KING ALPHA 32.2 CONTINUE

10.7K 1.5K 338
                                    

KING ALPHA 32.2

CONTINUE

***

Jeno mengambil belati di saku rompinya. Tubuhnya dia bawa terbang ke atas tubuh sang ular raksasa. Jeno menancapkan belatinya sampai titik terdalam, di mana tangannya ikut terbawa ke dalam tubuh si ular. Dia menariknya hingga gagang belatinya terlihat, Jeno mendorong tubuhnya menuju mata sang ular dan mengoyaknya dengan membabi buta.

Karael bergegas menancapkan tombaknya pada dada sang ular, membacakan mantra dan membuat lilitan mantra agar ular tersebut tak bisa bergerak.

Suara lengkingan tajam nan keras terdengar memekakkan telinga setiap orang.

Karael berlari menggunakan sulur yang dia buat dengan mantra lalu menarik tombaknya hingga kini darah mengalir deras dari tubuh sang ular.

Jeno masuk ke dalam mulut ular raksasa tatkala ular itu mengaum dengan keras. Memotong lidah ular yang tadi sudah ditangkap dengan tangannya. Mengoyaknya di sana dengan kemarahan yang membuatnya tidak bisa menghentikan belati tajam miliknya.

Ular raksasa itu jatuh ke tanah dengan tubuh yang tak bisa bergerak lagi. Mati!

Jeno terlempar sejauh 50 meter dari mulut sang ular yang menganga sebelum mati dengan berlumur lendir dan darah. Pakaiannya tak lagi rapi. Rambutnya bakan sudah tidak tertata dengan wajah yang dipenuhi cipratan darah.

Namjun kehilangan dua saudaranya sekaligus.

Langit menghitam, keadaan terasa begitu mencekam seolah semuanya akan mati detik itu juga. Dunia yang mereka tinggali tidak akan pernah baik-baik saja saat ini dan mungkin hingga nanti. Namjun marah besar karena tidak lagi memiliki orang-orang terdekatnya. Tatapan matanya seolah hendak membunuh tanpa menyentuh. Mengalahkan King tidak akan pernah mudah, meski dia sudah mengatakan pada pasukannya bahwa yang akan mereka hadapi adalah pemuda yang baru melewati 20 tahun, tetapi King tetaplah King.

Pedang hitam muncul di sisi kanan Namjun dengan api yang mengelilinginya. Pedang itu milik Lucifer.

Sebelum memulai perang ini, Namjun rela mampir dalam perjalanan ghaibnya untuk menemui sang iblis di tempatnya, neraka. Memberanikan diri untuk meminjam senjatanya dan menjanjikan tidak akan adanya permusuhan dengan para dewa. Tetapi pedang itu tetap membutuhkan imbalannya sebagai jaminan, darah milik sang peminjam yang dipenuhi ambisi.

Jika sudah begini, tidak ada pilihan lain. Jeno juga mengambil pedang kebesarannya yang sampai saat ini tersimpan di tempat para dewa berada. Memanggilnya untuk meminta bantuannya. Tak berapa lama, pedang tersebut berada di depan wajahnya sedikit ke atas. Bercahaya serupa matahari di siang hari yang terik. Siapa pun yang melihatnya tidak akan sanggup membuka matanya terus menerus. Langit terbelah menjadi dua, hitam dan putih saling berebut memenuhi kekosongan lebih banyak.

Angin berhembus dengan kencang. Udara terasa dingin kemudian menghangat. Kedua pedang itu seharusnya tidak pernah bertemu, pedang iblis dan pedang dewa seharusnya berada saling berjauhan agar tidak menimbulkan banyak huru hara di dunia, tetapi siapa sangka, keadaannya saat ini malah semakin buruk karena pertemuan kedua senjata tersebut.

Jeno mengambil pedangnya yang tak mempunyai wadahnya, yah, karena senjata itu bisa dikendalikan oleh sang pemilik tanpa harus ada sangkar yang membelenggunya.

Kedua sosok tersebut berlari dan bertemu pada satu titik. Pertarungan begitu intens dan cepat. Tidak ada dari keduanya yang mau mengalah. Terjadi dalam waktu cukup lama, tanpa sihir di dalamnya. Murni hanya pertarungan kemampuan.

Tidak ada yang tahu sekarang sudah malam atau sudah sangat larut, tidak ada yang memikirkan hal itu. Langit saja tidak bisa menandakannya.

Jeno terkena tusukan dari pedang iblis tersebut. Sebelum terjatuh, Jeno sempat memberi perlawanan dan pedangnya menggores bagian dada Namjun melintang ke perutnya.

THE KING ALPHA (NOMIN)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang