XX - Nana dan Mama

1.9K 268 3
                                    

---
Setelah dua hari menjadi bayangan Sagara dengan mengekori anak itu kemana-mana, entah bertemu kakak tirinya yang baru ia tahu keberadaannya, atau dikenalkan dengan keluarga angkat ayahnya, Ronald Kim--yang ternyata juga merupakan salah satu keluarga terpandang di Indonesia. Hari ini Juna memiliki waktu untuk dirinya sendiri.

Maka ketika Kirana merengek ingin bermain bersamanya, cowok itu mengiyakan permintaan gadis itu. Gadis yang akhir-akhir ini juga sering kali menempelinya.

Setelah selesai menonton sebuah film keluaran Disney kesukaan Kirana, keduanya lalu melanjutkan untuk kulineran di daerah Jakarta Utara. Asyik menikmati makanan di seluruh pinggiran jalan yang terlihat ramai.

Karena menurut Kirana hanya dua kemungkinan tempat makan itu ramai, jika bukan karena murah pasti karena enak.

Setelah merasa kenyang, keduanya lalu kembali kerumah mereka yang memang berdekatan. Rumah kediaman orang tua Juna tepat berada di seberang rumah orang tua Kirana. Karena itulah keduanya mengenal satu sama lain dan bersahabat sejak kecil sebelum segala hal pahit menyapa Juna dan mulai menarik diri dari Kirana.

Apalagi ketika Juna memutuskan untuk tinggal sendiri di apartemen yang cukup jauh dari rumahnya. Dan bersekolah di sebuah sekolah swasta yang juga tidak begitu terkenal dan menjadi incaran semua anak yang baru lulus sekolah menengah pertama.

"Mau jus?"

Juna menggeleng lemah. "Udah kenyang bego gini,"

Kirana tertawa mendengarnya. Jadi yang ia lakukan hanyalah mengajak cowok itu duduk santai di teras depan rumahnya. Menatap pada jalanan komplek yang sudah sepi malam itu.

"Minggu depan udah mau ujian nasional aja ya. Aku gak mau kita cepet-cepet dewasa deh,"

"Kenapa emangnya?"

"Aku gak suka kamu jadi tua dan menyebalkan. Sekarang aja udah ngeselin,"

Juna terkekeh mendengar cibiran Kirana. Tangannya terangkat untuk mencubit pipi bulat gadis itu.

"Maaf ya,"

Kirana lalu tersenyum lebar. Memperlihatkan giginya yang berderet rapi.

"Emangnya pernah nana gak maafin juna?"

Nana. Nama kecil yang cowok itu sematkan ketika mereka masih TK, karena waktu itu Juna merasa bahwa Kirana terlalu ia ucapkan.

"Aku masih boleh manggil kamu nana?"

Kirana mengangguk girang. Mendekat untuk memeluk cowok itu dengan erat.

Dada Juna menghangat. Sebuah perasaan asing mulai merambat pelan dan menggenapkan tubuhnya.

Tangannya yang tadi diam mulai terangkat dan melingkari pinggang gadis yang berada dihadapannya. Menghembuskan napasnya yang entah kenapa terasa sesak.

"Shall i stay?"

Kirana tersenyum dalam pelukan Juna. Ia lalu menjauhkan wajah untuk menatap mata cowok itu.

"Like a river flows, surely to the sea, darling, so it goes. Somethings are meant to be. Take my hand, take my whole life, too. For i can't help falling in love with you,"

Juna tidak bisa tidak tersenyum mendengar senandung Kirana. Tangannya terangkat untuk mengelus bagian kiri wajah gadis itu. Gadis yang dari kecil sampai hari ini masih menjadi gadis yang selalu dipujanya.

"Aku gak tahu kalo kamu secantik ini,"

Bukannya tersipu malu, Kirana justru tersenyum semakin lebar.

"Kamu sih keasyikan lari sampe lupa sama aku,"

Juna menggeleng. "Aku emang lari. Tapi aku enggak lupa kamu,"

Senja Yang Redup [FIN]Nơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ