31

1.8K 161 378
                                    

Senin, 15.40
📍Ruang Rapat

"Dua bulan itu bukan waktu yang lama ya bapak ibu, sebisa mungkin kita bimbing dan kita pacu terus semangat anak-anak kita. Jangan sampai pas hari H-nya ada yang ngeblank, nervous, dan sebagainya. Bahkan tahun-tahun kemarin itu sampai ada yang pingsan sangking gugupnya dia, kalau sudah seperti itu kita guru-guru juga ikut panik, betul nggak? Dan harapannya untuk tahun ini jangan sampai ada yang begitu lagi. Semoga."

"Karena sebenarnya, selain kualitas porsi belajar ada kualitas mental juga yang harus seimbang. Jangankan siswa, kita saja kalau menjelang ujian kenaikan pangkat pasti malamnya nggak bisa tidur, 'kan?"

"Nah, dari sinilah bisa kita lihat pentingnya try out rutin, bukan hanya untuk latihan soal saja tapi juga untuk melatih mental, melatih insting dalam cara pembagian waktu, mana yang harus dikerjakan lebih dulu, mana yang harus dilewati dan lain lain sebagainya."

"Maka dari itu mari bersama-sama kita sukseskan UNBK 2020, kita pertahankan dan tingkatkan prestasi anak-anak didik kita, kita bimbing dan hantarkan sampai mereka menempuh pendidikan yang lebih tinggi. Sekian. Pak Xiumin silahkan dilanjut."

Pak Suho mematikan tombol on pada mic di depannya ketika sang Kepala Sekolah mengambil alih rapat.

Dua bulan ke depan dan bulan-bulan berikutnya akan jadi hari yang sibuk, bahkan sangat sibuk. Ia bukan hanya fokus pada kelas dua belas saja, melainkan kelas sebelas dan kelas sepuluh yang juga akan melaksanakan kenaikan kelas nantinya.

Dibukanya air mineral botolan dan ia tegak sampai habis. Pak Suho ini jarang ngomong, jadi sekalinya ngomong banyak bakalan langsung haus.

Sang Kepala Sekolah memberikan salam penutup, dilanjutkan dengan doa-doa dan setelah itu rapat pun selesai. Semua guru kompak meninggalkan ruang rapat, kecuali anggota Tim Sukses Sekolah yang saat ini baru ada kerjaan alias job lagi setelah beberapa minggu lamanya vakum. Udah kayak artis aja ya.

"Tolong matiin infocusnya yang."

Suara berat Pak Suho menggema di sekitar ruangan. Membuat para anggota timses saling bersitatap bingung bercampur kaget mendengar apa yang barusan wakaseknya ucapkan.

"Emang di sini ada yang namanya Yayang?"

"Yayang mah nama tukang papeda di kantin."

Sementara Bu Wiena yang memang duduknya tepat di samping infocus itu sontak mengheningkan cipta alias menundukkan kepala ketika rekan-rekannya itu kompak meliriknya dan Pak Suho bergantian.

Pak Suho justru balas melirik santai. "Apa? Kok pada liatin saya? Perasaan calon istri saya cuma satu ini kenapa pada nengok semua?"

"WHAT?"

"HAH?"

"MAKSUD?"

"OH... Mereka udah resmi terus manggilnya yang cuy... Baru ngeh gua."

"SERIUSAN PAK? BENAR KAH BEGITU?"

"Gimana ya, dibilang kaget sih ya gue nggak kaget sebenernya. Tapi kalo dibilang nggak kaget juga kayak dEMI APA WOY? PAK SUHO? KAPAN ADEGAN BERLUTUTNYA?"

"Yang pasti sih pas kita nggak ada. Waduh, lepas pengawasan nih kita Kang."

"Aduh, no comment urang mah. Pura-pura kaget aja mereun."

"Belum seminggu pulang dari Bali, udah dapet kabar bahagia aja ye, cucok meong banget Pak Suho mainnya. Rapih, invisible, sampai tak terlihat pergerakannya."

"Udah keliatan sebenernya, cuma dari dulu ngeles bae kek bemo."

"Btw, NYOSOR GAK TUH YAAAAA?"

"Soang kali ah nyosor."

SEPI - SUHO (ON HOLD)Where stories live. Discover now