50. RAVEL-ALUNA

Začať od začiatku
                                    

Aluna menetaskan air matanya dia hanya takut kalah dalam berjuang nanti, dan berakhir meninggalkan anak dan suaminya itu tidak akan terjadikan?

Mobil melesat ngebut menuju rumah sakit selama perjalanan Ravel tak henti-hentinya mengusap perut Aluna dan menenangkan Aluna padahal dia sendiri panik terlihat dari wajahnya yang sudah pucat pasi.

Ditambah dengan erangan kesakitan dari sang istri membuat Ravel semakin menjadi-jadi. Mata lelaki itu memanas, dia mengikuti dokter yang membawa brankar sang istri, Aluna menatap Ravel dengan senyum tipisnya kenapa suaminya begitu tampan?

Aluna tidak langsung dibawa ke ruang bersalin, mereka harus menunggu sampai pembukaan sempurna barulah si bayi bisa lahir ke dunia. Ravel dengan sabar mengelus dan memberikan support kepada Aluna meski rasanya dia ingin keluar dari ruangan itu dan tak ingin melihat wajah kesakitan Aluna.

"Baby jangan nakal sayang, mama sakit," bisik Ravel lirih.

Dia tidak kuat melihat wajah kesakitan Aluna meski Aluna tidak menunjukkan nya secara terang-terangan.

"Kuat ya sayang? Aku disini," bisik Ravel.

Aluna mengangguk kaku, para keluarga dan sahabat berdatangan kecuali Alkar dan Ara. Farhan menatap Ravel yang setia duduk disamping brankar Aluna, dia tau perasaan lelaki itu terlebih penampilan Ravel terlihat seperti gembel jalanan.

"Kau tidak mengenakan celana panjang mu? Hanya mengenakan celana kolor saja? Kau juga tidak menggunakan sandal? Dasar bapak miskin," ejek Farhan.

Ravel melirik penampilannya, buruk sekali! Wajahnya yang pucat keringat, tidak memakai sendal astagfirullah untungnya dia keluar dari mobil mewah tadi jadi orang-orang tidak mengira nya bahwa dia miskin.

"Aku tidak sempat berganti pakaian," jawab Ravel santai padahal dia dari tadi mengganti pakaiannya.

"Bohong!" Sahut Aluna kesal.

Dia bahkan menunggu Ravel lama hanya untuk berganti pakaian saja.

•••

Pukul 22.00 pembukaan Aluna sudah lengkap, wanita itu sudah dibawa keruang bersalin didampingi oleh Ravel yang wajahnya semakin pucat. Lelaki itu dengan setia mengelus punggung tangan Aluna mencium dahi istrinya memberikan kekuatan.

Alat-alat dan dokter sudah siapa, wajah Ravel semakin pucat saat Aluna mulai mengejan.

"Tarik nafas, hembuskan secara perlahan lalu dorong," instruksi dokter.

Aluna menuruti instruksi dokter meski rasa sakit luar biasa dia rasakan.

"Hei baby jangan buat mama sakit," bisik Ravel.

Dia tidak tahan ada diruangan ini rasanya dia ingin pingsan terlebih matanya sudah berkunang-kunang.

"AKHH," teriak Aluna kesakitan.

"G-gak kuat," lirih Aluna pelan.

Wajah Ravel semakin pucat, pikiran negatif mulai menghantuinya. Dia mendekat dan memberikan semangat kepada istrinya.

"Sekali lagi ya Bu kepalanya udah mulai keliatan."

Aluna melakukannya lagi, rasanya tubuh ini seperti terbelah menjadi dua bagian karena rasa sakit itu.

"AKHHH!"

"Oekk...oek..."

Tubuh Aluna lemas, dengan mata yang terpejam akibat kelelahan.

RAVEL-ALUNA [END]Where stories live. Discover now