Bahkan Satya pun terkadang masih merasa bersalah karena tidak bisa menyelamatkan nyawa ibu Alya tepat pada malam itu juga.

"Ja-jadi, 3 tahun yang lalu lo adalah orang yang udah bawa ibu kerumah sakit saat dia sekarat? dan lo adalah orang yang udah bantu untuk ngelaporin kasus kematian ibu?" Alya berucap, apa yang baru saja ia dengar rasanya begitu mustahil untuk dikatakan nyata.

"Iya, tapi gue minta maaf, karena malam itu gue belum bisa nyelamatin nyawa ibu lo, Al." Ucap Satya.

Alya masih terdiam, belum membuka suaranya kembali.

"Andai, 3 tahun yang lalu gue dateng lebih awal, pasti ibu lo masih bisa tertolong."

"Gue bener-bener minta maaf."

Alya mengangkat kepalanya, menatap Satya dengan sorot mata yang sulit untuk diartikan. Perempuan itu tersenyum singkat.

"Ini bukan salah lo, lo nggak harus minta maaf." Ujar Alya.

"Gue cuma kaget aja, ternyata semua ini emang udah direncanain sama Tuhan."

"Kematian ibu, penderitaan dihidup gue, dan kehadiran lo. itu semua seolah udah ditakdirkan dan direncanin Tuhan, sat."

"Ternyata, lo bukan pernah hadir untuk nyelamatin gue, tapi 3 tahun yang lalu lo juga dateng untuk berusaha nyelamatin nyawa ibu."

Alya awalnya tidak bisa mempercayai ini semua, kebenaran bahwa Satya pernah bertemu dengan mendiang ibunya sebelumnya. Bahkan dititipkan sebuah pesan untuknya dari sang ibu. Ini benar-benar luar biasa. Semuanya seakan tidak masuk diakal tapi nyata. Seperti memang Tuhan telah mengatur jalannya.

Satya terus memandang Alya dengan sorot mata penuh penyesalan.

"Tapi gue gagal, Al."

"Gue gagal untuk nyelamatin nyawa ibu lo."

Satya berucap, dari nada suaranya masih terdengar lirihan penyesalan terbesar, bahkan ia saja masih terbayang peristiwa 3 tahun yang lalu.

Alya mengulas senyum hangatnya kearah lelaki itu, kemudian mengelus tangan Satya dengan lembut.

"Terkadang, gue selalu mikir, apa lo itu bener-bener perantara yang Tuhan kirim untuk jadi penyelamat di hidup gue. Karena lo selalu ada dihidup gue, bahkan didetik terakhir ibu gue sekalipun saat itu, sat."

"Entah ini suatu kebetulan atau apa."

Memang benar, jika ini disebut sebagai kebetulan rasanya mustahil. Tapi ini memang aneh tapi nyata adanya. Satya hadir untuk menyelamatkan nyawa Alya saat itu, bahkan satya juga pernah hadir untuk berusaha menyelamatkan nyawa ibu Alya sebelumnya.

"Satya, makasih. 3 tahun yang lalu ibu mungkin akan lebih parah karena jenazahnya bakalan terus tergeletak diaspal itu tanpa ada pertolongan."

Alya kembali tersenyum getir, pandangan kembali sendu.

"Tapi, kalo gue inget kejadian 3 tahun yang lalu, gue masih ngerasa gue gagal untuk nolong orang, Al. nolongin ibu lo" Tutur Satya lagi.

"Lo nggak gagal, ini emang udah takdir Tuhan, Satya. Meski awalnya gue belum ikhlas sepenuhnya." Alya menjawab ucapan Satya.

Tangan kiri Satya yang sedari terdiam, kini ikut mengelus tangan gadis itu.

"Sekali lagi, gue minta maaf, Alya." Satya berucap dengan begitu serius, mengutarakan isi hatinya yang selama ini menjadi beban pikirannya.

Alya tersenyum kearah Satya, kini gadis itu menunjukan senyum hangatnya kembali.

Ini memang bukan kesalahan Lelaki itu, Alya juga sama sekali tidak menyalahkan Satya atas hilangnya nyawa ibunya. Karena ini memang sepenuhnya bukan karena Satya, justru saat itu Satya lah yang berusaha untuk menyelamatkan nyawa ibu Alya, tapi ia terlambat dan gagal malam itu.

[✓] Satya dan 67 hariΌπου ζουν οι ιστορίες. Ανακάλυψε τώρα