lembar ke-duapuluh ; kisah masa lalu.

6.4K 867 51
                                    

Tok tok tok!

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Tok tok tok!

Suara ketukan pintu itu menggema di rumah yang cukup luas. Kirana yang tengah bermain dengan Nendra dan Lendra sejenak berpikir, siapa yang datang saat jam makan malam? Padahal sebelumnya ia tak membuat janji dengan siapapun.

Tok tok tok!!
"Kak!!! Ini Bian!! Bukain pintunyaa!"

Ah, ternyata Abian. Sejenak, Kirana tertawa karena pikirannya terlalu melayang kemana-mana. Wajar, ia tengah ditinggal sendirian oleh Bayu yang katanya mempunyai urusan di luar kota. Kemungkinan terburuk bisa terjadi kapan saja.

Lantas Kirana dengan cepat menyahut, "Iya, Bian! Tunggu sebentar, yaaa!" Dengan langkah menuju pintu agar segera membukanya.

Setelah pintu terbuka, tampaklah sosok Abian yang tengah tersenyum lebar dengan beberapa bungkus makanan di tangannya.

"Abian bosen di apartemen, jadi mampir ke sini sekalian makan malem, hehe! Gak ganggu 'kan, kak?"

Kirana tertawa kecil, tingkah Abian yang cukup konyol ternyata menjadi hiburan tersendiri baginya. "Gak kokk... Ayo masuk, buruan. Di luar dingin."

Abian langsung melengos dari pintu. Ia dengan cepat meletakkan barang bawaannya di meja dapur dan mencuci tangan. Setelah itu pergi ke lantai atas menemui dua ponakan lucunya.

Kirana geleng-geleng kepala. Ia heran, di umur Abian yang sudah matang, seharusnya adik iparnya itu sudah memiliki pasangan. Setidaknya pacar.

Tapi Abian selalu menyangkal, ia bilang, "Abian mau sukses dulu. Setelah ekonomi Abian mantep, baru deh punya pacar. Nanti kalau Abian gak ada kerjaan tetap, kasian pasangan Abian."

Ah, sudahlah. Lagipula, jodoh tak akan kemana, bukan?

.....

"Kakkk! Makanannya udah siap, ayo makannn!" Teriakan Abian menggema di seisi rumah yang sepi. Detik selanjutnya Kirana muncul, dengan Lendra di gendongannya dan Nendra yang tengah menggenggam salah satu jari sang Ibunda.

Abian memandang dengan gemas. Terlebih ia sangat suka anak-anak. Ingin sekali rasanya memakan pipi gembil milik Nendra.

"Maaf ya, Bian. Kakak gak bisa bantu nyiapin makan malem nya. Harus ngurusin dua krucil ini, berantem terus."

Yang lebih muda tertawa. Sebelum menjawab, ia mendudukkan tubuh mungil Nendra ke atas kursi. "Gapapa, kak. Bian juga ngerti kok."

Lantas selanjutnya, Abian membuat dirinya sejajar dengan Nendra. "Hey Nendra, jagoannya Om Abian. Berantem terus ya sama adeknya? Kenapa sih, hm..? Kasian tuh bunda kamu, repot ngurusin kalian..." ujar Abian dengan tawa kecil. Dibarengi elusan lembut di pipi si mungil dan usakan sayang di kepalanya.

"Ayo kak, di makan. Pasti capek banget seharian ngurusin dua bocah ini, hehe." Kirana hanya tersenyum. Tak menyangkal bahwa dirinya tak lelah setelah menemani kedua putranya bermain seharian.

Dear AyahWhere stories live. Discover now