[Bagian 57] Sisi lain Arga

Start from the beginning
                                    

"Minta maaf!" Tara masih diam, membuat Arga geram. Pria itu sedikit menekan tangan Tara membuat perempuan itu merintih kesakitan.

"Akhh i-iya, aku minta maaf. Lepasin sakit, Ga," ucap Tara pelan.

Arga melepaskan tangan istrinya lalu berucap, "Aku nggak suka ya sama perkataan kamu tadi, maaf kalo cara aku kasar. Tapi aku cuma pengen kamu nurut, sayang," ucap Arga mulai melembut.

dih strees lo?

Tara terdiam, jujur ia masih syok dengan perbuatan Arga beberapa menit yang lalu. Pria yang bernotabe sebagai suaminya itu hampir saja mematahkan tangannya? Hhh, tidak salah? Mungkin setelah kejadian ini, Tara akan sedikit menjaga jarak dengan Arga, ia takut.

"Sayang?" Tara masih tak menjawab. Perempuan itu masih melamun dan tanpa sadar air matanya menetes membuat Arga termenung.

"Raa.. Aku kelewatan yaa? Maaf, aku minta maaf. Tangan kamu sakit?" Arga memeriksa tangan istrinya dengan hati-hati. Masih tidak ada respon dari Tara, perempuan itu malah menatap Arga dalam diam.

"Sayang, kamu jangan diem aja. Aku minta maaf," ucap Arga lalu memeluk istrinya.

Arga berkali-kali mengucapkan kata maaf pada istrinya. Tara merasakan pundaknya basah. Ia menolehkan kepalanya sedikit, ternyata suaminya itu tengah menangis sesenggukan.

"Ngapain nangis? Aku nggak papa, Arga," ucap Tara melembut, perempuan itu mencoba melepaskan pelukannya.

Arga menggeleng, ia malah semakin mengeratkan pelukannya dan enggan untuk melepaskannya. Tara menghela nafas panjang. "Yaudah sini, duduk dulu, capek tau berdiri mulu dari tadi," ajak Tara lalu mereka berdua duduk dipinggir ranjang dengan Arga yang masih memeluk istrinya.

Pria itu menyembunyikan wajahnya pada ceruk leher Tara. "Kok jadi lo yang nangis, sih? cengeng amat," celetuk Tara bingung seraya mengusap pelipis suaminya yang basah karena keringat.

Arga mengigit leher Tara, ia tidak suka mendengar kata lo-gue yang keluar dari mulut istrinya. "Awss! Sakit, Argaa!"

"Makanyaaaa!" sahut Arga tidak jelas.

Oke, bahkan sekarang pria berbadan besar itu berubah dan bertingkah seperti anak kecil yang sedang merajuk pada ibunya karena tidak dibelikan mainan.

"Ihh gajelas banget, tadi aja kasar sekarang jadi kayak bayi!" cibir Tara.

"Minggir ah aku mau keluar." Tara berusaha menyingkirkan badan besar milik suaminya itu tetapi nihil, tenaganya tidak sebanding dengan Arga.

"Hiks-- aku jahat ya sama kamu? ini bibir kamu sampe hikss-- luka..." ucap Arga sesegukan.

Tara menghela nafasnya. Jujur ia tidak tahan dengan Arga jika sudah bersikap seperti ini. Iya, gemes kayak anjing, hehe.

Tara menghapus air mata suaminya lalu menangkup kedua pipi Arga. Perempuan itu menatap mata suaminya yang sudah memerah akibat menangis. "Cupcupcup, udah jangan nangis. Aku gapapa..."

Tara mencium kedua pipi suaminya itu lalu mengecup singkat bibirnya dan tersenyum hangat menatap Arga.

Arga kembali memeluk Tara dengan menyembunyikan wajahnya di sela-sela dada Tara membuat perempuan itu sedikit geli dan tak nyaman, walaupun mereka sudah sering seperti itu bahkan lebih tetapi tetap saja Tara merasa risih.

"Sayang.." panggil Arga pelan.

"Apa?" sahut Tara yang masih mengusap-usap rambut suaminya itu.

"Nanti kamu mau yaa temenin, Tania? Aku mohon, mau yaa??" pinta Arga memohon membuat gerakan tangannya terhenti.

ARGATARA [NEW VERSION]Where stories live. Discover now