lembar ke-empat ; Lendra dan pikirannya yang kalut.

8.6K 1.3K 45
                                    

Setelah Raksa bersih-bersih tadi, pemuda jangkung itu membuka perlahan jendela kamarnya

ओह! यह छवि हमारे सामग्री दिशानिर्देशों का पालन नहीं करती है। प्रकाशन जारी रखने के लिए, कृपया इसे हटा दें या कोई भिन्न छवि अपलोड करें।

Setelah Raksa bersih-bersih tadi, pemuda jangkung itu membuka perlahan jendela kamarnya. Yang langsung mengarah ke halaman rumah yang sekarang ia injak.

"Bintang... Raksa dateng lagi, hehe."

"—Maaf, Raksa terlalu sering berkunjung untuk bagi cerita Raksa ke kalian. Karena gimanapun, cuma kalian yang bisa jadi pendengar tanpa menilai sebelah mata."

"Jadi... Kita mulai dari mana?"

"Ah, iya. Kemarin, Raksa mimpiin bunda lagi..."

Malam itu, menjadi malam terpanjang Raksa bercerita dengan bintang-bintang.
Menceritakan semua yang terjadi di hari ini, tak lupa membuat spekulasi-spekulasi untuk hari esoknya.
Entah itu ayah yang akan memeluknya. Lendra yang akan menerimanya, atau Nendra yang akan merengkuh lembut tubuhnya.

.....

Pagi datang.

Sinar mataharinya menelusup masuk lewat jendela.
Namun sang empu masih tetap bergeming di tempat. Tak merasa terganggu oleh sinar yang cukup menyilaukan mata.

Namun detik selanjutnya, Raksa terbangun paksa. Dengan napas yang memburu juga peluh yang memenuhi dahi. "Ah... mimpi," gumamnya pelan.

Raksa mendesah lelah. Mimpinya terlalu buruk untuk digambarkan.
Kemudian remaja itu bangkit dari ranjang. Memilih pergi membasuh wajahnya sekalian membersihkan dirinya.

Kini pemuda tan itu tengah menatap pantulan dirinya dari kaca wastafel. Kenapa mimpinya terasa sangat nyata? Pertanyaan tersebut yang terus berputar di otak kecilnya.

Berusaha menghiraukan, Raksa beranjak dari wastafel. Mengambil baju seragamnya lantas bersiap dengan cepat.

.....

"Diraya!!" Dirasa seseorang memanggil namanya, Raksa menengok ke belakang. Guna mengetahui orang yang pagi-pagi sudah berteriak kencang di koridor dengan menyebut namanya.

Sesuai dugaan. Itu Lakshya, yang sedang berlari kencang ke arahnya. "Ada apa sih? Pagi-pagi dah lari-lari, gabut banget lu." Heran Raksa.

"Itu... Lendra— kakak lo, berantem sama kakel lain di koridor," ucap Lakshya sedikit ngos-ngosan.

Mata sipitnya membelalak. "Jangan bercanda!" Peringat Raksa.

Lakshya berdecak. "Ngga! Ngapain juga gue bercanda-in yang kayak gini!" sewotnya.

"Di mana?!"

"Lorong kelas dua belas." Detik kemudian si lawan bicara berlari. Menuju tempat yang dimaksud sang sahabat.

Dan benar. Saat sampai, pemandangan cukup ricuh dengan suara pekikan Lendra yang bersahut dengan salah satu kakak kelasnya. "Kak Len! Stop!!" Teriak Raksa berusaha melerai keduanya.

"Kak Lendra!! Nyebuttttt!!!!!!" Panik Raksa. Bagaimana tidak, kondisi sang kakak kini cukup mengenaskan. Dengan bibir yang sudah sobek dan wajah yang penuh lebam.

"STOP KAK LENDRA!!!!!!" Kini semua atensi mengarah padanya. Pekikan Raksa lumayan kuat untuk menarik perhatian semua orang yang tengah 'menonton' pertengkaran itu.

"STOPP!! BUBAR!!!!!!"

'plakkk!!!!!!'

Bukannya berhenti, Lendra malah mengganti target samsaknya. Yang kini menjadi sang adik.
Lendra menampar yang lebih muda dengan kuat, hingga tubuh Raksa limbung membentur lantai.

Tubuhnya diduduki kuat, lalu dengan tak manusiawi nya mulai membrutal, meninju setiap inci wajah si adik.

Raksa tak bisa berbuat apapun. Yang ia lakukan hanya sesekali meringis.

Waktu belum berjalan satu menit, namun wajah Raksa sudah benar-benar babak belur. Bahkan lebih parah dari wajah Lendra sekarang.

Lendra terus-terusan membabi buta Raksa. Tak mengindahkan pelipis si bungsu yang sudah mengeluarkan darah.

Tak sampai disitu.
Lendra mulai bangkit, lalu detik kemudian perlakuan remaja itu benar-benar membuat seluruh siswa yang menyaksikan menutup mulut tak percaya.

Tanpa rasa kasihan-nya, Lendra menendang tepat pada uluh hati Raksa. Membuat si korban terbatuk keras hingga mengeluarkan darah.

Entah apa yang membuat Lendra berbuat tak manusiawi seperti sekarang. Pikiran si tua sedang benar-benar kalut hingga berani melukai orang.

Pertengkaran itu terus berlanjut. Sampai salah satu guru melerai Lendra— ah, maksudnya menenangkan Lendra yang tengah memukul, membabi buta adiknya.






Napa tiba-tiba ga bisa tidur dah. Padahal kemaren" insom dah jarang muncul, ck. Membagongkan😷🤸🏻‍♀️.

Dear Ayahजहाँ कहानियाँ रहती हैं। अभी खोजें