14. Fika

104 73 10
                                    

Fika: (n.) a moment to slow down and appreciate the good things in life.

Jangan lupa untuk meninggalkan jejak!😌

Jangan lupa untuk meninggalkan jejak!😌

Ups! Tento obrázek porušuje naše pokyny k obsahu. Před publikováním ho, prosím, buď odstraň, nebo nahraď jiným.

1039, kota Malang

Beberapa hari setelah kejadian itu, tentunya jasad Wulan telah dikubur dengan layak. Seluruh keluarga Wulan, Pak Dimas, Bu Sri, dan juga Dewi sangat kehilangan sosok anak perempuan pertama di keluarga mereka. Setelah kejadian itu, entah siapa yang nekat dan berani melakukan hal sekeji itu kepada perempuan, masih ada beberapa korban lainnya yang sama persis kejadiannya dengan Wulan.

Sampai saat ini pun, keluarga Wulan pelan-pelan mulai merelakan kepergian anak pertama mereka. Kecuali, mungkin Bu Sri dan Dewi masih terkadang beberapa kali menangisi Wulan. Terkecuali juga, Dilan yang masih tidak rela menerima kenyataan kalau kekasihnya itu pergi selamanya dari sisinya.

Mungkin janji selalu dan selamanya mengarah ke selalu dan selamanya pergi dari sisinya.

Sejak kejadian itupun, Dilan selalu menangis di kamarnya. Seakan-akan jiwanya pun ikut pergi bersama dengan Wulan. Dia masih saja menyalahkan dirinya sendiri karena tidak datang tepat waktu saat itu. Kalau saja dia datang lebih awal, kejadian seperti ini tidak akan menimpa Wulan. Kalau saja dia tidak pergi ke rumah Bapak Janitra dan langsung pergi ke sungai maka kejadian ini tidak akan menimpa Wulan.

Gabriel ikut merasakan sedih karena temannya yang satu itu benar-benar ada di dalam keadaan terpuruk. Tidak keluar dari kamar. Bisa seharian tidak makan. Semua kacau. Padahal Gabriel juga sudah meyakinkan Dilan kalau ini semua bukan salahnya. Tidak perlu menyalahkan dirinya sendiri.

"Dilan," panggil Gabriel yang sekarang berdiri di depan kamarnya.

Dia sedang tidak ingin berkomunikasi dengan siapapun. Air matanya sudah tidak mengalir lagi. Habis karena sejak kejadian itu dia tidak berhenti menangis. Tatapan matanya kosong. Saat ini dia masih saja duduk dipinggir tempat tidurnya. Kamarnya gelap karena gorden sengaja tidak dia buka membuat cahaya matahari terhalangi untuk menyinari kamarnya. Suara Gabriel yang masih setia terdengar memanggil namanya. Kemudian pintu kamarnya terbuka memperlihatkan sosok pria tinggi membawa nampan makanan untuk dirinya.

"Makan dulu, buat nangis dan sedih juga butuh energi. Ini juga bukan salah kamu, Dilan. Kamu harus tau itu, bukan kamu pelaku pembunuhannya. Bukan—"

"Tetap saja, Gab! Kalau saja aku datang lebih awal, Wulan... Wulan tidak akan..." Kalimatnya terhambat, dia tidak sanggup mengatakan Wulan telah pergi meninggalkannya. Kedua tangannya menangkup wajahnya dan menggosoknya dengan kasar. "Aku tidak ingin makan sekarang, Gabriel."

Gabriel sangat tidak menyukai melihat temannya terpuruk saat ini. Benar-benar menyedihkan. Kantong mata Dilan semakin terlihat dan tubuhnya makin kurus. Dia tidak ingin Dilan terus-menerus seperti ini, bagaimana jika Dilan tetap seperti ini selama 1000 tahun lamanya?

The Rainy Nights (END)Kde žijí příběhy. Začni objevovat