29. Belanja

136 25 0
                                    

Aku datang lagi hehe

Selamat membaca dan semoga kalian suka

⚫⚫⚫

Berada di dalam mall khusus super market dengan Mas Tama yang mendorong troli belanjaan kami. Rasanya benar-benar tidak seperti nyata jika aku saat ini belanja dengan orang yang sekarang menjadi suamiku.

Siapa sangka orang yang menjadi idaman banyak para mahasiswi kampus UNDIP malah berakhir dengan menjadi suamiku. Bisa dibilang kami ini tidak kenal akrap, tapi kami pernah saling berbicara itupun dengan waktu yang gak banyak.

Benar. Jodoh tidak ada yang tahu, jika sidah digariskan jodohmu dengan dia ya sudah tidak bisa lagi dirubah. Hanya Tuhan yang mempunyai hak untuk merubah garis jodoh kita.

Lihatlah sekarang ini. Saat Mas Tama mendorong troli belanjaan aura maskulinnya keluar lebih lagi. Tidak sekali dua kali aku menemukan mata gadis yang menatapnya mendamba.

Jika boleh iri aku iri sekarang, tapi syukurlah Mas Tama yang meminta tanganku tetap mengandeng tangannya. Ditambah dia tidak merespon balik tatapan para gadis itu.

"Mau beli sayur apa kamu?" Berhenti di Lapak sayuran segar. Aku melepaskan tanganku di rangkulan lengan Mas Tama. "Pasar tradisional jauh gak sih Mas dari kontrakan kita?"

Mas Tama menatapku aneh, lalu dia membuka hapenya, "Sebentar biar Mas cek di maps dulu." Men-scroll hape mahal miliknya, merek apel kegigit. "Lumayan lah. Mungkin jika ditempuh dengan mobil sekitar dua puluh menit. Mau beli disana aja? Tapi biasanya udah tutup pasarnya kalau jam segini. Ini aja udah jam sepuluh."

Aku melihat ke arah sayur-sayuran. "Besok aja Mas. Hari ini beli disini dulu. Mau yang apa?"

Mas Tama ikut melihat. "Buat orek aja bisa kan? Mas pengen makan orek sayur malam ini." Aku mengambil sayur kol, wortel brokoli dan daun seledri yang terlihat masih segar.

"Kita beli telur ya mas." Mas Tama menatapku lalu tetap mendorong troli. "Bahan-bahan masakan dapur itu keahlian kamu. Mas mana paham, Mas paling beli yang pengen Mas butuhkan."

Dia tiba-tiba berhenti di stan makanan instan. "Nugget, sosis dan kentang jangan dilupakan. Kalau kita lagi gak ada waktu karena terkejar waktu makan kita bisa masak ini. Ini juga cocok kalau buat cemilan."

Mengambil masing-masing satu bungkus. Biarkan Mas Tama mengambilnya, aku setuju dengan pendapat nya, dan yang terpenting tadi saat aku melihatnya sekilas harganya tidak sampai menguras uang. Biasalah kalau udah jadi ibu rumah tangga, harus pinter-pinter jadi bendahara rumah tangga.

Satu jam kurang lima menit pas barulah kita selesai berbelanja bulanan.
Troli belanjaan kami sampai penuh terisi dengan bahan-bahan masakan. Bahkan sampai harus membawa satu keranjang jinjing sangking tidak muatnya berada di troli.

Total semua lumayan menguras dompet. Tapi namanya belanja bulanan pasti butuh uang yang engga sedikit, langsung juga buat stok sebulan ke depan. Entahlah kulkas dan loker dapur di rumah cukup untuk memuat barang-barang.

"Makan siang disini sekalian ya. Udah jamnya," Dia memperlihatkan lewat layar screen wallpaper hpnya. Sudah jam sebelas lebih dua puluh menit.

Jangan berharap kalau wallpaper nya akan terisi oleh foto pernikahan ataupun fotoku sendiri. Wallpaper hpnya saja pandangan gunung dark. Eitts jangan mikir gunung anu. Beda ceritanya lagi nanti.

MENDADAK?Where stories live. Discover now