III - Wangi yang Samar

2.6K 360 5
                                    

Udara mana kini yang kau hirup?
Hujan di mana kini yang kau peluk?

---

Dua tahun sebelumnya...

"Aku mau sekolah umum,"

Ronald mengangkat kepalanya. Menatap anak laki-laki yang kini tengah menekuri makanan dipiringnya.

"Are you sure?"

Anak laki-laki itu mengangkat kepala. Mengangguk ragu.

"I want back to Indonesia, stay there. Jebal,"

Ronald Kim menaruh sumpit ditangannya. Lalu menatap anak laki-lakinya itu dengan tenang.

"Kamu tahu appa gak bisa. Bukan karna gak mau, tapi gak bisa,"

Anak itu menghela napas. Menatap wajah ayahnya yang menua dan tetap tampan diusianya.

"Aku bisa tinggal bersama Kakek dan Nenek. Libur sekolah aku juga bisa kesini, mengunjungi appa,"

"Sagara Palguna,"

Anak itu langsung menunduk. Jika Ronald sudah menyebut namanya lengkap, berarti laki-laki itu sudah sangat serius.

"Bagaimana dengan ice skating? Disana kamu enggak bisa main senyaman kamu disini. Kalopun ada--"

Sagara menggeleng. "Aku mau berhenti. Aku rasa aku mau berhenti,"

Ronald berdiri. Pindah ke kursi disamping Sagara. Meraih anak laki-laki itu untuk ditatapnya dalam-dalam.

"Kamu akan baik-baik aja kan?"

Melihat senyum simpul dan anggukan pelan itu tidak juga membuat hati Ronald tenang.

Ada Kakek dan Nenek Sagara memang di Indonesia, tapi Ronald tidak yakin bahwa ini yang diinginkan putranya.

"Appa boleh tahu alasannya?"

Sagara menggeleng pelan membuat Ronald menghela napas panjang.

Walaupun anak itu tidak mengutarakan alasan, ia tahu. Sangat tahu alasan Sagara meminta pulang.

---

Satu tahun sebelumnya...

Langkahnya pelan. Berbekal alamat yang ia curi dari kamar kakeknya, Sagara tidak bisa tidak bersemangat melangkah.

Makanya dengan langkah pelan dan mata yang menatap satu persatu jajaran ruko yang dilewati. Mencari kemana langkahnya akan berhenti.

Sebuah toko bunga yang memiliki kafe kecil kembali menarik perhatiannya. Beberapa hari yang lalu ia sudah pernah kesini. Menatap kafe itu dari luar jendela kacanya. Tapi hari itu sudah hampir malam, matahari sudah mau tenggelam dan kafe kecil itu juga sudah akan tutup.

Sekarang ia berdiri lagi disana. Menilik kedalam dari kaca jendela yang transparan.

Lalu ia menatap sebuah wajah. Yang terasa familiar. Walau sudah terlihat lebih tua tapi tetap sama cantiknya.

Sama dengan wajah yang selalu ditatap ayahnya diam-diam. Wajah dalam sebuah foto kecil yang selalu disimpan ayahnya didalam dompet. Sebuah foto kecil yang berisi ayahnya, wanita itu dan dirinya dalam pelukan. Mereka tersenyum lebar disana.

Sekarang wajah familiar itu berwujud wanita dewasa yang kini tengah menatap dua orang didepannya dengan pandangan yang Sagara sendiri juga tidak mengerti. Disampingnya ada seorang pria menggendong anak perempuan kecil yang bergelayut manja.

Lalu tiba-tiba dua orang disana bangkit berdiri membuat Sagara mengernyitkan dahinya. Dan anak perempuan itu tahu-tahu sudah berdiri dihadapannya yang terpisahkan jendela kaca.

Sagara kaget ketika empat orang dewasa itu tahu-tahu menoleh bersamaan kearahnya, seiring dengan telunjuk anak itu mengarah tepat padanya.

Pintu yang ada disebelahnya tahu-tahu terbuka. Sagara yang tidak siap kontan bergerak mundur. Seiring dengan derap langkah yang menuju kearahnya.

"Kan aku gak salah, ini kakak yang waktu itu berdiri lama diluar. Mama sih gak percaya aku,"

Suara itu menyadarkan Sagara. Ia menelan ludah dengan kasar. Wajah wanita yang teramat familiar itu tahu-tahu berada ditempatnya.

Tangan itu mencoba meraihnya namun Sagar langsung melarikan diri. Menjauh dari sana. Secepat yang ia bisa.

Pikirannya kosong. Entah bagaimana ia merindukan sesuatu. Pelukan dan ciuman hangat dikedua pipinya.
Tangan lembut membelai wajahnya.

Dan juga wangi samar yang menyapa hidungnya.

Dimanapun kau kini
Rindu tentangmu tak pernah pergi

---

Setelah merasa cukup jauh, Sagara memelankan langkahnya. Berjalan terseok menuju sebuah  halte yang nampak kosong.

Terduduk disudutnya, Sagara mengambil sebuah kantung kertas dari dalam ransel dan bernapas banyak-banyak disana. Menekan dadanya yang terasa sesak luar biasa. Pertemuan itu hanya berlangsung beberapa menit. Tapi cukup untuk mengguncangkan semua realitanya.

Pencariannya menemukan hasil. Namun ternyata ia tidak juga sanggup.

Sagara tidak punya memori apa-apa tentang wanita itu. Dirinya masih sangat kecil saat itu membuatnya tidak mengerti apa yang sebenarnya terjadi.

Diamnya Ronald dan tahu-tahu ia sudah pindah dan menetap di Korea, kampung halaman ayahnya itu. Hidup berdua hingga saat ini.

Ia tidak pernah kekurangan apapun. Tidak pernah merasa butuh apapun. Ronald merawatnya dengan baik. Sangat baik malah. Tahu apa saja yang ia butuhkan walaupun Sagara tidak pernah meminta apapun.

Jadi sewaktu Ronald menyuruh meminta sesuatu ketika ia menang olimpiade figure skating untuk kesekian kalinya. Sagara meminta untuk pindah ke Indonesia.

Dan Ronald tidak sanggup menolaknya.

Sebenarnya bukan tanpa alasan. Dihari sebelum ia olimpiade, dompet Ronald tertinggal dikantung coat yang ia pakai. Iseng, tangannya membuka dompet hitam itu dan disanalah Sagara menemukan foto itu. Yang diam-diam langsung ia foto dan simpan diponselnya.

Foto dan sosok yang tidak pernah dibicarakan Ronald. Sosok yang tak pernah hadir dihidupnya, namun terlihat sangat berarti untuk ayahnya.

Dan sosok itu yang akhirnya membuat Sagara pulang ke Indonesia.

Tangannya menggenggam ponsel dnegan tangan gemetar. Ia mengetikkan pesan untuk Ronald.

To : Appa
I found her

Lalu kenyataan menghantamnya telak. Tidak ingin membuat Ronald berharap banyak--walau ia tahu ayahnya tidak pernah mengakui itu. Sagara kembali menuliskan pesan.

To : Appa
But she with another man.

Appa, take me home

Please...

---

Hai!

Aku mau pake visual untuk cerita ini tapi belum nemu yang sesuai:(

Ini part ketiga, kamu punya orang yang kamu bayangin waktu baca ini gak?

Wkwk gatau kenapa kayaknya aku harus punya sosok waktu nulis ini, semuanya udah ada dikepalaku tapi wajahnya belum kebayang mendekati siapa:(

Ga penting sih

Btw semangat buat kamu hari ini

Love dari aku banyak-banyak🤍

Senja Yang Redup [FIN]Where stories live. Discover now