waktu terus berjalan. Kejadian beberapa saat lalu berhasil melukai hati sekaligus ego Luna. Sungguh, ia jadi malu untuk berada di tempat umum. Luna seharusnya sadar jika Alpha tidak mungkin meladeninya. Luna bukan apa-apa baginya. Ia hanyalah gadis miskin dan juga tidak cantik seperti teman-temannya.

Padahal awalnya Luna sudah berbunga-bunga mendapatkan perhatian dari Alpha, tapi nyatanya...

Luna menarik nafas dalam, lelah. Ia kemudian bangkit dan menepuk seragamnya yang sedikit kotor. Setelah suasana hatinya sudah lumayan membaik, Luna akhirnya memutuskan untuk kembali ke kelas. Dengan mata yang sedikit sembab ia mulai menggerakkan kaki, melangkah melalui koridor.

Sepanjang perjalanan, Luna memilih menundukkan kepala, tidak siap menerima berbagai macam pandangan dari teman sekolahnya. Luna yakin seratus persen jika kejadian tadi pagi telah menyebar kemana-mana. Luna meremas tali tasnya, semakin mempercepat langkahnya.

Akan tetapi Luna tidak menyadari jika bukan tatapan mencemooh yang ia dapatkan, melainkan tatapan takut. Luna tidak menyadari jika sebagian murid yang berada disekitarnya bergerak menjauh darinya dan mengeluarkan suara pekikan tertahan.

Karena terlalu fokus melangkah, Luna sampai tidak menyadari itu semua.

Sesampainya di kelas, Luna langsung bergegas duduk dibangkunya dan mengeluarkan buku serta alat tulisnya. Terasa suasana didalam kelas sangat sunyi. Padahal saat ini semua murid hadir, namun entah kenapa tidak ada seorangpun yang membuka suara. Semua fokus pada buku mereka, bahkan sekedar menoleh pun tidak.

Sesaat tubuh Luna dibuat tegang ketika merasakan pergerakan dari sebelahnya yang tidak lain adalah Alpha. Namun ada sesuatu yang menjanggal, kening Luna berkerut ketika sudut matanya melihat darah yang cukup banyak mengalir dari tangan Alpha. Bahkan kulitnya pun ikut terkelupas, seperti habis memukul sesuatu yang keras.

Alpha kenapa?

Seingat Luna, ia tidak melihat luka itu tadi pagi. Terlebih lagi darah yang merembas tampak masih segar.

Luna menggeleng, mengulum bibir, mencoba untuk tidak peduli. Kejadian yang ia alami tadi pagi masih begitu membekas dalam hatinya. Jika Alpha memilih bersikap cuek padanya, maka ia pun akan sama. Bukannya tidak berperasaan, Luna hanya ingin menjaga harga dirinya sebagai seorang perempuan.

-oOo-

Hari telah menjelang malam. Tampak keringat semakin mengucur diwajah cantik Luna, menjelaskan jika tubuhnya telah lama bergerak tanpa henti. Saat ini Luna memang tengah sibuk mondar-mandir dengan membawa nampan berisi pesanan untuk para pelanggan, tidak lupa dengan sebuah senyuman sopan terpantri di kedua sudut bibirnya.

STALKER (S#6) ENDWhere stories live. Discover now