"Kamu kenapa hindarin aku? Mas salah apa?"

Faras berhasil masuk ke kamar Citra, bahkan mengunci pintunya. Benar-benar melarang Citra keluar.

Citra hanya diam, enggan menatap ke arah Faras seraya meremas tangannya satu sama lain. Tidak lupa mengumpat dalam hati. Kenapa pria itu masih di sini? Bukannya harus kembali ke Amerika, karena masa cuti kuliahnya telah selesai?

"Citra ...," panggil Faras lembuat, hendak meraih tangan Citra, tapi Citra menolak membuatnya mengernyit heran. "Kamu kenapa? Marah karena Mas mau balik ke Amerika lagi? Kan bentar lagi kamu libur setelah ujian sekolah nanti. Kamu bisa nyusul Mas. Atau kamu mau lanjut sekolah di sana aja?"

Citra hanya diam membuat Faras menghela nafas pelan. "Citra ..."

"A-aku gak mau deket-deket Mas Faras lagi." Citra menyela Faras yang hendak bicara lagi. Pria itu semakin menatapnya bingung.

"Ka-kamu kenapa?"

"Aku gak mau deket-deket Mas Faras lagi!" Citra menekan setiap katanya, melangkah melewati Faras begitu saja, hendak menarik handle pintu, tapi ia tersentak saat lengannya ditarik lalu tubuhnya diputar menghadap ke arah Faras. Pria itu mendorongnya hingga punggungnya menghantam daun pintu. Kedua lengannya dicengkeram Faras.

Kedua mata Citra membulat melihat ekspresi Faras yang terlihat marah. "Kamu punya pacar?"

Citra menggeleng takut, ia berusaha melepaskan cengkeraman tangan Faras dari lengannya, tapi Faras menahannya. Semakin menekannya membuat mencicit takut. "Ma-mas sakit."

"Jawab dulu pertanyaan Mas?! Kamu punya pacar makanya gak mau deket-deket aku lagi?! Pacarmu larang kita deket, gitu?!" tanya Faras tajam yang langsung digelengi Citra.

"A-aku gak punya pacar."

"Terus kenapa kamu gak mau deket-deket aku lagi?!" Faras menuntut jawaban, ia meregangkan sedikit cengkeraman tangannya dari lengan Citra. "Jawab!"

Citra menunduk, menghindari tatapannya dari Faras yang begitu mengintimidasi. Faras memang sosok yang jarang marah, tapi sekalinya marah, benar-benar menakutkan. Mirip dengan Om Wirya.

"Ka-karena aku suka sama Mas." Suara Citra semakin mengecil di akhir.

Tapi, Faras mendengarnya. Pria itu menyeringai, lalu menyentuh dagu Citra agar Citra berhenti mendongak. "Kamu kenapa?"

"Em ... aku suka sama Mas." Bola mata Citra berpendar, malu menatap Faras.

"Terus kalau suka sama Mas kenapa gak mau deket-deket?"

Citra terdiam, tidak tau harus menjawab apa. Tapi, ia cukup terkejut karena respon Faras yang biasa saja. Apakah pria itu tau perasaannya?

"Em ... Mas kok gak kaget?" Kini Citra memberanikan menatap Faras.

"Mas juga suka sama kamu."

Kedua mata Citra membulat sempurna. Dadanya berdebar semakin tidak karuan. Tubuhnya menegang. Tidak percaya dengan perkataan Faras.

Lalu pria itu meraih tangannya lalu meletakkan ke dada pria itu, juga pria itu meletakkan tangan di dadanya yang membuatnya tersentak.

CERPENWhere stories live. Discover now