61. My Very First Winter

Comenzar desde el principio
                                    

"Kenapa, Clavina?" Mark tersenyum jahil.

"Dingin." Aku mencengkeram bagian depan baju tidur Mark.

"Bukankah sudah kubilang?" Mark kembali membopongku, membawaku masuk ke dalam rumah. Ia mendudukkanku di kursi dapur. Ditariknya satu kursi lagi untuk dirinya sendiri lalu duduk di hadapanku.

Mark menyelonjorkan kedua kakiku di atas pahanya lalu meraih dan menggenggam kedua tanganku yang dingin. Ia meniup-niup jemariku agar aku merasa lebih hangat.

Aku tertegun. Mark benar-benar tidak bisa berhenti membuatku merasa tersentuh.

Aku hanya terbengong seperti seorang idiot sementara Mark terus berusaha menghangatkan kedua tangan mungilku yang tenggelam dalam genggamannya. Titik-titik salju mencair di rambut hitamnya. Mata birunya terlihat jauh lebih mencolok dengan kulitnya yang sepucat ini.

"Kau harus keluar dengan pakaian yang layak jika memang ingin bermain salju," gumam Mark seraya melihat ke dalam mataku. "Itu pun harus sudah dipastikan kalau kau sedang dalam keadaan fit."

Aku tercenung. Tatapan Mark membuatku hilang konsentrasi. Sial.

Entah apa yang salah dengan otakku, tapi pagi ini rasanya aku semakin jatuh cinta dengan suamiku ini. Ia terlihat semakin menakjubkan sejak bangun tidur tadi.

Apakah perasaan ini juga pengaruh hormon?

Aku terus memandangi Mark. Ia terlihat berantakan, tapi.... ya ampun... jantungku.

Suaranya pun semakin serak dan dalam begitu karena masih pagi. Maksudku, suaranya memang selalu seperti itu, tapi pagi ini...

Ya ampun...

Mark mengerutkan dahi, menyadari keanehan tingkahku. "Kau ini kenapa?"

Aku langsung gelagapan. "Eh? Tidak. Aku hanya..."

"Hanya apa?" Mark mendesak dengan nada jahil khasnya. Kedua mata birunya semakin menatapku intens.

"Lupakan saja." Aku menundukkan wajah, aku merasa malu ditatap dengan cara sedemikian rupa. Aku masih dalam keadaan bangun tidur dan berantakan sekali.

Mark malah beringsut semakin mendekat. Tangannya kini berada di pahaku. Aku mendadak seperti merasa sesak napas.

"Kapan kita akan bermain boneka salju?" tanyaku dengan wajah terasa panas.

Mark tersenyum miring. "Sedang berusaha mengalihkan perhatianku?"

Aku menahan dada Mark agar ia tidak bergerak semakin mendekat. "Mark... jangan dekat-dekat, aku belum berdandan."

Mark mengangkat alis kirinya tinggi-tinggi. "Sejak kapan ada persyaratan khusus sebelum aku 'mendekatimu'?" tanyanya lucu. "Sejak kapan kau harus berdandan terlebih dahulu?"

Aku menunduk dan menutupi wajahku dengan kedua telapak tangan. "Mark... aku merasa jelek. Pagi-pagi aku terlihat seperti zombie."

Mark menurunkan kedua tanganku agar tidak lagi menutupi wajahku. "Bukankah sudah pernah kubilang bahwa aku menyukai wajah bangun tidur Gadis Periku? Terlihat mengantuk, rapuh, dan menggemaskan di saat yang bersamaan."

Aku tetap menunduk.

Mark beringsut mendekat lagi, tapi aku kembali menahan dadanya. "Kenapa?" tanyanya, bingung dengan penolakanku.

"Tidak mau," gumamku pelan. Aku benar-benar merasa tidak percaya diri. "Aku berantakan."

Mark memiringkan wajahnya sambil memperhatikanku lekat-lekat. "Kau cantik, Clavina."

In A Rainy Autumn [END]Donde viven las historias. Descúbrelo ahora