Bagian Sepuluh

272 49 7
                                    

-o0o-

"Peringkat dua besar"

Ketukan demi ketukan menciptakan suara di dalam hening ruangan. Jari jemari kekar itu mengetuk-ngetuk meja tubuhnya bersandar pada pembatas kursi menatap karyawan tangan kanan kepercayaannya yang berdiri menjulang di hadapannya.

"Maaf tuan, saya baru diberi celah agar mengetahui sistem pemeringkatan setelah tiga hari pengumuman. Adq kemungkinan sistem sekolah sengaja merahasiakan hasil pemeringkatan bulan ini"

Pria dengan seragam kantor itu menarik sebelah sudut bibirnya ke atas. Menopang dagunya lantas meletakkan map biru di atas meja.

"Sepertinya dia ingin main-main denganku"

"Maaf tuan, anak anda memang tak pernah mengatakannya kepada saya. Tuan muda juga semakin jarang menghubungi saya tidak lantas seperti biasanya"

"Kapan anak itu pulang?"

"Tuan Nilwan bisa menemui tuan muda hari sabtu besok. Tapi ....."

"Tapi apa Carlos, katakanlah"

"Tuan Candrawala punya dua poin pelanggaran tuan. Jadi dia tidak diberi perintah agar meninggalkan asrama dua minggu kedepan"

"Pelanggaran?"

"Iya tuan, anak anda sengaja ingin menghindar dari pertemuan dengan anda di rumah"

"Lalu dia sengaja membuat pelanggaran supaya dia dihukum?"

"Benar tuan"

"Jika begitu aku sendiri yang akan memanggilnya kemari." Nilwan menarik senyum miringnya.



****

"Kelas khusus punya tekanan sendiri buat mereka bisa bertahan atau gagal. Tapi sekolah gak pernah mau menuntut, toh spp normal sama rata semua kecuali memang sepuluh besar yang mendapatkan pengurangan biaya dan tiga besar yang akan mendapatkan spp gratis setiap bulan itupun jika mereka gak pernah turun peringkat"

"Ada orang yang kaya raya dan ada yang kurang mampu sengaja ngincer peringkat tiga besar. Yang jadi pertanyaan kenapa anak dari keluarga kaya gak mau kalah tentang peringkat. Mereka bahkan rela lakuin hal gila demi bertahan di kelas unggulan"

"Kenapa? Karena rata-rata siswa dari kelas unggulan punya kepercayaan khusus dari guru-guru. Mereka punya ingatan setiap siswa diberikan perhatian khusus daripada anak-anak reguler lainnya. Ibarat kata anak-anak sepuluh besar yang mampu bertahan punya opini mereka bermasalah secara psokologi"

Map berwarna cokelat itu ditutup dan dibanting secara kasar di atas meja. Mila menyandarkan tubuhnya di kursi. "Gak semua data itu terbukti, itu semua gak falid."

"Itu cuma sepenggal opini dari kelas-kelas senior memang gak terbukti secara menyeluruh." Rania menghela kasar. "Tapi bukan ini permasalahannya, Mi."

"Trus apa yang mau lo cari? Lo cuma buat perkara masalah tambah banyak, Ra"

"Organisasi merpati" gadis bersurai hitam itu mendongak memperhatikan jam dinding yang terus berjalan setiap detiknya. "Mereka seperti dibuat karena anak-anak itu memang udah diinca dari sekolah. Waktu itu gue gak sengaja denger ada guru kesiswaan bilang kalau anak-anak berlencana emang udah dia incer sebelum mereka jadi peringkat sepuluh besar"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 25, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

SEORANG BINTANGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang