Kali Ketiga

34 26 15
                                    


Dua part 👋🤪 keren banget ah gue. Hahah... ayok kasih vote dan spam komentar biar aku makin semangaatt... huhu

“Seno.”

“Hah?”

“Bukan Ka Seno! Tapi di belakangnya.” Tunjuk Nina.

Seno yang melihat Agatha beserta Nina tampak terkejut. Namun sebisa mungkin dia merubah ekspresinya. Berjalan menuju menghampiri mereka.

“Hai,” sapa Seno.

Nina tidak menghiraukan sapaan Seno, dia sibuk memperhatikan pria yang dikaguminya. Kali ini dia datang bersama anak berseragam SMA.

“Nina,” panggil Seno.

“Eh ... Ka Seno. Sama siapa ke sini?”

“Gue sendirian aja.”

Seno dan Nina masih bertukar kabar, Agatha justru memperhatikan pria yang Nina maksud bersama perempuan di sampingnya. Wajahnya tampak frustasi. Dia memijit keningnya. “kenapa waktunya bisa nggak pas gini sih? Bisa gagal.” Gumamnya.

Seno menarik kursi di sebelah Agatha dan menepuk pundaknya. “Udah, masalah kerjaan nggak usah dipikiran. Rileks aja,” tuturnya.

“Pas banget bisa ketemu kalian. Gimana Jung kabarnya.” Sapa Seno beralih pada Jungkook.

“Gue baik kak. Udah lama kita nggak mabar.”

“Oh iya, kapan-kapan main ke apartemen gue ya.” Ajak Seno.

Nina hanya fokus memperhatikan pria yang dia sukai bersama seorang perempuan. Wajahnya sempat berubah murung tapi melihat bagaimana pria itu begitu memperlakukan perempuan yang bersamanya dengan baik membuat hati Nina lemah. Dia beranggapan bahwa perempuan itu adalah adiknya. Nina juga mau diperlakukan secara lembut. “Cowok yang lembut,” ucapnya sambil tersenyum.

Tunggu! Ini udah ketiga kalinya mereka bertemu. Kalau Nina mengingat ucapan Jungkook jika ketiga kalinya berarti bukan kebetulan. Senyum Nina makin mengembang mengetahui fakta ini ketiga kalinya mereka bertemu. Dia berharap bisa bertemu lagi kalau perlu seterusnya hidup bersama. Pasti menyenangkan.

“Nin sehat?”

Tiba-tiba Nina merasakan pipinya dingin. Rupanya Jungkook menempelkan gelas minuman ke pipinya.

“Gue tebak. Nina lagi jatuh cinta ya.”

“Ngaco! Tadi gue lagi kepikiran hal-hal lucu aja gitu di kampus.”

Seno hanya mengangguk-anggukkan kepalanya. “Ooh gitu ... Oh iya, kapan-kapan bolehlah kita main bareng berempat kayaknya seru. Nonton kek, ke dream land juga kayaknya seru.”

“Setuju.” Heboh Nina dengan mengacungkan jempolnya.

Jungkook juga sepakat, ketiganya tampak senang kecuali Agatha yang sedari tadi hanya diam memperhatikan Nina. “Jadi, hasilnya tepat sasaran?” gumamnya.

Seno menyikut lengan Agatha, “udah nggak usah mikirin uang. Nanti gue yang traktir.”

“Badai, setuju!” heboh Nina dan Jungkook.

“Apaan sih, gue juga punya uang. Sembarangan lo!” Ucap Agatha. Matanya melirik sinis Seno.

“Iya, sayang aku percaya.”

Nina tergelak. “Gila, terbuat dari apa si lo ka. Kebal banget sama Agatha.” Ucap Nina yang dihadiahi pelototan dari Agatha.

“Terbuat dari biji kopi pilihan. Hm ... lebih enak ....”

Agatha menutup wajah Seno karena gemas, “yah, korban iklan lo.”

Mereka tertawa bersama mendengar lawakan Seno. Pria itu memang tiada tanding. 

****

Setelah tertawa bersama, mereka berempat fokus kepada hidangan makanan yang dipesan. Berbeda dengan Nina yang diam-diam curi pandang memperhatikan meja seberang. Memang benar, orang yang sedang kasmaran tidak akan bisa menyembunyikan kebahagiaannya. Baik Seno, Agatha dan Jungkook dapat menyadari itu hanya saja mereka pura-pura cuek.

“Gue merinding ngeliat senyum lo yang kayak joker,” bisik Jungkook pada Nina.

“Berisik!”

“Kan gue ngomongnya pelan.”

Nina menendang kaki Jungkook yang berada di bawah meja. “Aw, KDRT mulu lo sama gue.” Keluh Jungkook.

“Jungkook inget pesan gue dan Nina kembangin tulisan lo.” Ucap Agatha setelah meneguk minumannnya.

“Iya.” Jawab Nina dengan malas.

“Wih, udah mulai start Nin?” tanya Seno.

“Udah dong kak.” Jawab Nina senang.

Mendengar jawaban Nina, Seno melirik Agatha dengan tatapan penuh tanya.

***

Pertemuan di kafe berakhir sudah karena Agatha harus kembali ke kantor. Dia juga masih memperbolehkan Jungkook mengantar Nina dan masih tetap dalam pengawasannya.

Dalam perjalanan pulang, Nina kembali melanjutkan tulisannya. Kepalanya mendadak berisik, hatinya berdebum keras. Bunyi gerabak-gerubuk.

Senyummu seperti sinar matahari

Mampu menghangatkanku

Tak bisa kutebak siapa namamu

Ayo kita ketemu lagi

Di antara ribuan lalu lalang manusia, aku menemukanmu. Menemukan senyum manismu yang secerah matahari. Aku terus bertanya, bagaimana bisa? Jangan bilang ini sebuah kebetulan. Aku mau kau dan aku adalah takdir.

Pertemuan hingga kali ketiga benar kupercayai bukan sebuah kebetulan. Tiba-tiba aku mempercayai ucapan Jungkook tentang tingkatan sebuah kebetulan.

Pasal dimana pertemuan ketiga bukanlah sebuah kebetulan.

Tapi aku sedih, lagi-lagi tidak bisa menebak namamu. Harus kusebut apa dirimu, si senyum secerah matahari, si tampan yang dermawan atau si penggoda wanita? Maka dari itu ayo bertemu lagi.

Nina menatap bukunya dengan tenang. Senyumnya tidak bisa luntur sambil memperhatikan Jungkook yang tengah fokus menyetir. “Jung, kayaknya nggak apa-apa kalau untuk sementara waktu lo jauhin gue.”

“Yakin?”

“Iya, justru gue yang nggak yakin sama lo. Secara gue kan ngangenin.”

“Ih si Nina kampret.”
.
.
.
.
.
.

Nasib Raisa dan Nina boleh sama. Serba salah. Tapi masalah cinta Raisa cukup kali kedua. Tapi Nina kali ketiga dan mau sampai seterusnya. Setuju nggak??

Tolong sampaikan sesuatu dong buat aku. Pengen tahu gimana perasaan kalian setelah membaca sampai pada part ini.

Jangan lupa vote dan spam komentar ya heheh...

Semua sayang Nina.

A MAN BEHIND MEWhere stories live. Discover now