"Kamu mau patahin kaki aku?"

Ravel menepuk dahinya pelan, gadisnya ini benar-benar minta di tabok. "Iya!" Jawab Ravel ngegas.

Plak

"BUNDA AVEL MAU PATAHIN KAKI ALU!" teriak perempuan itu kencang.

Ravel sontak membekap mulut kecil istrinya, dia menatap Aluna tajam. "Diem!" Tegas lelaki itu.

"Jahat," gumam Aluna.

Ravel mendekap istri cantiknya dia mencium dahi perempuan itu lama. "Jangan nangis," bisik Ravel.

Aluna mengangguk dia membalas pelukan suaminya dengan erat. Ravel mengangkat tubuh kecil Aluna dan membawanya kedalam ruang kerjanya. Meski dia cuti tapi tetap saja dia harus memantau keadaan kantor.

Ravel mendudukan Aluna diatas pangkuannya sedangkan tangannya bergerak lincah diatas keyboard laptop, matanya menyorot tajam pada grafik-grafik di laptop itu.

"Jangan tidur," kata Ravel.

Aluna mengangguk, dia menyandarkan kepalanya pada pundak Ravel. Matanya menatap rahang tegas sayang suami sesekali dia mengelus jakun Ravel

"Luna," tegur Ravel.

Ayolah dia lelaki biasanya bisa saja dia khilaf meski perempuan ini adalah istrinya tapi tetap saja Ravel tidak ingin istri kecilnya itu kelelahan.

"Jangan ya sayang," ucap Ravel sambil mengecup jari-jari kecil itu.

Aluna tersenyum senang lantas mencium pipi Ravel.

•••

Kedua pasangan bucin itu sekarang sedang berada disalah satu bandara udara internasional Swiss mereka akan menuju beberapa negara untuk bulan madu, Ravel menyerahkan semua urusan negara-negara yang akan mereka kunjungi kepada Aluna.

Ravel mendekap tubuh kecil istrinya yang terlelap tadi selepas menemaninya bekerja perempuan bertubuh mungil itu tertidur di pelukannya dan berakhirlah dia harus menggendong Aluna. Sebenarnya bisa saja merek berangkat nanti malam tapi Ravel maunya sekarang.

Ravel menepuk-nepuk pelan punggung Aluna pelan saat melihat pergerakan kecil dari istrinya itu. Ravel tidak ingin membangunkan Aluna dan berakhir ya sudah lah.

Dia mengelus dahi Aluna pelan lalu mengecupnya, lantas ikut berbaring di samping sang istri.

33 menit berlalu sang pramugari membangunkan Ravel, karena sebentar lagi mereka akan mendarat disalah satu negara favorit istrinya, Jerman. Hanya perlu waktu lebih kurang setelah jam untuk ke negara itu.

Ravel menggendong kembali tubuh kecil Aluna dan langsung membawanya menuju hotel, selama perjalanan tak sekalipun dia melepaskan tatapannya dari sang istri. Ravel mengagumi istri cantiknya. Ravel membaringkan tubuh Aluna ke kasur lantas langsung berganti pakaian.

Ravel memesan beberapa makanan biar nanti Aluna bangun tinggal makan saja. Pesanan mereka datang tapi Aluna masih belum bangun.

"Hei, bangun dulu yuk," ucap Ravel lembut.

Aluna menggeliat dalam tidurnya lantas mengambil guling dan memeluknya. "Sayang," ucap Ravel.

"Ngantuk," gumam Aluna.

"Iya nanti tidur lagi, sekarang bangun terus makan."

Aluna akhirnya menurut gadis itu duduk dengan mata setengah terpejam. Dia masih belum sadar dimana dia sekarang.

Ravel memberikan makanan kepada Aluna yang masih mengumpulkan nyawanya dia mengecup kedua mata csntik itu.

"Ayok makan."

Aluna memakannya dengan pelan, dia masih ngantuk.

•••

Setelah selesai makan tadi Aluna kembali tidur sedangkan Ravel kembali ke laptop untuk mengerjakan beberapa tugasnya. Lelaki itu sangat sibuk, ya sangat. Karena dia mempunyai dua perusahaan yang satu dari Atlas dan yang satu perusahaan yang dia bangun sendiri tanpa campur tangan sang ayah.

Ravel melirik Aluna yang sudah mulai menggeliat di tidurnya lantas dia mendekat dan menepuk-nepuk punggung istrinya agar  kembali tidur. Aluna membuka matanya pandangannya adalah Ravel yang sedang menatapnya, perempuan cantik itu lantas tersenyum.

"Udah malem ya?" Tanya Aluna serak.

"Iya sudah, kenapa bangun hm?"

"Udah puas tidurnya," jawab perempuan itu lucu.

Ravel tersenyum dan mengusap Surai sang istri pelan. *Jangan macem-macem," ungkap Aluna.

Ravel tertawa terbahak-bahak ternyata Aluna tau niat terselubungnya. "Enggak kok, cuma satu macem," jawabnya.

"Kapan dia ada disini?" Tanya Ravel sambil mengelus perut datar Aluna.

"Nanti ada kok, tapi enggak sekarang mungkin," jawab Aluna.

"Mau ada dia cepet-cepet biar ada yang aku jahilin," ungkap lelaki itu.

"Anak sendiri gak boleh di jahilin," balas Aluna.

"Gak papa kok! Kan itu gunanya ada anak bisa di jahilin," balas Ravel tak mau kalah.

"Bapak yang jahat."

"Ayok kita usaha supaya baby-nya cepet jadi!"

•••

Hai!

Apa kabar? Udah lama gak up disini hehe.

Maaf ya lagi sibuk sama sekul dan yang lain terus otak aing buntu:)

Jangan lupa vote, coment dan share!

Bentar lagi ceritanya selesai, mungkin di chapter 50/60 intinya dikit lagi.

Babay!

See u next chptr!

See u next chptr!

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
RAVEL-ALUNA [END]Where stories live. Discover now