NI

219 44 3
                                    

▪Vote&coment jgn lupa▪

Beda lagi dengan kediaman keluarga Mahena

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Beda lagi dengan kediaman keluarga Mahena. Yang saat itu sedang serius menonton film horor. Sekeluarga yang berjumlah 5 orang. Ada yang sangat serius menonton setiap adegan, ada yang nontonnya biasa aja, ada juga yang nontonnya sambil nutupin setengah wajah, mungkin takut. Jangan lupakan satu lagi diserang kantuk.

"Aaaaaaaaa setanjing muncul!!"

Munculnya hantu dalam film tersebut, membuat gaduh ruang keluarga. Dewa, sang kepala keluarga yang tengah mengelus dadanya pelan, kaget melihat hantu yang muncul tiba-tiba.

"Papa udah nggak kuat nonton," keluh Dewa menggeleng pelan memandangi satu persatu anak dan istrinya.

"Cemen banget Papi, masa baru nonton setengah udah nggak kuat. Liat Mami, ngedipin mata aja nggak pernah dari tadi. Ayolah Pa, malam ini aja nontonnya, nanti besok nggak lagi deh. Tapi nggak janji sih." Bicara panjang lebar putri sulungnya, membuat ia mengusap wajah.

Ia baru ingat, ia lupa memberi tahu sesuatu pada anaknya. "Zel, Ric, Via."

Kedua anaknya menoleh sedangkan yang satunya malah nyenyak. Hadeuh....

"Papi sama Mami besok berangkat ke Aussie. Ada kerjaan disana, sekaligus jenguk om Kenzo. Jadi kalian bertiga nanti untuk seminggu ini nginap dulu di rumah om Kenzo. Di sana ada anaknya, jadi kalian nggak sendirian," jelas Dewa menatap ketiga anaknya.

Terlihat wajah murung putri sulungnya. "Papi jahat banget. Masa kirim ke rumah om Kenzo sih. Om Kenzo kan nyeremin. Nggak mau ah," protes gadis dengan piyama pink itu.

"Om Kenzo-nya kan lagi di Aussie, di rumahnya cuman ada Viga," tutur Kinanti, sang Ibu. Lalu kembali menonton film. Kinanti emang maniak film horor😂

"Kalo Eric sih setuju-setuju aja. Mau nginap di Afrika sekalipun, juga Eric ikutin. Kan Eric anak baik, nggak suka ngeluh, patuh. Nggak kayak yang di sebelah," ucap putra semata wayangnya, yang bernama Eric. Merasa tersindir, gadis piyama pink itu menyubit lengan Eric kuat.

"Aaa sakit Zel. Lo pake tenaga apa sih? Sakit banget, ampe merah noh," ringis Eric memandangi lengannya yang merah bekas cubitan maut Itzel.

"Tenaga listrik. Makanya jangan cerewet," pungkas Itzel menutup pembicaraan. Sedangkan adiknya sudah lelap di samping Mami dengan mulut sedikit terbuka.

"Papi batalin ya nginap di rumah om Kenzo. Itzel maunya di sini aja. Nanti Itzel nangis loh," tutur gadis itu dengan sesegukan yang dibuat-buat.

"Papi ikhlas kok Itzel nangis. Nggak papa Zel, keluarin aja air matanya," canda Dewa berusaha untuk tak tertawa.

"Ayolah sayang, kamu emangnya nggak mau kenalan gitu sama Viga? Viga tuh orangnya baik loh, kasihan dia sendirian terus disana. Kamu masih mending kan ada Eric sama Livia, ya Viga? anak tunggal." Mendengar nasehat Mami, luluh juga hatinya Itzel.

"Iya deh, aku mau nginap di sana."  Akhirnya gadis itu menggangguk setuju untuk menginap seminggu di sana.

Untuk Livia sendiri, jangan ditanya pergi atau tidak karena ia pasti akan selalu menjawab, "Yang penting kasurnya nggak gatal-gatal,"

🏠🏠🏠

Lanjut ke kediaman Sagara server ketiga. Aura sekitar semakin mencekam ketika Galen mulai tersenyum. Bahkan ketiga anaknya yang sedari tadi menunduk,  bergidik sesaat menatap wajah sang ayah.

"Mampus, Ayah udah mulai senyum," batin gadis dengan poni hampir menutupi matanya, sedikit gemetar.

"Kenapa berhenti? Tau takut juga kalian berdua," sindir Galen dengan tangan kiri bertopang pada pinggiran meja.

"Sekarang ayah persilahkan Reva untuk ceritain semuanya." Galen menatap anak bungsunya yang berdiri tak jauh.

Gadis kecil dengan buku di tangan kanannya maju selangkah, lalu mulai berbicara. "Tadi Reva nggak sengaja liat Kak Joy lagi marahin Neo, karena malas ngerjain tugas."

"Apa benar Joy?" Aura sekitar masih mencekam terlebih ketika Galen mulai menginterogasi kedua anaknya. Gadis berponi itu mengangguk pelan tak berani menatap Ayahnya.

"Neo," panggil Galen beralih menatap putra kecilnya. Yang dipanggil malah kaget.

"I-iya Yah. Neo sebenarnya mau ngerjain tugasnya. Tapi keburu Kak Joy datang, tiba-tiba marahin Neo," ujar pria kecil itu menatap sengit Joy di seberangnya.

Joy sendiri tidak tinggal diam. Ia pun membalas dengan melototkan matanya pada Neo. Joy udah kek emak-emak marahin anaknye😂.

"Ok, Ayah udah tau. Jadi lain kali kalau ada masalah itu, kalian bertiga harus bicara baik-baik, bukan tiba-tiba marah. Kamu Joy, jangan nyelesaiin masalah pake emosi.  Kamu juga Neo, kalau ada tugas harus diselesaikan sebelum batas waktu. Paham?" nasehat Galen pada kedua anaknya.

"Paham, Yah," jawab mereka serentak.

"Oke, Ayah juga mau ngasih tau. Besok Ayah sama Bunda bakal ke Aussie untuk satu minggu. Untuk kalian bertiga, besok agak siang nanti diantar sama Pak Heru ke rumah Om Kenzo. Nginap disana," jelas sang Ayah kembali duduk.

Wajah murung Joy telah berganti ceria ketika mendengarnya. Sedangkan Neo sendiri memutar bola matanya malas.

"Nggak bisa main PS dong disana," batin Neo. Ia tak bisa hidup tanpa PS. Kata-katanya benar-benar diluar dugaan.

"Hidup tanpa PS bagai mobil tanpa bensin,"

Namun kata-kata Neo ditolak oleh Joy. Katanya "Eh yang bener tuh 'Cantik pangkal dapat cogan' itu yang bener,"

Heh?? Nggak usah kaget. Si Joy emang udah dari sononya kek gitu. Otaknya isi cogan doang. Apalagi yang hot-hot badai, beuhh nggak pernah lupa urutannya. 

Pernah ditanya Ayah Galen, "Joy anak ayah, nanti sampai besar mau jadi apa?"

"Mau jadi pengamat cogan, Yah. Kalau bisa sekalian jadi istrinya juga boleh. Siap lahir batin itu mah." Jawaban yang berhasil membuat geleng-geleng Bunda Aswari.

"Gen mata jelalatan kayaknya nurun ke Joy nih," ucap Aswari sedikit menyindir suaminya. Galen tertawa mendengar jawaban sang putri.

.

.

.

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

.

NEXT 》

RANDOM 7 DAYS [ON GOING]Where stories live. Discover now