Memory

281 28 19
                                    


Tae pov flashback


"Taeyeona.. daddy rasa sudah saatnya daddy menyerah. Terimakasih sudah menjadi orang yang selalu care pada anak daddy"

Taeyeon berdiri diam mencerna kata kata pria beruban di kanan kiri rambutnya.
Benar kata tiffany. Taeyeon merasa pernah bertemu orang ini. Perasaanya selalu keruh setiap kali daddy tiffany berbicara padanya.
Menyerah? Berarti selama ini selalu bertentangan.

Walaupun terlihat sedikit seperti orang lemot, tapi syukurlah otak taeyeon masih selalu berjalan sangat cepat dalam mengolah informasi.

"Tapi daddy tidak mungkin mempercayakan stephani padamu kalau kamu seperti ini taEyeona.. "

"Ne.. Sep-seperti ini?"
Taeyeon melihat tatapan tajam yang mengusik pikiranya.

"Aku sudah berbicara dengan doktermu. Karena stephani sepertinya akan mengamuk kalau tidak bisa bersamamu, berusahalah cepat pulih taeyeona.. Aku sudah minta dokter itu untuk memberikan perawatan terbaik"

"Aaaa..nee.. daddy.. maafkan saya.."
Kembali taeyeon menunduk. Ia tahu maksud ayah tiffany baik. Tapi entah bagaimana ia terus menerus merasa terintimidasi secara berlebihan.

Tapi tidak mungkin juga bagi taeyeon menunjukan sikap tidak senangnya. Pria itu tidak berbuat sesuatu yang patut dibenci. Malah harusnya ia berterimakasih, hubunganya dengan tiffany direstui. Taeyeon hanya bisa mengiyakan setiap penuturan ayah kekasihnya itu.

Hari hari berikutnya, taeyeon berusaha menyingkirkan prasangka buruknya dan menjamu daddy dengan sangat baik. Senyumnya awalnya dipaksakan. Tapi lama kelamaan setiap ada daddy, reflek raut wajah taeyeon dimanis maniskan.

Ouuh sudah seperti calon menantu yang bersusah payah merebut hati calon mertua kaya raya pokoknya.

Tentu saja karena mendapatkan restu sepenuhnya adalah tujuan utama taeyeon.
Melihat daddy bersikap baik padanya, tersulut semangat taeyeon untuk melangkah lebih cepat. Dalam diamnya, Ia sudah merencanakan banyak hal untuk masa depanya dengan tiffany.

Kondisi mentalnya? Taeyeon sudah merasa semakin baik. Ia yakin dalam beberapa bulan semua akan baik baik saja.

Baginya ini hanya masalah anxiety disorder biasa. Terapi dari dokter muller sangat membantu. Tiffany juga sangat membantu. Kehadiran wajah cerianya saja sudah seperti terapi bagi taeyeon. Semakin hari taeyeon seperti semakin terdorong untuk menunjukan perasaanya pada wanita itu. Taeyeon menyadari hal itu membuatnya merasa hidup kembali perlahan. Ia juga rajin meminum semua vitamin yang membantunya mengontrol segala macam kimia dalam tubuhnya.

Maka dari itu, taeyeon sama sekali tidak mengijinkan prasangka buruknya menghancurkan jalan yang sudah tertata rapi ini.

Tertata rapi?

"Hemmmff" tanpa sadar taeyeon tersenyum sendiri.
Sore ini perasaanya sedang menggebu gebu.
Layar laptop menyala di depanya.

Wajah sooyoung yang terlihat madesu terpampang. Ia sedang bertengkar dengan sunny, berselisih paham, tapi efeknya jadi kemana mana karena dua orang sama sama julid itu juga sama sama keras kepala dan sama sama tukang onar.

Untung taeyeon sudah mengungsi jauh jauh kalau tidak pasti sudah pusing peningnya memikirkan berjalanya perusahaan dengan keributan tidak penting semacam itu.

"Teangooya... apa kau yakin waktunya tepat? Oh yuri sebentar lagi bisa join. Dia baru pulang katanya. Aishh si item juga belakangan susah sekali diajak main kau tahu. Ngebucin terus pada pacar barunya yang judes itu, . Jinjja.. semua orang seperti sedang menjauhiku sekarang."

Wabi-Sabi (Taeny Love Story)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang