41. Aktivitas

132 28 4
                                    

Hari ini kita harus kembali ke Jakarta. Jalur udara yang menjadi alternatif pilihan paling cepat untuk tiba di Jakarta apalagi besok sudah mulai kembali bekerja juga.

Sebenarnya Mama mertuaku agak mengekang aku untuk lanjut bekerja setelah tahu kabar kehamilan ku, tapi mau gimana pun aku harus mengikuti kontrak kerja yang masih ada. Ditambah aku lebih suka disibukkan bekerja dari pada diam di rumah sebagai ibu rumah tangga.

Mas Tama mendukung segala keputusan ku, dia tidak membebankan apapun, asalkan aku tidak lupa kalau sedang hamil, dan harus tetap berhati-hati dimana pun aku berada.

"Beneran masih mau bekerja? Suamimu Tama masih bisa mencukupi kebutuhan kamu Rum," Kembali saat akan berangkat ke bandara Mama menawarkan lagi. Sekarang papa mertua yang sebelumnya cukup diam pun ikut berbicara. "Bukan begitu Ma. Rumi pasti juga akan bosan diam dirumah. Dan untuk kebutuhan mereka kita tidak perlu ikut campur. Itu masalah privasi mereka Ma, tolong bisa dimengerti."

Mas Tama menggandeng tanganku sedari tadi, "Aku yakin kok Ma kalau Arumi bakal jaga kandungannya dengan baik. Mama tenang aja ya, aku juga bakalan tetap pantau aktivitas Arumi walaupun aku sama dia beda tempat kerja. Mama cuma perlu berdoa yang terbaik buat kita itu udah lebih dari cukup."

"Baiklah kalau itu keputusan kalian. Doa Mama buat kalian. Sehat terus ya nak. Mama bakal kangen kalian. Baik-baik cucu Nenek." Tangan Mama mengusap-usap perutku perlahan. Aku tersenyum lalu mencium tangan Mama dan papa mertua sebelum pergi.

Mas Tama pun demikian. Kami berdua langsung memasuki bandara setelah berpamitan lengkap dengan orang tua. Untuk Gaby yang tidak terlihat, dia sekolah, bahkan tadi pagi sempat mau bolos sekolah karena ingin ikut mengantar ke Bandara, tapi tetap bakal dilarang. Sebagai gantinya Papa mertua jika sudah tidak ada kerjaan atau memang bisa lagi Free, akan diajak main ke Jakarta.

"Duduk santai aja. Pesawat kita masih harus nunggu dua jam lagi" Setelah dari membereskan koper untuk masuk ke bagasi pesawat. Aku dan Mas Tama duduk di kursi tunggu.

Sedari tadi tangan Mas Tama tidak berpindah. Tetap berada di permukaan perutku, padahal jika dilihat-lihat tidak terlihat kalau lagi hamil, masih sangat rata karena memang usia kandunganku ini masih muda.

"Dia beruntung ya mas, dari orok udah bisa naik pesawat. Aku dulu harus nunggu lulus kuliah dulu baru bisa naik pesawat," Mas tama menatapku lalu dia menarik senyum simpul. "Sebenarnya dia sebelum jadi pun udah pernah naik pesawat, cuma emang belum tersalurkan."

Aku tahu apa yang dia maksud. Ku tabok betisnya lumayan, "Mesum ah, mana gak tahu tempat lagi."

Senyuman Mas Tama makin melebar, cuma memang lagi didekatnya ke arahku lebih. "Oh berati kalau lagi di tempat pribadi kita boleh dong hm?"

"Au ah aku gak denger," sekarang malah dipeluk badanku. "Mesumnya cuma sama kamu sayang."

⚫⚫⚫

Sampai dirumah tidak bisa langsung berleha-leha, barang-barang dan pakaian harus disusun kembali. Jika ditunda besok malah ribet nantinya.

"Disini ada bahan masakan apa?" Aku menoleh ke arah mas Tama yang sibuk mencari-cari dilemari dapur. "Aku belum belanja Mas, kita tinggal ke Surabaya kemarin emang pada habis bahannya tinggal Mie instan dan telur. Kalau kamu mau biar aku masakin."

Mas Tama mengambil dua butir telur dan satu bungkus mie instan goreng. "Kalau Mas sih bisa masak mie, tapi kalau kamu gak diperbolehkan makan mie instan. Jadi kamu makan pake apa?"

"Aku gampang kok mas. Kamu makan duluan aja, sini biar aku masakin," mengambil bahan masakan dari tangan Mas Tama, sedangkan dia tidak bergerak sedikit pun. "Mas masakin omlet sosis ya buat kamu."

"Boleh kalau enggak ngerepotin kamu mas." Dia langsung berada di sampingku. Tangan kami berdua cekatan mengolah bahan-bahan. Sebenarnya belum waktunya makan malam, bisa dibilang ini makanan pengganjal perut.

Omlet buatan Mas Tama untukku sudah jadi terlebih dulu dari pada mie instan buatanku untuknya. Aku menuangkan air ke dalam gelas untuk kami berdua.

"Nanti malam cari makan diluar ya, sekalian mampir ke minimarket di pertigaan buat belanja mingguan kita," mengusap bibir terlebih dulu. "Oke."

Saat aku mengangkat piring mas Tama langsung merebut. Tanpa bicara di berjalan menuju wastafel untuk mencuci piring. Baiklah, aku harus menata barang-barang lagi.

⚫⚫⚫

"Beli sate aja Mas. Aku setengah porsi. Masih kenyang habis makan tadi," Menepikan mobil. Mas Tama mengusap rambutku sebentar, "Sama. Gimana kalau kita beli seporsi tapi buat makan berdua, biar romantis juga gitu ya kan?"

"Boleh. Makan di dalam mobil aja mas, disana udah penuh tempatnya tuh, sekalian kamu minta dua sendok ya," cuma balasan anggukannya, kemudian turun untuk menghampiri lapak sate ayam yang sedang ramai pembeli.

Aku menunggu sambil bermain hape sebentar, tak lama mas Tama masuk dengan kedua tangan yang sama-sama membawa bawaan, bedanya tangan kanan membawa dia botol air putih, tangan kiri ada piring sate.

Ya memang tidak meminta minumnya air putih, tapi mas Tama ini apapun jenis makannya minumannya tetap air putih. Katanya biar langsung merosot turun, bener juga sih, dan aku pun setuju, kalau pake teh malah bikin nyantol di tenggorokan akibat manisnya, kalau air putih kan netral.

Diam selama makan. Cuma suara gigi yang saling bekerja sama untuk menghancurkan makanan, ataupun suara air putih yang di minum.

"Kami tunggu disini, mas mau bayar dulu," Tisu di mobil aku ambil untuk mengusap cipratan kacang sate, cuma sedikit tapi tetap saja harus dibasmi.

Mas Tama kembali, "Udah?" Dia duduk di kursi kemudi. "Udah dong sayang. Jadi kan kita ke minimarket?"

Tersenyum menatapnya. "Kamu yang ngajak loh, masa gak jadi sih. Ayo jalan sebelum makin malam nanti malah tutup," tiba-tiba tangannya diusapkan di perutku. "Kamu udah kenyang baby? Papa sama Mama juga begitu. Jadi kamu tidur aja ya, mama sama papa mau belanja dulu sebentar. Anaknya papa kan jagoan."

Masih kecil banget padahal, tapi ke antusiasnya Mas Tama ngobrol sama anak kami itu terasa sekali. Dan aku semakin yakin kalau dia benar-benar ditunggu.

⚫⚫⚫

Baru kelar banget, dan langsung tak Update

Maaf ganggu waktu istirahat, baca besok gak papa kok hehehe

Lup💚


















MENDADAK?Où les histoires vivent. Découvrez maintenant