XV - Permintaan Maaf

1.8K 316 8
                                    

---
Raka membuka matanya dengan pelan dan langsung mengernyit ketika cahaya memburunya dengan sekaligus. Lengannya terangkat untuk memutup wajahnya. Nyawanya mulai terkumpul dan Raka mulai menebak dimana ia sekarang.

Ia menarik udara banyak-banyak guna mengurangi dadanya yang masih sesak. Berkali-kali ia menghela napas panjang namun sesak itu tak kunjung hilang.

"Iya, Om. Sekarang lagi di apartemen Juna. Dia baik-baik aja, kayaknya laper doang sih sama dehidrasi,"

Itu suara Sagara. Dan dari ucapannya, Raka tahu sekarang ia berada di apartemen Juna, sahabatnya. Yang semalam memeluk dan membawanya pulang mungkin cowok itu.

"Nanti saya tanya anaknya dulu, Om. Enggak enak rasanya kalo saya yang mutusin dia mau pulang atau enggak,"

Raka mengangkat tubuhnya. Duduk sebentar sebelum akhirnya beranjak keluar dari kamar.

Matanya menangkap Sagara yang sedang menelpon disekitar balkon.

"Okay. Nanti saya kabarin lagi."

Raka menjatuhkan diri di sofa. Suara pergerakannya menarik perhatian Sagara. Cowok itu menoleh lalu ikut bergabung dengannya di Sofa.

"Juna mana?"

Sagara menggeleng pelan. "Belum dateng. Tadi pagi dia dijemput cewek yang waktu itu, terus pergi gitu aja gak ngomong apa-apa,"

Raka hanya mengangguk pelan. Paham siapa cewek yang disebut oleh Sagara.

"Lo mau makan gak?"

Pertanyaan Sagara menerbitkan senyum kecil dibibir Raka.

"Perhatian banget sih lo sama gue, bikin deg-degan aja,"

Sagara hanya tertawa kecil. Melempar bantal pada cowok itu. "Gue yakin dari kemarin lo gak makan. Bubur mau?"

Raka berdecak. "Lo kalo mau hibur jangan setengah-setengah dong. Ajakinnya ke alexis gitu,"

Sagara yang baru tahu tempat apa Alexis itu tentu ikut berdecak. "Masih dibawah umur aja sok-sokan lo,"

"Dih apaan. Kita udah delapan belas tahun ini, bro. Apanya dibawah umur,"

Sagara hanya mendengus. Membuat Raka lantas terkekeh. "Gue lupa kalo lo orang Korea yang menganut umur dua puluh baru dianggap dewasa,"

"Gak usah aneh-aneh, Raka,"

"Iya sayang, aku gak aneh-aneh kok,"

"Najis!"

Sagara lalu bangkit. Menuju meja makan di dapur kecil apartemen Juna untuk mengambil semangkok sop hangat dan sepiring ayam goreng dari sana. Membawanya ke tempat semula.

"Makan dulu. Ntar Juna ngomel sama gue kalo lo gak makan,"

Raka tersenyum lebar. "Kalo gini caranya gue beneran suka sama lo tahu, Ga. Ganteng, baik, gak neko-neko, perhatian, atlet dunia lagi,"

"Shut up!"

Raka tertawa keras. Lalu ia mengambil sendok dan mulai menyantap sop segar yang disiapkan Sagara.

Ketika Raka makan dengan tenang, Sagara melihat bahwa sahabatnya itu tidak baik-baik saja. Mereka memang tidak membicarakan kejadian semalam. Tidak tentang Raka yang ditemukan di makam ayahnya. Tidak tentang bagaimana cowok itu berakhir di apartemen Juna. Juga tidak membicarakan siapa yang menelpon Sagara tadi.

Raka memang jahil, usil dan banyak tertawa pagi ini. Tapi Sagara bisa tahu, senyum dan tawanya itu palsu. Mata itu masih mendung dan jauh lebih gelap dari biasanya.

Senja Yang Redup [FIN]Where stories live. Discover now