XXVI - Senja Yang Redup

1.9K 323 18
                                    

Biar makin mantep, okay?

---

"Tenang aja gue gak akan ninggalin lo gitu aja bareng Raka si anak terkenal itu,"

Suara Juna yang melontarkan kalimat itu masih terdengar jelas hingga saat ini. Saat Sagara dan Raka ditemani oleh Cakka dan Wira mendatangi rumah sakit, banyak sekali wartawan dan media yang datang. Berita tentang kecelakaan mantan istri dan anak Omar tentu menarik perhatian semua orang. Apalagi berita tentang perceraian itu belum reda seutuhnya.

Jika Raka langsung mengumpat keras sembari memukul dinding yang rumah sakit, Sagara justru terduduk lemas di lantai mendengar kabar bahwa sahabat mereka sudah tidak dapat ditolong lagi.

Ketika mereka datang, kondisi Juna dan Lenna sudah tidak dapat diselamatkan. Posisi mereka yang terhimpit dan pertolongan yang terlambat datang membuat keduanya menyambut kematian saat dalam perjalanan menuju rumah sakit.

Tidak seperti Juna dan Lenna, Valda yang bagian atas tubuhnya tidak terhamtam dengan keras justru masih bertahan.

Dokter yang menangani langsung menemui Omar yang ditemani beberapa orang.

"Pasien harus dioperasi secepatnya. Bagian atas tubuh pasien memang tidak  parah, namun organ vitalnya beberapa ada yang rusak. Dilihat dari identitas kedua anaknya, saudara Arjuna pernah mendaftarkan diri sebagai pendonor baik mata ataupun seluruh organnya. Jika wali menyetujui untuk melalukan transpalasi, kondisi pasien bisa menjadi lebih baik,"

Raka langsung mengumpat pelan mendengar itu, bahkan setelah matipun Juna masih memikirkan orang lain. Anak delapan belas tahun mana yang kepikiran ingin mendonorkan organ tubuhnya setelah mati.

Omar tercenung sesaat sebelum akhirnya mengangguk pelan. Merasa bahwa ini adalah keinginan Juna dan anaknya itu sudah mempersiapkan hal ini dari lama.

Sagara yang sedari tadi hanya mendengarkan langsung bergerak. Merangsek kearah dokter dan Omar yang masih terguncang.

"Jangan,"

Mata semua orang langsung tertuju pada cowok itu. Sagara meraih tangan Omar dan meremasnya pelan.

"Mereka bertiga udah bahagia. Mereka udah berkumpul sekarang,"

Kalimat Sagara menghantam semua orang. Omar tiba-tiba terduduk dan menangis tersedu-sedu membuat semua orang langsung menatapnya kasihan.

"Aku tahu Juna pasti sudah sering memikirkan kematian sampai bertindak sejauh ini untuk jadi pendonor. Tapi mereka--"

Raka langsung mendekat dan menepuk bahu Sagara.

"Tapi ada kemungkinan kalo operasinya berhasil tante Valda bisa selamat, Ga,"

Sagara menelan ludah dengan kasar. Matanya menatap Raka, dokter, Omar dan kembali pada Raka.

"Lo gak lihat gimana bahagianya mereka kemarin pas pindahan? Mereka udah bahagia bertiga, Ka. Kalo kita misahin mereka lagi--"

Omar menggeleng pelan. Sebagai orang yang paling berhak mengambil keputusan langsung bangkit dan menggeleng kearah dokter yang masih menunggu.

"Valda pasti mau bersama Lenna dan Juna. Kalopun operasi itu berhasil, Valda hanya akan hidup dalam penyesalan. Valda gak akan pernah bahagia lagi setelah ini,"

Dokter mengangguk paham. Setelah mengkonfirmasi berkali-kali akhirnya ia mencapai keputusan untuk tidak akan melakukan tindakan operasi pada Valda. Karenanya beberapa menit setelah itu, kematian Valda juga diumumkan.

Ditemani Wira dan Cakka yang senantiasa disamping dua anak itu, Raka dan Sagara membantu Omar mengurus seluruh administrasi dan membawa jasad ketiga orang itu kembali ke rumah duka. Rumah kediaman Omar bersama Valda dan kedua anaknya.

Senja Yang Redup [FIN]Where stories live. Discover now